Bab 18. Menjijikkan

Seravina sudah keluar dari rumah sakit bersama Raven dan kedua putra mereka. Raven sudah menyuruh supir Seravina untuk pulang duluan, karena dia yang akan mengantar Seravina dan kedua putranya pulang. Kedua putra mereka sejak tadi memilih diam karena keberadaan Raven. Mereka sepertinya merajuk pada pria itu.

Seravina bisa merasakan suasana yang begitu kaku. Leonard dan King, mereka berdua duduk di sisi kanan dan kiri Seravina, tapi keduanya kompak lebih memilih menatap jalanan ketimbang mengajak Seravina bicara.

Seravina menghela napas panjang, Leonard dan King langsung menoleh menatap wanita itu, begitu juga dengan Raven. Raven sesekali melirik Seravina dari spion.

"Ada apa, Bu? Apa kau merasakan tidak nyaman di perutmu," tanya King cemas. Seravina tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.

"Ibu baik-baik saja. Hanya saja ibu melihat kalian sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dari ibu. Apa ibu boleh tahu?"

King dan Leonard langsung menegang. Tidak mungkin kan mereka menceritakan masalah dengan neneknya? Mereka tidak mau membuat ibunya sedih.

"Kami ... tidak ada apa-apa, Bu. Kami hanya mengantuk." King meringis, menyembunyikan kecemasannya.

"Baiklah, mungkin kalian masih belum mau menceritakan masalah kalian." Seravina langsung mengalihkan pandangannya dari King. Saat dia melirik spion, tanpa sengaja netranya dan Raven bertabrakan. Raven pura-pura tidak memperhatikan Seravina dan kembali fokus pada jalanan.

Setibanya mereka di rumah, Raven hanya menurunkan Seravina, Leonard dan King. Setelah itu dia pergi lagi. Raven hanya mengatakan akan pergi bertemu dengan temannya.

Seravina tidak ambil pusing, dia membebaskan Raven pergi kemana pun, toh mereka juga tidak memiliki ikatan apapun selain dengan adanya kedua anak mereka.

Seravina menggandeng tangan Leonard dan King. Kedua bocah itu sama sekali tidak keberatan diperlakukan seperti anak kecil oleh ibunya.

"Kalian segera cuci tangan dan berganti baju, lalu beristirahat. Ada hal yang harus ibu urus sebentar. Jika kalian perlu sesuatu, kalian bisa mencari ibu di ruang kerja."

"Baiklah, Ibu."

Leonard dan King masuk ke dalam kamar. Begitu pintu kamar tertutup, keduanya tidak lagi memasang wajah tenang seperti tadi. Kesedihan jelas terlihat dari wajah mereka.

"Bagaimana ini, Leon?"

"Apanya yang bagaimana?" tanya Leonard sembari berjalan ke kamar mandi.

"Apakah nenek jadi semakin membenci ibu karena perbuatan kita?"

"Aku juga tidak tahu. Nanti saja kita pikirkan masalah ini. Aku tidak mau jika ibu sampai tahu, jika kita bertengkar dengan nenek karena membela ibu."

King mengangguk dan menyusul Leonard masuk ke kamar mandi. Seravina yang ada di ruang kerjanya menatap layar ponselnya dengan wajah tertegun.

Tanpa sepengetahuan King dan Leonard, sebenarnya di kamar Seravina ada beberapa kamera CCTV tersembunyi dan hanya dia yang bisa mengaksesnya.

Air mata Seravina jatuh bagai hujan meteor yang tak terbendung. Hatinya sakit mendengar ucapan Leonard. Dia sakit karena kedua putranya mengkhawatirkan perasaannya. Padahal selama ini dia tidak pernah merawat mereka berdua.

Betapa mulianya hati kedua bocah itu. Mereka sama sekali tidak membenci dirinya. Namun, bukannya mengurangi perasaan bersalahnya, Seravina justru merasa semakin bersalah pada mereka.

Seravina memegangi dadanya yang terasa sesak. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Dia lupa jika dokter sudah memperingatkannya untuk selalu berhati-hati.

Mata Seravina terpejam. Ponselnya masih menampilkan pergerakan di kamarnya. Seravina tidak tahu, jika salah satu dari putranya masuk ke ruang kerjanya.

"Bu!"

King mendorong pintu ruang kerja Seravina. Dia terpaksa berbuat tidak sopan karena sejak tadi dia sudah memanggil ibunya, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. King melihat Seravina terpejam di kursi. Bocah kecil itu mendekati ibunya dengan langkah kaki perlahan.

"Bu." King mencoba memanggil lagu ibunya, akan tetapi tidak ada pergerakan. King memandang ibunya dan melihat ada jejak air mata di wajah sang ibu. King sangat terkejut.

Dia berniat membangunkan ibunya. Akan tetapi matanya tidak sengaja menatap ponsel ibunya yang ada di atas meja kerjanya. Mata King seketika melebar.

"I_ini." King tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

King segera keluar dari ruang kerja Seravina. Namun, meski begitu dia tetap berjalan dengan langkah yang sangat pelan dan hati-hati.

"Leon, gawat!" King masuk ke dalam kamar dan buru-buru menguncinya. Dia mengajak Leonard masuk ke kamar mandi.

"Ada apa, kenapa menarik ku ke sini?" tanya Leonard keheranan.

"Ini gawat. Ibu memasang kamera CCTV di kamar ini. Apa itu artinya ibu melihat kita bicara soal tadi?"

King mondar mandir dengan cemas seperti orang dewasa. Leonard juga langsung melotot saat mendengar ucapan King.

"Jadi maksudmu ibu tahu apa yang kita bicarakan tadi?"

"Aku rasa begitu. Tadi aku masuk ke ruang kerja ibu. Aku melihat dia memejamkan matanya, tapi aku bisa melihat jika ibu habis menangis karena wajahnya terlihat sembab."

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Leonard juga ikut mondar mandir seperti kembarannya.

Di lain tempat, Raven segera menemui Gallen sahabatnya. Mereka janji bertemu di sebuah lounge n kafe yang ada di daerah yang dekat dengan kediaman Seravina.

"Bagaimana?" tanya Raven begitu dia duduk di sebelah sahabatnya itu.

"Kenapa buru-buru sekali?" keluh Gallen kesal. Raven mendengus dan lalu memesan minuman pada pelayan.

"Kenapa dengan wajah kusutmu itu?" tanya Gallen sembari menggoyangkan gelas whiskey-nya.

"King dan Leonard tadi ribut dengan ibuku?"

"Bukankah itu sudah biasa?" tanya Gallen heran.

"Kali ini Seravina yang dibahas. Ibuku pikir mereka menjadi semakin berani karena Seravina yang mengajari mereka."

"Kenapa tidak pertemukan saja ibumu dengan Seravina?"

"Ibuku tidak mau."

Raven menghela napas panjang. Saat pelayan meletakkan pesanannya, Raven sejenak terdiam dan mengamati gerak gerik pelayan itu.

"Ada apa?" tanya Gallen begitu pelayan tadi pergi.

"Pelayan itu mencurigakan."

"Memang kenapa?"

"Entahlah, aku merasa dia sejak tadi terus mengawasiku."

"Aku akan menyuruh orang untuk memantau gerak geriknya. Percaya saja padaku," ujar Gallen.

Raven mengangguk saja mendengar ucapan Gallen. Sebenarnya dia bisa saja langsung mengeksekusi pelayan itu, hanya saja dia tidak bisa bertindak gegabah sekarang.

Raven dan Gallen membicarakan beberapa urusan bisnis dan juga perihal Daisuke. Menurut laporan dari anak buahnya dan anak buah Gallen, Daisuke untuk saat ini sudah kembali ke negaranya.

"Aku harus pulang."

"Baiklah, sepertinya memang sekarang kau tidak punya waktu untukku," ujar Gallen memasang wajah merajuk. Raven bukannya terbujuk malah memandang Gallen dengan tatapan jijik.

"Kau sangat menjijikkan."

...----------------...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒚𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕

2024-10-02

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

🤣🤣🤣🤣

2024-07-24

1

Asih Ningsih

Asih Ningsih

haaaah

2024-04-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awalan
2 Bab 2. Sembilan Tahun Kemudian
3 Bab 3. Membolos
4 Bab 4. Apa Kau Ibu Kami?
5 Bab 5. Kabar
6 Bab 6. Tidak Perlu Saling Dekat
7 Bab 7. Kedatangan Orang Tua Seravina
8 Bab 8. Ketahuan
9 Bab 9. Bukan Tawaran
10 Bab 10. Memesan Hunian
11 Bab 11. Kenapa Wajahmu Merah?
12 Bab 12. Bertemu Nenek Buyut
13 Bab 13. Di hadang
14 Bab 14. Makan Malam Bersama
15 Bab 15. Terluka
16 Bab 16. Melepaskan
17 Bab 17. Christiana Gundah Gulana
18 Bab 18. Menjijikkan
19 Bab 19. Percaya Diri Sekali
20 Bab 20. Berbicara
21 Bab 21. Asal Kau Yang Masak
22 Bab 22. Bertemu Nyonya Christiana
23 Bab 23. Janji
24 Bab 24. Dimana Kamarku?
25 Bab 25. Tragedi
26 Bab 26. Tidak Sepadan
27 Bab 27. Ulah Si Kembar
28 Bab 28. Mempercayaimu
29 Bab 29. Kenapa Tidak?
30 Bab 30. Kabar Mengejutkan
31 Bab 31. Keturunan Vampir
32 Bab 32. Deep Talk
33 Bab 33. Rencana King
34 Bab 34. Kabar
35 Bab 35. Pertemuan Keluarga
36 Bab 36. Daisuke Kabur?
37 Bab 37. Kekhawatiran
38 Bab 38. Biar Kami Yang Atasi
39 Bab 39. Menikah
40 Bab 40. Buntu
41 Bab 41. Demam
42 Bab 42. Beruntung
43 Bab 43. Diculik?
44 Bab 44. Kemana Perginya?
45 Bab 45. Lawan Mereka Adalah Aku
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Pulang
48 Bab 48. Semuanya Sudah Selesai
49 Bab 49. Karena Cinta
50 Bab 50. Sakit Perut
51 Bab 51. Dalena
52 Extra Part 1
53 Extra Part 2
54 Extra part 3
55 Extra part 4
56 Extra Part 5
57 End
58 Karya Baru Telah Terbit
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Awalan
2
Bab 2. Sembilan Tahun Kemudian
3
Bab 3. Membolos
4
Bab 4. Apa Kau Ibu Kami?
5
Bab 5. Kabar
6
Bab 6. Tidak Perlu Saling Dekat
7
Bab 7. Kedatangan Orang Tua Seravina
8
Bab 8. Ketahuan
9
Bab 9. Bukan Tawaran
10
Bab 10. Memesan Hunian
11
Bab 11. Kenapa Wajahmu Merah?
12
Bab 12. Bertemu Nenek Buyut
13
Bab 13. Di hadang
14
Bab 14. Makan Malam Bersama
15
Bab 15. Terluka
16
Bab 16. Melepaskan
17
Bab 17. Christiana Gundah Gulana
18
Bab 18. Menjijikkan
19
Bab 19. Percaya Diri Sekali
20
Bab 20. Berbicara
21
Bab 21. Asal Kau Yang Masak
22
Bab 22. Bertemu Nyonya Christiana
23
Bab 23. Janji
24
Bab 24. Dimana Kamarku?
25
Bab 25. Tragedi
26
Bab 26. Tidak Sepadan
27
Bab 27. Ulah Si Kembar
28
Bab 28. Mempercayaimu
29
Bab 29. Kenapa Tidak?
30
Bab 30. Kabar Mengejutkan
31
Bab 31. Keturunan Vampir
32
Bab 32. Deep Talk
33
Bab 33. Rencana King
34
Bab 34. Kabar
35
Bab 35. Pertemuan Keluarga
36
Bab 36. Daisuke Kabur?
37
Bab 37. Kekhawatiran
38
Bab 38. Biar Kami Yang Atasi
39
Bab 39. Menikah
40
Bab 40. Buntu
41
Bab 41. Demam
42
Bab 42. Beruntung
43
Bab 43. Diculik?
44
Bab 44. Kemana Perginya?
45
Bab 45. Lawan Mereka Adalah Aku
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Pulang
48
Bab 48. Semuanya Sudah Selesai
49
Bab 49. Karena Cinta
50
Bab 50. Sakit Perut
51
Bab 51. Dalena
52
Extra Part 1
53
Extra Part 2
54
Extra part 3
55
Extra part 4
56
Extra Part 5
57
End
58
Karya Baru Telah Terbit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!