Mimpi Buruk

..."Jika kamu merasa sendirian, maka rangkul lah aku. Jika kamu merasa takut, maka peluk lah aku"...

...****************...

"Tante Bella?, di mana dia saat ini. Jika dia memang memiliki anak perempuan, seharusnya dia menikah denganku kan. Itu pembahasan terakhir saat mama masih hidup!." gumam Jaevano mengingat sahabat ibunya, saat itu dia memang masih kecil.

Namun ia masih mengingat jelas, pembicaraan sang ibu bersama sahabatnya. Entahlah Jaevano tidak tau di mana keberadaan wanita itu sekarang, saat dia bangun ibunya sudah di kebumikan. Bahkan semenjak itulah dia sama sekali tak melihat tante Bella sampai sekarang ini.

"Aku rasa ada kejanggalan, waktu kami pergi mobil itu baik baik saja. Aku ingat sekali mama bilang rem nya tidak berfungsi, pasti ada orang yang sabotase."

"Sudah 25 tahun berlalu, namun aku sama sekali belum mengetahui siapa dalangnya."

Jaevano menggeram, ia mengepalkan tangannya hingga buku buku jarinya memutih. Rahang pria itu mengeras, sorot matanya sangatlah tajam seperti mata pisau.

"Ceklek"

"Tuan, rapatnya sudah siap." panggil Dirga, ia baru saja memasuki ruangan Jaevano. Dahinya berkerut melihat wajah Jaevano yang tak biasanya.

"Ada apa dengan dia?, kenapa wajahnya terlihat emosi begitu." batin Dirga, nafasnya tercekat melihat wajah mematikan dari atasannya itu.

*

Matahari sudah lama terbenam dari arah barat, dunia sudah gelap gulita. Langit tampak sepi, tanpa adanya cahaya bintang dan bulan, malam ini hanya awan hitam yang menemani sepinya dunia malam.

Jaevano baru saja sampai di mansion, tepat pukul 12 malam. Ia memang selalu pulang malam, demi menghindari drama membosankan jika bertemu dengan ibu tirinya.

Clara baru saja menuruni anak tangga untuk mengambil air minum, melihat Jaevano yang baru pulang seraya menenteng jaz di tangannya.

"Jaevano baru pulang!." gumamnya

Pria berbadan atletis dengan tinggi 185cm itu, berjalan melalui seorang wanita yang terus menatapnya.

"Vano tunggu, kamu baru pulang semalam ini?, apa kamu sudah makan, aku akan menyajikan makanan untuk mu." cegah Clara menahan tangan Jaevano.

Jaevano menatap tajam, lalu menghempaskan tangan Clara. Dia tidak suka seseorang menyentuh dirinya, "Jangan menggangguku." sentak nya dingin, langsung berlalu memasuki lift.

Clara terpaku di tempat, ia menatap tubuh Jaevano yang sudah tertelan di dalam lift.

"Dia sudah berubah, tapi aku sangat yakin Vano masih sangat mencintaiku." lirihnya, penuh keyakinan.

Clara adalah mantan kekasih Jaevano, mereka menjalin hubungan selama 4 tahun. Clara yang hanya anak seorang janda dari keluarga sederhana, namun keberuntungan baginya memiliki kekasih yang amat kaya seperti Jaevano.

Jaevano sangat humoris dan lembut kepada Clara selama menjalin hubungan, apapun yang wanita itu inginkan selalu Jaevano wujudkan.

Namun naas, saat Clara mengetahui, bahwa Jaevano hanya memimpin sebuah perusahaan bangkrut, dan ada desas-desus yang ia dengar bahwa kekasihnya itu seorang impoten.

Clara yang notabenenya, menginginkan kekayaan meninggalkan Jaevano. Ia berselingkuh dengan saudara tirinya Satria.

Mendapat kekecewaan yang sangat mendalam, Jaevano berubah menjadi lebih dingin, kejam dan tak tersentuh. Semenjak itu dia sama sekali tak percaya dengan perempuan.

Mantan kekasih Jaevano hanya Clara, pria itu yang sejak awalnya memang tidak tertarik dengan perempuan, namun entah bagaimana Clara bisa masuk kedalam hidupnya.

*

Jaevano memasuki kamarnya, seraya melepas kancing kemeja. Kamar nan luas di hiasi cahaya lampu meremang, ia melihat sosok gadis yang tidur acak acakan.

Shasa tidur terlentang, dengan kaki dan tangan yang terbuka lebar, kepalanya menoleh kesamping tak lupa mulutnya sedikit terbuka. Selimut dan guling jatuh kelantai.

"Gadis ini tidur tidak ada anggun anggunnya." decak nya kesal, karena Jaevano tidak suka yang barbau berantakan.

Ia memperbaiki tidur istri kecilnya itu, memposisikan yang benar agar tidurnya nyaman. Jaevano menutup dagu Shasa.

"Jika diam seperti ini, sebenarnya terlihat cantik." gumamnya menatap Shasa, yang tertidur pulas.

"Argh, apa yang kau pikirkan Vano. Dia sama seperti perempuan di luar sana, hanya mengincar harta." ucapnya datar, banyak asumsi buruk di kepalanya.

Setelah menyelimuti Shasa, ia langsung memasuki kamar mandi.

Selesai membersihkan diri, ia menatap ke arah ranjang lalu melirik sofa.

"Aku tidak ingin tidur di sofa." ucapnya pelan, lalu tidur di samping Shasa.

Belum lama ia memejamkan mata, tangan kecil melingkar di pinggangnya. Hal itu membuat tidurnya langsung terjaga.

"Ck, gadis ini." geram Jaevano, ia langsung mendorong tubuh Shasa memberikan sebuah bantal guling agar gadis itu tidak memeluk dirinya.

*

"Ma, mama. Jangan tinggalkan Vano." gumamnya, tidurnya terus bergerak gerak. Membuat Shasa terbangun.

"Mama." gumamnya terus mengigau.

"Hey, kenapa batu bernafas ini. Sepertinya mimpi buruk." lirihnya, menatap tubuh Vano yang berkeringat.

"Bangun." Shasa menepuk pipi suaminya.

"Jangan tinggalin Vano ma." gumamnya lagi.

"Batu bernafas bangun, jangan bermimpi buruk dong gimana sih." geram Shasa ia terus menepuk pipi pria itu. Ya elah Sha, gimana tidak mimpi buruk itu kan bunga tidur.

"Mama." pekik Jaevano, ia langsung terbangun duduk secara reflek.

"Astaga makan gulai ayam." pekik Shasa terkejut. Jantungnya berdetak kencang.

"Woy batu bernafas, kalau mau teriak kasih aba aba dong." ucapnya menatap kesal.

Nafas pria itu ngos-ngosan, dadanya naik turun keringat telah membasahi tubuhnya. Mimpi buruk kecelakaan mengerikan kembali menghampirinya.

"Eh, kamu sakit ya?." Shasa menempelkan punggung tangannya di kening sang suami.

"Lepas." bentak Jaevano menepis tangan Shasa. Ia langsung bangkit berlalu menuju kamar mandi.

"Eleh, menyebalkan sekali dia."

"Tidur nyenyak ku jadi terganggu." lirihnya menguap, lalu kembali membaringkan tubuhnya, mencari posisi nyaman tak butuh lama ia kembali tertidur.

Jaevano membasahi wajahnya, lalu menatap ke arah cermin. "Mama tenang saja, Vano akan mencari dalang kecelakaan itu." geramnya memegang erat sisi wastafel.

Entahlah dia merasa kesal dan marah kepada dirinya sendiri, bukan tanpa sebab. Karena dia sampai saat ini belum bisa menemukan pelakunya, karena ia yakin itu semua sudah di rencanakan oleh seseorang.

"Argh siapa pun dalangnya, aku berjanji akan mandi darah dengan orang itu." sumpah Jaevano.

Setelah puas menenangkan diri, Jaevano mengusap wajahnya kasar. Lalu kembali membaringkan tubuhnya di samping gadis yang baru ia nikahi.

"Kenapa kamu hadir di dalam hidupku?." lirihnya, menatap wajah yang tertidur lelap.

Ia memalingkan wajah menatap langit langit, seraya merenungkan semua yang telah terjadi. Siapa yang telah mencelakai ibunya?.

"Ma Vano harus bagaimana?."

Tiba tiba tangan kecil melingkar di tubuhnya, membuat lamunan Jaevano buyar. Dia menghela nafas pelan dengan kebiasaan Shasa suka memeluknya.

"Senyaman itu hem sampai kau terus memelukku?." gumamnya lalu membalas pelukan itu, entah dalam keadaan sadar atau tidak.

Keesokan harinya...

_To Be Continue_

Terpopuler

Comments

Sri Mulyani

Sri Mulyani

kerjaan mama tiri mu Vano .. yg ingin merebut papamu dan hartanya

2025-03-03

0

Febby Fadila

Febby Fadila

ya udah vano saling peluk biar sama2 nyaman

2024-11-20

0

Sri Mulyani

Sri Mulyani

mungkin Shasa anak Tante bellA

2025-03-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!