Selama dalam perjalanan, hening. Tidak ada yang bersuara sedikitpun, Dirga fokus menyetir namun isi kepalanya berperang begitu juga dengan Jaevano entah apa yang pria itu pikirkan. Sedangkan Shasa yang merasa sangat kelelahan, ia tertidur pulas sedari tadi.
Karena ada tanjakan, kepala Shasa langsung bersandar ke bahu Jaevano. Dirga yang terus melihat ke belakang melalui kaca pria itu membulatkan matanya melihat kelakuan gadis itu.
"Haduh gadis itu mau cari gara gara atau apa, bisa bisanya dia nanti di tendang keluar oleh Vano!." batin Dirga merasa was was sendiri.
Karena merasa ada yang menimpa bahunya, Jaevano langsung melihat kesamping. Pria itu menghembus nafas pelan lalu ia mematikan tab, dengan perlahan ia memperbaiki posisi kepala gadis itu.
Hal itu tak luput dari ekor mata Dirga, sehingga ia langsung memberhentikan mobil mendadak melihat kelakuan Jaevano di luar nalarnya.
"Dirga!!" tekan Jaevano, hampir saja keduanya terjungkal ke depan, namun beruntung Jaevano memegangi tubuh Shasa sehingga gadis itu baik baik saja.
"Hem" gumam gadis itu karena tidurnya terusik, namun ia tidak membuka mata melainkan memeluk erat tubuh Jaevano yang berada di sampingnya.
"What!!!" pekik Dirga membulatkan matanya sembari menoleh ke belakang. Dia terkejut melihat pemandangan ajaib itu.
"Berisik, lima menit lagi." gumam Shasa dengan mata masih terpejam.
"Kau mau cari mati Dirga?." cetus pria dengan rahang kokoh itu, menatap tajam tangan kanannya.
"Siapa gadis itu? kenapa kau...
"Cepat jalan, jangan banyak tanya Dirga atau gajimu akan ku potong." ancamnya menyela ucapan Dirga.
"Ck, sial sungguh di luar perkiraan BMKG. Awas jika kau tidak menceritakannya kepadaku aku akan mencari tau sendiri." gumamnya kesal lalu kembali menjalankan mobil, namun isi kepala Dirga masih terus bertanya tanya dengan pertanyaan yang sama.
Sedangkan Jaevano, pria itu menahan nafasnya karena di peluk erat oleh gadis yang sialnya istrinya sendiri.
"Ck, apa kau sangat nyaman memelukku seperti ini?." gumamnya pelan seraya menelisik wajah gadis itu.
"Sebenarnya wajahnya tidak buruk." lanjutnya lagi masih menatap lekat wajah yang tertidur nyenyak di dalam pelukannya.
Shasa memiliki alis yang tebal tertata rapi, bulu mata yang panjang dan lentik, serta hidung yang mancung bibir berwarna merah muda alami tanpa olesan lipstik.
Wajahnya putih mulus tanpa bekas jerawat sedikitpun, dan rahang yang tirus. Yang pria ketahui juga gadis itu memiliki mata hazel, gigi gingsul dan lesung pipi menambah kesan manis di wajah gadis itu.
Dirga mengerutkan dahinya melihat dari cermin, Jaevano terus menatap wajah gadis itu, namun pria itu masih memasang wajah datar "Ehem ehem ehem!."
Mendengar suara Dirga, Jaevano langsung mengangkat kepalanya menatap dingin pria itu. Sontak Dirga melihat sorotan mata mematikan, dari kaca spion langsung memalingkan wajahnya.
"Cih, apa matahari akan terbit dari barat?." tanya Dirga dengan nada pelan.
"Aku mendengar mu Dirga." ujarnya dingin. Namun Dirga lebih memilih diam dari pada mencari masalah dengan kulkas dua puluh pintu itu.
Sesampainya di depan rumah mewah bak istana tersebut, namun Shasa masih betah memejamkan matanya.
"Sini biar aku gendong gadis itu kedalam." Dirga menawarkan diri, namun pria itu mendapat tatapan tajam dari Jaevano.
"Tidak perlu, kau bawa saja kopernya!." ucap Jaevano dingin, lalu langsung menggendong gadis itu dengan ala bridal style.
Dirga yang melihat kejadian yang sangat aneh di matanya hanya bisa mendengus kesal, dengan setengah ikhlas ia menyeret koper milik gadis itu.
Dengan langkah tegas Jaevano menggendong tubuh ramping yang hanya seberat bulu baginya "apa gadis ini tidak di beri makan sehingga berat badannya seperti ini?." batinnya.
"Jaevano, siapa gadis yang kau bawa." pekik seorang wanita paruh baya, menatap tajam. Jaevano langsung menghentikan langkahnya, menatap datar wanita itu.
"Bukan urusanmu Ameera Jhonson." ujarnya dingin lalu langsung berlalu tanpa memperdulikan wanita yang di ketahui sebagai ibu tirinya itu.
"Hentikan langkahmu Jaevano, beraninya kamu membawa gadis sembarangan ke dalam mansion ini." bentaknya berapi api dengan dada yang naik turun.
Namun Jaevano sama sekali tak menggubris, dia terus melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Dasar anak kurang ajar." tambah Ameera, dia menatap Dirga tak kalah tajam seperti singa betina yang siap menerkam mangsanya.
"Siapa gadis yang di bawa anak tak tau diri itu, Dirga?" tanya Ameera ketus.
"Kepo." sinis Dirga merasa muak, karena setiap bertemu wanita itu telinganya sakit mendengar suara yang sangat melengking.
"Dirga, kau tidak punya sopan santun kepada nyonya di rumah ini. Dasar kacung sialan!." pekik wanita paruh baya itu.
"Ck suaranya melebihi Shireen!." gerutu Dirga kesal, ia langsung menaiki lift menuju kamar Jaevano.
Dirga langsung mengerutkan dahinya merasa ada yang janggal "tunggu dulu, kamar Jaevano? eh apa pria itu membawa gadis ingusan itu kedalam kamar?."
Dirga melebarkan matanya. Sesampainya di lantai empat, Dirga langsung bergegas menuju kamar, atasan sekaligus sahabatnya itu.
Sesampainya di sana Dirga sangat tercengang sungguh demi apapun dia ingin berteriak sekencang kencangnya, bagaimana tidak terkejut jika Jaevano membaringkan tubuh Shasa di ranjang miliknya serta menyelimuti gadis itu dengan lembut.
Pasalnya tidak ada yang pernah memasuki kamar itu, walaupun pelayan sekalipun bahkan dia sendiri tak pernah menginjakkan kaki kedalam kamar luas tersebut.
"Hey, Vano jelaskan. Apa apaan ini?." tanya Dirga mulutnya sudah sangat gatal sedari tadi. Jaevano memutar bola matanya malas, ia langsung beranjak menuju Dirga yang berdiri di depan pintu yang terbuka.
Ia langsung merebut koper berwarna pink milik Shasa, lalu langsung memasukkannya kedalam kamar di dekat pintu setelah itu menutup rapat pintu kamarnya.
Tanpa berkata apapun, Jaevano langsung berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di samping kamar.
"Jaevano kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku sedari tadi." protes Dirga memasuki ruang kerja pria dingin itu.
"Cih, kau sangat berisik Dirga kepalaku pusing." ujarnya ketus seraya memijit pangkal hidungnya, apalagi tubuhnya masih belum sembuh total.
"Siapa gadis itu? kenapa kamu membawanya kedalam kamar!." tanya Dirga gusar karena tak mendapat jawaban apapun.
"Istriku!" jawab Jaevano malas.
"What, really?." pekik Dirga matanya akan melompat dari tempatnya, apa dia salah dengar?. Itu seperti lelucon yang tidak lucu pikirnya.
"Diam Dirga, mending kamu cepat cari siapa yang menyerang ku malam itu." bentaknya.
"Apa kamu bercanda Jaevano, sejak kapan kau mau menikahi wanita?." tanya Dirga mengalihkan pembicaraan.
"Maksudmu aku akan menikahi pria begitu?, jangan mengalihkan pembicaraan Dirga cepat selesaikan apa yang ku minta."
"Tapi Jaevano...
"Besok kau akan ku kirim ke pulau Jeju." tekan Jaevano kesal dengan Asisten sekaligus sahabatnya itu.
"Eh tidak tidak, baiklah aku akan pergi sekarang!." kilah Dirga langsung berlari terbirit-birit. Karena dia tidak mau di kirim ketempat pengasingan tersebut. Setelah keluar dari ruang kerja Jaevano ekspresi wajah Dirga langsung berubah dingin, tak kalah dengan wajah Jaevano.
Pria itu memang memiliki kepribadian ganda sewaktu waktu akan sangat cerewet dan inilah kebalikannya jika dia sudah di berikan tugas, Dirga bagaikan singa yang kelaparan siap untuk menerkam siapapun.
"Apa yang akan aku lakukan dengan gadis itu?." gumam Jaevano frustasi.
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Febby Fadila
masa shasa nggak kerasa luka cambuknya siii pasti sakit
2024-11-20
1
Fitria Hermanti
apa kabar dengan luka cambuknya Sasha ,,,masa iya Sasha sekuat itu bahan cambukan
2024-10-05
2
Yani
Dirga kepo banget cari tau sendiri Dirga
2024-06-03
1