Terjebak Pernikahan Bersama CEO
..."Dia menyakitimu? dia membuat mu menangis? tetapi kamu masih bertahan dengan alasan 'aku mencintainya'...
...Sekarang ku beri tahu...
..."Jangan bertahan dengan alasan 'aku mencintainya'. Tetapi bertahan lah dengan alasan: 'dia mencintaiku' 'dia tak pernah membuat ku menangis'...
...******...
"Plak."
Suara tamparan menggema di dalam ruangan itu, seorang gadis memalingkan wajahnya kesamping memegang pipinya yang terasa kebas. Matanya memanas ia menatap benci wanita yang sudah menamparnya.
"Kau sudah berani membangkang hah, mau kemana kamu berpakaian seperti ini." ucapnya memegang kasar baju Shasa.
Gadis itu menggunakan dress putih berlengan pendek di atas lutut, di padukan dengan hells berwana hitam rambutnya di biarkan tergerai indah, wajahnya di beri riasan natural yang semakin menambah kecantikannya.
"Saya tanya kamu mau kemana kenapa tidak di jawab?." ucapnya melotot tajam.
Seorang gadis bernama Shasa menghapus kasar air mata yang hampir jatuh dari pelupuk matanya, ia mengangkat wajahnya.
"Ck, mau kemana saja apa peduli anda jalang." ucapnya sinis.
"Apa katamu dasar anak tak berguna, cepat kembali ke atas kerjaan kamu itu cuma bisa keluyuran!." bentak Maria.
Dada Maria kembang kempis wajahnya berubah menjadi merah padam, bukan sekali ataupun dua kali Shasa memanggil nya j****g. Tentu saja dia tidak terima dengan ucapan anak tirinya itu.
"Bukan urusanmu, aku mau kemana dan pergi sama siapa. Kau tidak ada hak untuk melarang ku!."
"Oh iya daripada kamu sibuk mengurusi urusan ku, mending kamu urus saja anak kesayangan mu itu dia sering keluar masuk klub malam, takutnya melakukan yang nggak nggak ups." kekeh nya pelan, seraya memasang wajah menyebalkan.
"Shasa." hardiknya dengan nada tinggi.
Wanita tua itu terlihat marah, namun apakah dia peduli? Oh tentu tidak. Dengan perasaan bodoh amat Shasa berlalu meninggalkan Maria yang terus menatapnya tajam.
Nasib beruntung berpihak kepadanya hari ini, karena papa nya berada di luar kota sehingga wanita itu tak bisa mengadukan apa pun, setidaknya dia aman berbuat seenaknya malam ini.
"Anak sialan, pergi saja kau dari rumah ini." teriak Maria nyaring. Shasa tak menjawab dia terus melangkahkan kakinya dengan wajah masam.
"Aku sangat benci dengan wanita ular itu!." geramnya muak dengan ibu tirinya, sudah lama sekali dia ingin pergi dari rumah. Karena dia di perlakukan bagaikan pembantu di rumahnya sendiri, dan di siksa tanpa alasan sangat lucu bukan.
Mungkin orang lain akan mengucapkan kata beruntung karena terlahir di keluarga golongan orang berada, ayahnya adalah pebisnis sukses di dalam negri keluarganya terlihat harmonis di layar kaca sehingga banyak yang iri dengan keluarganya.
Namun tidak bagi Shasa itu semua hanya pencitraan semata, rumah yang dimana tempat pulang terasa seperti 'Neraka'.
Karena tak ada kenyamanan atau kebahagiaan yang dia dapatkan, yang ada hanyalah kebencian dan caci maki yang selalu dia terima.
Sialnya Ayah kandungnya sendiri tak memperdulikannya, bahkan sering menyiksanya karena alasan sepele, semua itu terjadi semenjak ibunya meninggal.
Belum kering kuburan ibunya, ayahnya membawa seorang janda beranak satu anaknya seumuran dengan dirinya. Dan di situlah kehidupan bagaikan neraka di mulai.
"Ck, menyebalkan sekali kapan aku bisa keluar dari rumah bagikan neraka di dunia nyata ini?." decak nya kesal.
Malam ini Shasa sudah bersiap menuju bar tempat di mana teman temannya merayakan hari kelulusan sekolah. Ia mengangkat handphonenya menghubungi sang kekasih yang telah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun ini.
"Halo, Sam aku sudah siap kamu bisa jemput aku nggak?." tanya Shasa kepada pacarnya Samuel, ia telah berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Aduh maaf Sha, aku udah pergi bareng Hendra kamu naik taksi aja ya." jawab Samuel di seberang telpon.
"Hem iya udah deh."
"Maaf ya sayang, kamu jangan marah ya nanti aku antar pulang."
"Hem iya, aku nggak apa apa kok." ucapnya dengan nada kecewa, dia langsung mematikan sambungan telpon padahal dia sudah berharap Samuel akan menjemputnya.
"Kenapa aku merasa Samuel semakin hari semakin menjaga jarak denganku? Atau cuma perasaanku saja." gumamnya.
Entah ia merasa akhir akhir ini sifat Samuel berubah kepadanya, atau cuma perasaannya saja atau mungkin dia yang terlalu banyak pikiran. Shasa menghela nafas lalu dia memesan taksi online.
"Gimana?."
"Beres!." Samuel tersenyum sembari mengelus pipi wanita yang berada di sampingnya.
*
Sesampainya di bar itu, Shasa langsung masuk wajahnya mengembangkan senyum tipis. Dia mengedarkan pandangannya mencari sang kekasih.
Hanya lelaki itu yang selalu memperdulikannya, selalu menemani dirinya, selalu memeluknya di saat sedih.
Bahkan Samuel meratukan dirinya tidak pernah berkata dengan nada tinggi. Selalu menunjukan rasa cintanya dengan hal hal kecil yang membuat Shasa selalu tersenyum.
"Samuel mana ya?."
Dia berjalan sembari mengedarkan pandangannya ke penjuru arah, mencari sosok yang selalu di rindukannya.
Suara dentuman musik yang lumayan keras dan bau alkohol sangat menyengat di hidung. Serta teman temannya berjoget ria menikmati alunan musik.
Dia tersenyum melihat sosok yang sedari tadi ia cari, namun senyuman gadis itu langsung luntur. Dia mengepalkan tangannya erat melihat pemandangan yang terjadi di depan matanya.
"Sam?." lirihnya tak percaya, hatinya seketika berdenyut nyeri.
Samuel kekasihnya berciuman dengan wanita lain di depan matanya. Dan sialnya, wanita itu adalah saudara tirinya sendiri.
'Sejak kapan?.' Hatinya berkecamuk bercampur aduk sedih marah kecewa menjadi satu.
"Beraninya kalian!." Shasa menggeleng kepala melihat pemandangan itu, dia berusaha menahan air matanya agar tidak jauh.
Dengan amarah serta kekecewaan yang menggebu gebu, Shasa menghampiri kedua insan yang tengah bercumbu di depan umum.
"Plak"
Suara tamparan berbunyi nyaring, sehingga membuat orang sekitar melihat ke arah mereka.
"Beraninya kalian bermain di belakang ku." pekik Shasa, dadanya terasa sesak seperti ribuan tusukan jarum menusuk hatinya, matanya memerah dengan bibir bergetar.
"Apa yang kamu lakukan Shasa?." teriak Mauren, dia langsung berdiri menatap nyalang saudara tirinya.
"Apa ha, kau tak perlu ikut campur. Dasar ibu dan anak sama sama jalang, buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya." Ia menatap marah.
"Diam Shasa, beraninya kau mengucapkan kata menjijikan itu kepada Mauren." bela Samuel membentak Shasa.
Shasa menatap tak percaya ke arah Samuel, rasa kecewanya semakin menjadi saat pria itu membentaknya.
Padahal dia tidak pernah menaikkan nada tinggi saat berbicara dengannya, pria itu selalu bertutur lembut. Dia memalingkan wajahnya, menghapus kasar air mata yang jatuh.
"Untuk apa kau menangisi hal hal yang tak berguna seperti ini Shasa, sepasang jalang dengan lelaki brengsek memang pasangan serasi." batin nya, berusaha menguatkan dirinya sendiri agar tidak terlihat lemah.
"Oh, iya kah aku pikir dia memang beneran jalang. Selamat kalian memang pasangan yang cocok."
"Sama sama sampah!." lirihnya dingin.
"Shasa!." bentak Samuel mengangkat tangannya. Namun dengan gesit Shasa menangkis tangan lelaki itu.
"Beraninya kau mengangkat tangan kepada ku Samuel." pekik Shasa emosi.
"Sha....." lirih Samuel lemah. Ia seketika sadar, merasa bersalah menatap tangannya yang hampir saja mengenai pipi kekasihnya.
Shasa tertawa sumbang, wajahnya terlihat tenang, namun hatinya tengah berantakan. Dia paling benci dengan penghianatan, lelaki yang sudah ia anggap sebagai rumahnya sendiri.
Dalam sekejap menghancurkannya sedalam ini.
'Kenapa?, kenapa kamu membawaku sejauh ini kalau hanya untuk menyakitiku.'
Sasha berusaha meyakinkan hatinya agar tidak kembali menangis, ia tidak ingin terlihat lemah di mata mereka semua.
" Mauren, selamat kamu menang ambilah aku tak butuh lelaki brengsek seperti dia sampah yang aku buang tidak akan di pungut kembali."
"
"Dan aku mengucapkan terimakasih kepadamu, karena sudah mengambil pengkhianat di hidupku." ucapnya dengan bibir bergetar.
"Samuel, mulai saat ini detik ini dan hari ini kita tak ada lagi hubungan apa pun. Tak perlu kau menjelaskan apapun karena semuanya sudah jelas.
Dan lihatlah suatu saat nanti kau akan mengemis minta kembali kepadaku."
"Suatu saat nanti kau akan sadar bahwa semua akan terlihat berharga setelah kehilangan."
"Goodbye, aku harap ini adalah pertemuan kita yang terakhir!." sinis nya seraya mengacungkan jari tengah kepada mereka berdua.
Shasa meninggalkan tempat itu, meninggalkan semua rasa kecewa, sakit hati dan segala kenangan dalam satu waktu. Ia akan melupakan itu semua, tak ada gunanya membuang air mata yang berharga.
{Pesan Author tak usah menangisi mantan karena tak berguna, mantan yah di buang jangan di kenang}
Setelah kepergian Shasa banyak orang berbisik bisik, melontarkan sindiran secara terang terangan, hingga membuat wajah Mauren semakin menggelap.
"Hahaha yang benar saja ada apa ini, Mauren berselingkuh dengan pacar kakak nya sendiri."
"Wah wah wah sungguh berita yang sangat lucu, jika di jadikan film judulnya seperti ini 'pacarku berselingkuh dengan adik tiriku." ledeknya, membuat orang di sekitarnya tertawa.
"Apa sih yang di lihat dari Mauren?."
"Mana aku tahu, cantik sih iya tapi kok murah ya!."
"Tu cowoknya mau mau aja sih, gak di sangka mata Samuel katarak atau mungkin buta ya?."
"Ck, kaya ngga tau aja jaman sekarang kaya gimana. Jelas kalau cewek sudah menawarkan selangkangan cowok mana yang tidak mau!."
"Haha, haduh bodoh sekali Samuel membuang berlian demi batu kerikil."
Banyak sekali sindiran dan cibiran yang mereka lontarkan seraya memandang jijik ke arah Mauren.
Telinga Mauren panas mendengarnya, dia menatap tajam mereka semua.
"Diam kalian semua." pekik Mauren marah, namun mereka semua tidak peduli kembali melanjutkan pesta.
Sedangkan Samuel terduduk, dengan mata memerah entahlah perasaan apa yang dia rasakan saat ini Samuel pun tidak tahu.
"Sayang sekarang kamu sudah putus dengan Shasa, akhirnya kita tak perlu main kucing kucingan lagi."
Mauren memeluk Samuel sembari mengelus dada lelaki itu. Namun Samuel lebih memilih diam tak menanggapi.
Shasa terus berjalan tak tentu arah, tak terasa air matanya menetes karena melihat kejadian beberapa saat lalu.
"Air mata sialan, tak perlu kau mengeluarkan air mata menangisi bajingan itu." tekan Shasa mengingatkan dirinya sendiri. Dia menghapus air matanya kasar.
"Argh sialan, kenapa hidupku tak pernah bahagia."
"Tuhan takdir macam apa yang kau siapkan untuk ku, suasana rumah seperti neraka, bahkan kekasihku berkhianat."
"Aku capek tuhan, aku lelah. Lelah tingkat dewa tingkat tinggi level stadium akhir." pekiknya kesal. Dia menendang kaleng yang ada di dekat kakinya dengan kuat.
"Kluntang"
"Guk guk"
"Alah mak gawat mati aku." gumamnya membulatkan mata.
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
juwita
mantan bkn pahlawan knpa mesti di kenang. buang aj mantan ke tong sampah🤣
2025-10-04
0
reza indrayana
awal baca campur aduk dah ...seru nich kya,'nya....👍🏻👍👍🏻💛💙💛🫰🏻🫰🏻😘😘
2024-11-23
0
Heny
Seru ne lanjut thor
2025-06-11
0