Ravenhart tiba di tempat dimana Galen menyekap mekanik yang sudah menyabotase motor Seravina. Pria itu datang dengan aura yang kuat dan tenang. Namun, dia memiliki tatapan yang bisa melumpuhkan lawannya.
Saat Raven masuk ke ruangan, dia mencium bau anyir bercampur bau air seni. Jika saja dia tidak mempertimbangkan wibawanya, mungkin Raven akan muntah di tempat.
"Kau sudah datang?" Galen menoleh saat mendengar suara pintu di dorong dari luar.
"Seperti yang kau lihat." Ravenhart tampak malas mendekat dan duduk di samping Galen.
"Bagaimana perkembangannya?"
"Dia sudah mengaku. Ada seorang pria berdarah Jepang memberinya uang dan memintanya untuk merusak mesin motor yang dikendarai wanita itu," ujar Galen sembari menghisap rokoknya dan mengepulkan asapnya di depan Ravenhart.
"Tapi apa hubunganmu dengan pembalap wanita itu?"
"Dia adalah gadis yang 9 tahun lalu meninggalkan Leonard dan King di depan pintu rumahku. Dengan kata lain, dia adalah ibu dari anak-anakku."
"WHAT?" Galen terbelalak tak percaya mendengar penuturan Raven. Bahkan dia mengira Raven sedang bercanda karena raut wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun.
"Kau pasti tidak serius?"
"Aku tidak pernah berbohong. Lagipula membohongimu tidak memberiku keuntungan apa-apa," ujar Ravenhart datar.
"Jika begittu, bolehkah aku bertemu dengannya. Aku tidak pernah melihat pembalap wanita sebelumnya."
"Ini bukan waktu yang tepat. Kau masih harus membantuku untuk menemukan pria yang membayar orang ini. Siksa saja dia sampai dia mengaku, siapa yang telah memberinya uang. Jika perlu culik keluarganya agar dia segera memberitahu."
"Tenang saja. Dalam satu kali 24 jam aku pasti akan memberikan hasilnya padamu."
"OK. Jika begitu aku harus merepotkanmu dengan urusan ini."
Saat Raven menuju mobil, ponselnya bergetar. Itu panggilan dari ibunya.
"Ada apa, Mom?"
Raven mendengarkan ibunya marah-marah karena dia lupa memberikan kabar. Namun, Raven tidak menceritakan hal mengenai Seravina, karena dia tahu seberapa ibunya sangat membenci wanita itu.
Usai berbicara sebentar dengan ibunya, Raven bergegas menuju rumah sakit. Tadi dia sudah meminta Cale membelikan dua pasang baju ganti untuk kedua putranya dan juga untuk dirinya.
Di rumah sakit, Seravina tersadar lebih awal. Dia mendesis merasakan sakit yang menusuk di tulang rusuknya.
Leonard yang pertama kali menyadari Seravina membuka mata, pada akhirnya mendekat tanpa mempedulikan dua tamu yang diduga kakek dan juga neneknya.
"Apakah sakit?" tanya Leonard sembari mengusap keringat tipis yang membasahi kening ibunya.
Seravina tersenyum, rasanya masih seperti mimpi bisa melihat putranya saat dia membuka mata. Seravina menggeleng, mendengar pertanyaan Leonard.
"Kenapa kalian masih di sini? Tanya Seravina dengan suara serak. King datang dari belakang Leonard membawa segelas air untuk ibunya.
"Minumlah dulu." Seravina minum dua teguk air. King meletakkan gelas airnya dan duduk di tepi ranjang.
"Apa kau tidak suka kami berada di sini?" tanya Leonard. King kini juga ikut menatap Seravina. Dia menunggu jawaban ibunya.
Seravina menggeleng lemah. "Aku sangat senang kalian ada di sini, tapi aku sudah bilang pada kalian untuk ...."
"Siapa kami bagimu?" Seravina masih terlihat linglung meski dia sadar. Semua hal ini seperti tidak nyata.
"Kalian adalah anak-anakku tentu saja."
"Apa yang baru saja kau katakan, Harumi?" tiba-tiba suara menggelegar Yoshino mengejutkan Seravina. Tanpa sadar Seravina ingin bangkit. Namun, kemudian dia mendesis semakin keras. Luka jahitannya seperti tertarik dan itu sangat sakit.
Dari pada fakta mengejutkan tentang keberadaan anak Seravina, Victoria justru mendekati putrinya karena khawatir luka jahitannya kembali terbuka.
"Apa yang kau lakukan dasar anak bod*h!"
"Ibu, aku-"
"Tidak perlu penjelasan sekarang. Aku akan memanggil dokter agar dokter memeriksa lukamu terlebih dahulu." Victoria menekan tombol darurat. Selang 5 menit, seorang dokter dan juga dua perawat datang.
Leonard dan King mau tak mau akhirnya menjauh, mereka ingin memberi ruang agar dokter leluasa memeriksa luka ibunya.
Yoshino melirik dua bocah itu. Dia mendengus kasar. Bagaimana bisa dia kecolongan hingga memiliki dua cucu yang sudah sangat besar.
"Jadi kalian siapa?" tanya Yoshino.
"Kakek, kurasa kau tadi mendengar sendiri apa yang ibu katakan. Kau tidak boleh pura-pura tidak ingat."
Yuri menutup mulutnya dan menahan tawa. Baru kali ini ada yang berani pada ayahnya dan itu adalah cucunya sendiri. Ini sangat lucu.
"Siapa yang mengajarimu bicara tidak sopan pada yang lebih tua?"
"Kami diajari menghormati orang yang lebih tua, tapi tua saja tidak cukup. Kami akan sopan jika orang itu juga menghargai kami."
Victoria dan Seravina melirik ke arah Yoshino. Baru kali ini mereka melihat Yoshino berdebat dengan anak-anak. Pemandangan ini sangat menyakiti mata keduanya. Seandainya saja kehidupan mereka damai, Pastilah kedua bocah itu tidak akan terpisah begitu lama dari mereka.
Ravenhart masuk ke ruangan Seravina setelah mendapat laporan dari anak buahnya jika di dalam ada ayah dan ibu Seravina.
Saat pintu terbuka, mata Raven dan Seravina langsung berbenturan. Keduanya mematung seolah di ruangan itu hanya ada Raven dan Seravina.
Raven berdehem sesaat sebelum melangkah semakin dalam. Victoria menatap putrinya dan pria asing itu bergantian. Victoria langsung tahu jika pria ini kemungkinan besar adalah ayah dari cucu kembarnya.
"Siapa kau?" Seperti biasa, Yoshino langsung bereaksi keras.
"Namaku Ravenhart Houston."
"Lalu ada urusan apa kau kemari?" tanya Yoshino.
Raven tidak jadi mendekat ke ranjang Seravina. Dia justru berjalan dengan mantap menuju Yoshino.
"Perkenalkan, aku adalah Ravenhart Houston. Aku adalah ayah dari Leonard dan juga King sekaligus pria masalalu Seravina.
"Si*alan! Jadi kamu yang sudah menghamili putriku?"
"Ya. Itu benar-benar tidak sengaja. Sekarang berhubung kalian ada di sini, Ijinkan aku mengutarakan niatku. Aku ingin menjadikan Seravina sebagai istriku."
"Beraninya kau!"
"Dad, berhentilah."
"Kau membela pria ini?" tanya Yoshino tak terima. Victoria akhirnya tak tahan. Dia berdiri dan menarik Yoshino untuk keluar dari ruang perawatan Seravina. Victoria juga memberi kode pada Yuri agar keluar dari ruangan itu juga.
Setelah semua keluarga Seravina keluar, kini tinggal Ravenhart, Seravina dan juga si kembar.
Suasana cukup canggung, baik Seravina maupun Raven belum ada yang bersuara. Leonard dan King saling melirik tak sabar.
"sampai kapan kita akan seperti ini? Apa kalian berdua hanya akan terus melempar tatapan satu sama lain?" tanya King dengan malas.
Ravenhart mengusap tengkuknya. Baru kali ini dirinya merasa begitu sungkan pada seorang perempuan.
"Aku,_"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Cata Leya
kakek tsundere 😁
2025-02-08
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒖𝒂𝒍𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒏𝒊𝒉 😉😉
2024-10-02
0
Nur Bahagia
mulai menarik nih.. semoga Raven ga lemah lagi mentalnya, ga mabok2 an lagi
2024-09-17
0