..."Antara hujan dan takdir. Hujan adalah cara langit menumpahkan perasaan kepada bumi. Tidak peduli seberapa deras deraian yang jatuh, tanah dengan ikhlas menampung....
...Sehingga darinya dapat menumbuhkan berbagai kehidupan di atasnya. Begitu juga dengan takdir, jika kita ikhlas menerimanya, tidak peduli seberapa berat ujian yang datang pada akhirnya ada rencana tuhan yang tak pernah kita duga"...
..."Begitupun dengan jodoh, akan datang dimana pun dan kapanpun tanpa kita minta dan tanpa di duga. Semuanya sudah di takar tanpa tertukar"...
...*****...
"Alah mak mati aku!." gumamnya, ngeri melihat anjing itu mengeluarkan taringnya yang tajam.
"Buset, anjingnya gede banget, kabur." ia langsung berlari kencang tak kala anjing itu mengejarnya.
"Tolong, jangan kejar aku, jangan gigit aku. Aku tidak mau mati terkena rabies apa lagi aku belum menikah." Pekiknya histeris sampai air matanya keluar.
"Tolong, jangan kejar aku dasar anjing." Nafasnya tersengal, ia terus melirik ke belakang namun anjing itu masih mengejarnya.
"Sialan tolong." pekiknya histeris. Jantungnya berdetak cepat, situasinya seperti antara hidup dan mati. Apa lagi anjing itu menggonggong seraya memperlihatkan giginya yang tajam, semakin membuatnya ketakutan.
"Guk guk guk."
"Tuhan tolong, aku tidak ingin nanti tubuhku habis di makan anjing tidak lucu kan!." pekiknya air mata telah mengalir deras. Entah telah berapa jauh ia berlari, sesekali melirik ke arah belakang.
"Sial anjing ini, gabut yak." rengeknya, saat melihat sebuah gang Shasa langsung memasuki gang itu. Lalu bersembunyi di balik pohon besar. Akhirnya anjing itu sudah tak terlihat lagi.
"Huh selamat, rasanya aku hampir mau mati. Dasar anjing sialan."
Dia menghela nafas lega. Jantungnya masih berdetak dua kali lipat seakan akan ingin lompat dari tempatnya.
"Sialan, kenapa hidupku terus penuh dengan sial. Apa memang aku terlahir menjadi orang sial." maki nya kesal. Dia menenangkan dirinya sejenak, setelah aman Shasa keluar dari tempat persembunyiannya.
"Ini dimana?." dia menyipitkan mata, mengedarkan pandangan ke sekeliling arah.
"Sepertinya aku tersesat karena berlari terlalu jauh!." gumamnya, dia sama sekali tidak mengenal tempat ini.
Terlihat sedikit rumah warga jarak nya berjauhan, banyak pohon pohon di sekelilingnya. Beruntung ada lampu jalan sebagai penerangan setidaknya suasana tak terlalu horor.
"Ck nasib nasib." Shasa mengacak rambut frustasi. Dia akhirnya berjalan melihat sekelilingnya.
"Sudahlah mau bagaimana lagi, mana hp ku mati lagi. Sungguh sial kan." ucapnya ingin menangis.
Namun ada hikmahnya Shasa di kejar anjing, rasa kecewa dan sakit hatinya hilang di gantikan dengan jantung yang hampir loncat keluar.
"Hais ini di mana sih, sumpah nggak lucu kalau aku nyasar ke hutan!." kesalnya, dia telah berjalan jauh namun semakin lama hanya ada beberapa rumah warga. Suara petir menggelegar, rintik hujan berjatuhan dengan cepat membasahi bumi.
"Ck sial sial sial." pekiknya, dia langsung berlari. Berteduh menuju rumah warga yang berada di ujung jalan. Rumah itu kotor tak terawat mungkin sudah lama tak berpenghuni. Suasana semakin mencengkam apa lagi hujan deras menambah kesan horor.
"Dingin." Shasa memeluk tubuhnya sendiri, akibat terkena hujan bajunya menjadi basah. Tubuhnya semakin terasa dingin karena di tiup angin yang kencang.
"Arghhhh" pekik seseorang nyaring.
"Siapa itu?." panggil Shasa melihat ke arah sekeliling.
Dia melihat seorang pria yang berjalan sempoyongan di bawah guyur hujan yang deras. Shasa melihat pria itu akan tumbang, langsung berlari mendekatinya.
"Hey kau tak apa apa?." dia langsung membawa pria itu ke rumah kosong untuk berteduh, sialnya bajunya semakin basah sehingga lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas.
"Sst." desis pria itu, wajahnya penuh dengan luka lebam terlihat lengan kanannya mengeluarkan darah. Mungkin terkena luka tembak.
Shasa membantu mendudukkan lelaki itu, seketika wajahnya pucat melihat kondisi pria itu yang menggemaskan apa lagi darah terus mengalir.
"Hey kau masih hidup kan, belum ingin mati!." tanya Shasa ketar ketir, jika pria itu mati bisa bisanya nanti dia yang di tuduh membunuhnya.
"Hey bangun jangan dulu mati dong." panggil Shasa.
"Ck berisik" bentak pria itu, mengerang kesakitan. Shasa langsung menutup mulutnya dia merasa kesal.
"Eleh, untung di tolongin kalau aku jahat ku biarkan kau mati di sini." gumamnya. Sekarang dia merasa kebingungan bagaimana menolong pria itu.
"Duh bagaimana ini, malah hujan deras lagi." decak nya kesal, kesialan datang bertubi tubi malam ini, entah kesialan apa lagi yang akan menimpanya.
"Hey kau bertahan dulu oke, jangan memejamkan kan mata, tetap bernafas." ucap Shasa dengan nada memerintah.
Pria itu tak menyahuti dia terus diam memegang lengan kanannya yang terluka, wajahnya telah pucat pasi. Pria itu merintih kesakitan.
Shasa langsung berdiri namun naasnya dia tergelincir karena lantai licin akibat air hujan. Sehingga dia jatuh terjerembab menimpa pria itu.
"Arghhhh" pekik keduanya.
"Aa sakit." rengeknya mengadu kesakitan, Shasa berusaha ingin bangkit namun dia kembali terjatuh menimpa lelaki itu, sialnya lagi bibir mereka saling menempel.
"Hey kenapa kalian di situ." panggil warga yang baru saja pulang dari shalat isya sambil memegangi payung.
Shasa terkejut dia langsung bangkit dengan wajah pias.
"Beraninya kalian berbuat mesum di sini." bentaknya menatap tajam ke arah mereka.
"Bapak bapak kemari ada yang berbuat mesum." ia memanggil teman temannya yang berada di belakang.
"Eh eh, apaan pak jangan main tuduh, saya tidak berbuat mesum di sini....
"Alah diam kamu saya melihat sendiri dengan mata kepala saya kalian berpelukan sambil berciuman, maling mana mau ngaku." gertak bapak itu melotot sambil menggeleng kepala.
Namun pria yang bersamanya hanya bisa terdiam tak berkutik.
"Dasar anak jaman sekarang." ucap warga yang menghampiri mereka.
"Bapak bapak tolong dengarkan saya, sumpah pak saya tidak bohong saya cuma neduh di sini terus nolongin lelaki ini yang terluka parah." ucap Shasa mencari pembelaan.
Namun bapak bapak tersebut sama sekali tak mendengarkan ucapannya, membuat Shasa kewalahan menjelaskan kronologinya.
"Yang di katakan gadis ini benar, kami tak berbuat macam macam di sini, tolong jaga bicara anda." ucap pria itu tegas seraya meringis kesakitan.
"Alah saya tidak percaya, saya lebih percaya apa yang saya lihat. Jelas jelas saya melihat kalian berpelukan dengan bibir menempel apalagi kalau bukan berbuat mesum." ucap bapak itu.
"Eh pak jangan main asal tuduh dong, jelas jelas saya tadi terjatuh tak sengaja menimpa tubuh dia bahkan kami tidak saling mengenal." bantahnya tidak mau di salahkan.
Enak saja dia di tuduh berbuat mesum, selama pacaran saja ia hanya berpegangan tangan dan tidak lebih.
"Jangan banyak omong, jelas jelas alasan kamu tidak masuk akal jika ingin berbuat mesum mending jangan di sini." sahutnya tak percaya.
"Bapak bapak mari kita bawa mereka ke balai desa di nikahkan segera agar kampung kita tidak kena sial gara gara perbuatan mesum mereka." ucap salah satu dari mereka.
"Betul itu, kalian harus menikah jika tidak desa kami akan terkena sial." ucap bapak bapak menuntut.
Shasa bingung harus bagaimana masa iya dia harus menikah, itu sangatlah tidak dia harapkan, apalagi harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak di kenal, akan seperti apa pernikahannya nanti?.
Sasha sudah berusaha melakukan pembelaan, namun tidak ada yang mendengarkannya.
Dan akhirnya warga tersebut mengarak Shasa bersama lelaki itu, sungguh Shasa merasa sangat kesal bercampur malu mau di taruh di mana mukanya. Sial sial sungguh sial, malang nian nasib yang menimpa Shasa.
"Tolong pak lepasin, kami tidak melakukan apapun, percayalah."
Shasa beberapa kali memberontak minta di lepaskan, mulutnya terasa pegal karena terus berbicara namun mereka seakan menutup telinga, tidak mendengarkan penjelasannya sedikitpun.
"Alah diam kamu, makanya kalau mau berzina jangan di sini!."
"Tapi pak, kami tidak melakukan apapun." sela Shasa masih bersih keras meyakinkan.
"Tidak usah banyak alasan, buktinya sudah di depan mata." sahutnya tidak percaya.
"Ayo bapak bapak, kita bawa mereka!."
Shasa hanya bisa terdiam seraya meringis. Sesampainya di balai Desa kebetulan pak RT sedang berada di sana.
"Ada apa rame rame seperti ini bapak bapak!." ucap pak RT yang baru saja keluar dari balai desa karena mendengar keributan dari luar gedung tersebut.
"Ini pak RT, kami menciduk kedua pasangan ini berbuat mesum di rumah kosong di ujung jalan!." ucap bapak yang pertama sekali melihat kedua orang itu.
"Betul pak RT, mending kita nikahkan saja mereka!."
Pak RT terdiam, lalu melihat kedua orang yang tampak berantakan.
"Tenang dulu bapak bapak, jangan asal ambil keputusan siapa tau mereka tidak berbuat seperti itu!." sela pak RT berkata bijak.
"Betul pak demi tuhan kami tidak berbuat apa apa, kami cuma berteduh di sana." timpal Shasa dengan wajah yang putus asa, karena warga lebih percaya dengan apa yang di lihat dari pada yang di dengar.
"Tidak usah menyebut nama tuhan jika masih berbuat Zina!." ucap warga menyudutkan Shasa.
Karena desakan para warga, apa lagi banyak orang yang berkerumun di balai desa karena keributan tersebut. Mau tak mau pak RT langsung menikahkan mereka berdua malam ini juga.
"Baiklah bapak bapak, harap kalian semua tenang dulu. Kita obati dulu pemuda ini baru di nikahkan!." ucap pak RT, sehingga membuat mereka semua diam.
"Mari nak, masuk dulu!." ucap ibu ibu membawa Shasa kedalam balai desa, sedangkan yang lainnya mulai mempersiapkan pernikahan dadakan tersebut.
Sudahlah Shasa sudah pasrah, mau bagaimanapun tidak akan ada yang percaya dengan ucapannya, sedangkan pria itu sama sekali tak berdaya apalagi dengan kondisinya yang lemah.
Sungguh fitnah lebih kejam dari pembunuhan, hal itulah yang menggambarkan kondisi Shasa saat ini. Di balai desa pun Shasa masih berusaha untuk menjelaskan namun hasilnya tetap nihil, sepertinya memang takdirnya seperti ini. Sungguh sial yang datang bertubi tubi.
Setelah mengobati lelaki itu, dan mereka berdua berganti pakaian dengan ala kadarnya serba sederhana, tidak ada yang namanya pesta mewah.
Shasa duduk terdiam seraya menundukkan kepala.
Setetes cairan bening lolos dari pelupuk matanya. Takdir macam apa ini tuhan? apa aku harus berteriak melawan takdir yang engkau tuliskan untukku? batin Shasa frustasi.
Dan kata 'Sah' menggema di ruang balai desa, banyak warga yang menyaksikan ikatan sakral tersebut. Yang Shasa baru ketahui nama suaminya adalah Jaevano Bagaskara.
Pria itu akhirnya mempersunting Shasa dalam keadaan genting dan mendadak, bahkan dengan maharnya hanya sebuah kalung yang berbandul hitam pekat namun dengan ukiran unik.
"Baiklah nak Shasa sekarang cium tangan suaminya." ucap pak penghulu. Mau tak mau Shasa mencium punggung tangan pria yang saat ini telah berstatus sebagai suaminya.
"Sial sial sial, hari ini adalah hari sial dalam hidup ku." teriak Shasa dalam hatinya.
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Febby Fadila
sabar ya sha semoga ini awal kebahagiaan kamu
2024-11-20
0
Nur Hayati
mengenaskan
2024-11-12
1
Lesmi Ylsti
menggenaskan
2024-11-01
0