Sementara itu, di Yokohama Yoshino berlari ke tengah untuk menghadang musuhnya tanpa berpikir panjang. Dia berdiri di depan orang-orang Raven.
"Tuan, anda sebaiknya mundur."
"Tidak. Aku akan menyelesaikan urusanku dengan orang ini. Kau sebaiknya lindungi putriku," kata Yoshino berkeras. Yuri dan Victoria sama-sama panik.
Namun, Kenta justru terlihat senang. Dia menarik senjata api yang terselip di balik punggungnya dan menodongkannnya di depan Yoshino.
"Sangat menarik. Kau memang pantas untuk berhadapan denganku. Kau sudah membunuh ayahku dan juga paman-pamanku. Kau dan keluargamu pantas mati."
Para pengawal yang dikirim Raven seketika melakukan hal yang sama dengan yang Kenta lakukan. Mereka menarik senjata di pinggang mereka.
Gaara yang melihat kemunculan Yoshino tersenyum miring. Dia tidak menyangka bisa melihat seorang legenda seperti Yoshino.
Kenta tidak takut pada pengawal Raven. Asal dia bisa membunuh Yoshino, dia akan merasa puas, bahkan jika harus mati sekalipun. Kenta tak membuang waktunya. Dia segera melepaskan tembakan yang diarahkan ke kepala Yoshino.
Pria paruh baya itu sama sekali tidak takut. Dia dengan kecepatan tak terlihat berhasil menangkis peluru yang melesak ke arahnya.
Yuri histeris karena tiba-tiba suara tembakan meledak dimana-mana. Gaara yang mendapat amanat dari Raven untuk menjaga keluarga Yoshino, segera menarik Yuri dan melindungi gadis itu.
Gaara membawa Yuri bersembunyi di balik mobilnya sembari sesekali melesakkan tembakan ke arah anak buah Kenta. Yoshino masih berdiri tegak di halaman sembari menangkis serangan yang diarahkan padanya. Namun, yang tak terduga, tiba-tiba anak buah Kenta juga membidiknya. Yoshino tak sempat mengelak. Dua peluru seketika bersarang di perut dan di dada sebelah kanan Yoshino.
Yuri yang melihat hal itu menjerit memanggil ayahnya. Gaara menahan Yuri yang berusaha lari menghampiri ayahnya. Gaara segera memerintahkan anak buahnya untuk langsung menyerang Kenta dan anak buahnya yang tersisa.
"Sebaiknya kau tetap di sini. Aku akan memeriksa ayahmu."
"Aku ikut, aku harus melihat keadaannya."
"Jangan nekat. Turuti ucapanku. Aku akan memastikan dia selamat, tapi tolong kau jangan gegabah."
Yuri tak bisa berkata-kata selain mengangguk sambil menangis. Sementara itu, Victoria yang melihat suaminya tertembak, hendak keluar dari mobil. Akan tetapi anak buah Yoshino menahannya.
"Lepaskan aku! Kalian tidak lihat suamiku terluka!" pekik Victoria.
"Nyonya, tenanglah. Tuan pasti akan baik-baik saja. Tuan adalah orang yang kuat."
Victoria dan Yuri hanya bisa menatap Yoshino yang tergeletak dengan hati yang hancur. Gaara dan seorang anak buahnya mengangkat Yoshino dan membawanya masuk ke mobilnya. Gaara melirik Kenta yang tergeletak dengan tatapan tajam. Sebelum dia pergi, Gaara menembak Kenta dua kali. Itu adalah peluru balasan darinya.
"Kalian, bersihkan area dan segera tutup semua akses CCTV di sekitar," perintah Gaara.
Segera setelah dia memasukkan tubuh Yoshino ke dalam mobil, Gaara menghampiri Yuri.
"Ayo!"
Gaara mengulurkan tangannya pada Yuri. Gadis itu dengan linglung menatap tangan Gaara yang terulur di depan wajahnya. Yuri seketika meraih tangan Gaara. Dia segera dibawa masuk ke dalam mobil. Begitu juga Victoria telah dipindahkan masuk di mobil yang sama dengan Yoshino. Gaara menyetir mobil itu sendiri. Dia dengan kecepatan tinggi melesak menuju ke rumah sakit.
"Yoshino tetap terjaga, jangan tidur," Victoria menepuk pipi Yoshino agar pria paruh baya itu tetap terjaga.
Yoshino menatap wajah istrinya yang memerah dengan air mata yang terus berjatuhan.
"Ja_ngan menangis. A_ku tidak apa-apa," ujar Yoshino terbata-bata.
"Ya, aku tidak akan menangis. Kau memang pria luar biasa," kata Victoria dengan suara serak.
Yuri yang duduk di depan sesekali menengok ke belakang memastikan jika ayahnya masih tetap bernapas. Meski dulu karena perbuatan ayahnya, dia dan kakaknya sekarang harus menderita, tapi Yuri sama sekali tidak membenci ayahnya.
Gaara berhenti tepat di halaman rumah sakit. Beberapa petugas medis telah bersiap membantu Gaara mengeluarkan Yoshino dari mobil. Dengan cepat para medis menangani Yoshino, sementara Yuri dan Victoria menunggu dengan cemas di luar ruang tindakan.
Gaara entah menghilang kemana, tapi Yuri dan Victoria masih belum menyadari jika penolongnya menghilang.
"Yuri bagaimana ini?"
"Tenanglah, Bu. Aku yakin Ayah akan baik-baik saja."
Yuri terdiam sesaat sebelum akhirnya mengedarkan pandangannya mencari sosok yang membantu mereka tadi. Yuri tidak menemukan sosok itu di sekitar mereka. Yuri berpikir jika mungkin orang itu telah pergi kembali ke tempat tadi.
Seorang dokter keluar. Wajahnya terlihat ramah dan tenang. "Kalian keluarga pasien yang baru saja datang dengan luka tembak?"
"Ya. Bagaimana kondisinya?" tanya Victoria tidak sabar.
"Sejauh ini kondisinya stabil. Kami perlu persetujuan untuk operasi pengangkatan peluru."
"Baiklah. Biar aku saja, Dokter." Yuri bangkit dan meminta ibunya menunggu di sana. Victoria mengangguk lemah. Dia duduk menunggu putrinya menyelesaikan prosedur persetujuan.
"Nyonya, aku membawakanmu pakaian ganti. Sebaiknya kau ganti bajumu dulu. Aku khawatir orang-orang tidak nyaman melihatnya." Gaara tiba-tiba muncul dengan membawa paper bag berisi baju ganti untuk Victoria.
Victoria memandangi Gaara dengan tatapan teduh. Dia mengambil paper bag dari tangan Gaara.
"Terima kasih. Kami berhutang budi padamu, Tuan."
"Panggil aku Gaara. Anda tidak berhutang apapun padaku. Aku melakukannya karena Raven sudah memintaku bertanggungjawab atas keselamatan kalian."
Victoria entah mengapa kembali menangis. Kehadiran Gaara kali ini benar-benar seperti malaikat penolong untuk mereka. Gaara menggaruk tengkuknya bingung, kenapa wanita ini justru malah menangis.
"Nyonya, jangan menangis. Aku tidak ingin putrimu mengira jika aku menindasmu."
Victoria mengusap air matanya tergesa. Dia mengangguk patuh pada Gaara.
"Aku akan berganti pakaian dulu. Jika putriku mencari tolong katakan padanya."
"Ya, tentu saja."
Setelah Victoria menghilang dari pandangan, Gaara menghembuskan napas lega. Dia tidak tahu bagaimana menangani wanita, karena dia sejak kecil hanya diasuh oleh kakek dan ayahnya saja. Neneknya sudah lama meninggal, sedangkan ibu Gaara entah ada di mana.
Yuri keluar dari ruangan dokter dan kembali ke tempat dia meninggalkan ibunya. Yuri terkejut melihat keberadaan Gaara sedangkan Ibunya justru menghilang entah kemana.
"Di mana ibuku?"
"Dia sedang berganti baju. Duduklah." Gaara menggeser duduknya dan membiarkan Yuri duduk di sampingnya berjarak 2 kursi.
"Terima kasih. Tanpa bantuan darimu aku tidak yakin nyawa ayahku akan selamat."
Ya, Yuri berpikir andai hari ini Gaara dan kelompoknya tidak ada di sana, pasti sekarang nyawa ayahnya sudah melayang.
"Berterimakasihlah pada Raven. Dia yang menyuruhku untuk melindungi kalian," ujar Gaara. Dia seolah tidak terlalu peduli dengan hal itu.
"Apa hubunganmu dengan Raven?"
"Dia adalah penyelamatku. Dulu aku pernah hampir sekarat dan saat itu aku pasrah jika nyawaku melayang saat itu juga. Akan tetapi di detik terakhir, Raven tiba-tiba sudah ada di depanku dan menyelamatkanku."
"Raven ini ... bagaimana orangnya?" tanya Yuri. Dia berharap pria itu adalah orang yang bisa menjadi sandaran untuk kakaknya. Bisa menjadi pelindung sekaligus pasangan yang tepat untuk Harumi.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒌𝒍 𝒌𝒂𝒌𝒆𝒌 𝒏𝒚 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒈 𝒂𝒅𝒖 𝒎𝒖𝒍𝒖𝒕 𝒍𝒈 🤭🤭
2024-10-02
0
Nur Bahagia
jangan mati kek.. nanti ga ada yg ngajak si kembar berantem mulut lagi 😅
2024-09-17
0
Asih Ningsih
alhamdulilah yoshino selamat.
2024-04-04
0