Tanpa terasa sembilan tahun berlalu, King dan leonard tumbuh menjadi anak yang memiliki temperamen seperti ayahnya. Sikapnya dingin dan datar di permukaan.
"Apakah ada perkembangan?" King mendekati Leonard yang sejak tadi sibuk dengan gadgetnya."
"Bagaimana denganmu?" tanya Leonard tanpa mengalihkan pandangannya ke arah saudaranya.
"Aku sudah berhasil membuat wanita ke 80 pergi dengan kesal," kata King penuh dengan percaya diri. Dia selalu bertugas menggagalkan kencan buta yang dirancang neneknya untuk sang ayah.
"Jika begitu kita harus bersiap mendengar omelan nenek lagi," kata Leonard santai.
King terkekeh mendengar ucapan saudara kembarnya itu. Sekilas jika dilihat, mereka sama sekali tidak memiliki perbedaan yang mecolok. Namun, jika diamati secara seksama, mereka memiliki dua iris mata yang berbeda. King memiliki warna mata coklat terang, sedangkan Leonard memiliki corak berwarna abu-abu. Menurut Ravenhart, King memiliki iris mata seperti ibunya.
Sesaat Leonard melirik saudara laki-lakinya. Leonard tampak ragu mengatakan pada King tentang apa yang baru saja dia temukan. Namun, mereka pernah tinggal di rahim yang sama dan berbagi makanan selama sembilan bulan lebih, bagaimana bisa King tidak menyadari jika saudaranya sedang dilema.
"Ada apa katakan saja, aku sudah cukup sering mendapatkan berita mengecewakan. jadi jika sekali lagi kabar ini mengecewakan. Aku hanya bisa berdoa lagi dan lagi agar kita bisa dipertemukan dengan ibu.
"Lihatlah wajah wanita ini. Bukankah dia terlihat mirip dengan ibu kita."
"Jika begitu, tunggu apa lagi? Kapan kita mendatanginya?" tanya King bersemangat.
"Diketahui dia adalah seorang wanita yang berasal dari jepang. Namanya Harumi Hashimoto bukan Seravina."
"Menurutmu kita perlu ke jepang?" tanya King. Segala kemungkinan yang menyangkut soal ibunya, King pasti akan berupaya untuk mencaritahu secara langsung.
"Dia ada di kota ini sekarang. Menurut berita yang aku dapatkan, dia adalah seorang wakil CEO muda. Perusahaannya bergerak dibidang otomotif. Perusahaannya menjadi sponsor kompetisi balapan yang akan diadakan pekan depan."
"Jika begitu kita harus mencari cara agar bisa bertemu dengannya." King terlihat sangat bersemangat, tapi Leonard tidak terlalu. Dia sudah sering kecewa. Jadi dia tidak lagi menggantungkan harapannya untuk bertemu dengan ibunya.
"Apa kita akan memberitahu ayah mengenai hal ini?" tanya King lagi.
"Tidak perlu. Aku tidak mau melihat ayah bersedih lagi. Sebaiknya kita memastikan sendiri terlebih dahulu. Jika benar dia ibu kita, barulah kita beritahu ayah mengenai hal ini," ujar Leonard berpendapat.
Saat Leonard selesai berbicara, seseorang mengetuk pintu kamar mereka.
"Tuan muda, kalian sudah ditunggu untuk makan malam."
"Baiklah, Bibi. Kami akan segera turun."
King dan Leonard turun menuju ruang makan. Di sana semua anggota keluarga sudah berkumpul. Namun, alis King dan Leonard seketika terangkat saat mereka melihat ayahnya duduk di samping seorang wanita.
"Nah, itu mereka." Suara Christiana terdengar bersemangat. Dia memanggil kedua cucunya untuk mendekat.
"King, Leon, ini adalah teman ayahmu sewaktu ayahmu kuliah dulu. Namanya nona Chaterine."
"Hmm," jawab keduanya tak bersemangat. Mereka melirik ayahnya dengan tatapan tajam seolah hanya dengan menatapnya, mereka bisa merobek hati sang Ayah. Raven sangat tahu kemarahan kedua putranya tertuju padanya, tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak. Karena Chaterine datang atas undangan ibunya.
"Respon apa itu? Kalian harus bertingkah sopan pada tamu," ujar Christiana memarahi kedua cucunya.
"Mom!" Raven langsung bereaksi keras saat ibunya memarahi kedua putranya.
Christiana mendengus. Elard segera meraih tangan Christiana dan menepuknya dengan lembut. Sementara itu Chaterine tersenyum tulus di permukaan, tetapi dalam hatinya mengeluh. Dua bocah di hadapannya ini terlihat sangat menjengkelkan.
"Tidak apa-apa, Christiana. Jangan memarahi mereka."
Baik King maupun Leon hanya mendengus melihat sikap tamu neneknya. Mereka akhirnya makan bersama. Akan tetapi tidak ada pembicaraan sama sekali di meja makan, mereka semua tampak serius menghabiskan makanannya.
Usai makan malam, Chaterine berniat tinggal untuk berbicara dengan Raven, tapi siapa sangka, begitu Raven menyelesaikan makanannya, King dan Leonard langsung menarik Raven ke kamar mereka. Christiana tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya menghela napas panjang melihat tingkah kedua cucunya.
"Maafkan sikap King dan Leonard. Biasanya mereka menjadi anak yang baik. Entah kenapa malam ini mereka bertingkah kekanak-kanakan."
"Tidak masalah. Jika begitu aku akan pulang. Terima kasih untuk makan malamnya."
Chaterine pergi dari rumah Raven dengan perasaan kesal. Dia marah dan ingin melampiaskan kemarahannya sekarang juga.
Di dalam kamar si kembar. Raven diam-diam mengamati perilaku kedua anak laki-lakinya.
"Kenapa kalian menarik ayah tadi?"
"Apa ayah ingin terus bersama wanita itu?" King mengembalikan pertanyaan Raven dengan pertanyaan. Raven menghela napas panjang.
"Kalian tahu, ayah tidak bisa menolak-"
"Ayah memang tidak berniat menolak. Kenapa ayah selalu diam saat nenek menjodoh-jodohkan ayah? Apa sekarang ayah menyerah untuk mencari ibuku?" King bertanya dengan wajah memerah. Jelas dia sangat marah. Meski dia ditinggalkan oleh ibunya, tapi dia sangat yakin apa yang dilakukan ibunya adalah yang terbaik bagi dirinya dan Leonard. Maka dari itu sejak dia berusia 6 tahun, dia dan saudara kembarnya selalu mencari informasi apapun yang berhubungan dengan ibunya.
"Maafkan ayah, bukan maksud ayah seperti itu."
"Katakan saja jika ayah sudah lelah untuk menemukan ibu. Biar kami cari sendiri ibu kami."
"King, jangan memaksa," tegur Leonard. Leonard bisa melihat keputusasaan di mata ayahnya.
King lantas terdiam. Matanya memerah dan air matanya mengalir deras. Bocah itu hanya ingin menemukan ibunya dan bertanya alasan kenapa dia meninggalkan mereka. Bahkan setelah dia membaca sendiri surat yang dikirim ibunya 9 tahun lalu. Dia masih penasaran.
Raven tak kuasa melihat air mata putranya. Dia menarik King dan memeluknya.
"Maafkan ayah."
Tangisan King semakin pecah. Dia benar-benar sudah tidak tahan ingin bertemu dengan ibunya. Setiap hari dia dan saudara kembarnya tidak pernah lelah mencari keberadaan ibunya. Mereka berdua mencari sosok yang mirip dengan ibunya, hanya berbekal dari rekaman CCTV pada malam ibunya meninggalkan mereka di depan pintu keluarga Houston.
Mata Leonard ikut memerah, tapi dia sangat pandai mengendalikan diri. Sehingga dia tidak menangis seperti saudara kembarnya. Pada akhirnya King tertidur karena kelelahan. Sedangkan Leonard masih tampak segar.
"Tidak tidur?" Raven mendekati Leonard dan mengusap rambut bocah itu. Raven baru saja meletakkan King diatas ranjang.
"Ayah, katakan padaku bagaimana perasaanmu pada ibu?"
"Ayah ...." Raven terdiam sebentar untuk memilih kata yang tepat. Dia tidak mungkin mengatakan jika dia tidak mengenal Seravina dia hanya pernah sekali bertemu dan berbuat salah.
"Ayah sangat menantikan bisa bertemu dengan ibu kalian."
"Jika begitu, ayah tolong bilang pada nenek jika ayah menolak kencan buta yang selalu nenek atur untukmu. Aku khawatir di luar sana ibu bisa mengakses segala informasi tentangmu. Jika dia tahu kau memiliki kekasih. Ibu pasti tidak akan mau muncul untuk bertemu kami."
Raven tersenyum. putranya tampak tumbuh semakin dewasa.
"Ya, ayah akan menolaknya lain kali."
"Ayah, aku kemungkinan tahu dimana ibu."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒏𝒊𝒉
2024-10-02
0
Nur Bahagia
kok manggilnya nama.. apa dia seumuran christiana? 🤔
2024-09-16
0
Nur Bahagia
misalkan bener wanita itu ada di Jepang.. aap boleh duo kembar ini nyari ke sana sendirian.. secara usia mereka baru 9 thn 😅
2024-09-16
0