Aku Lapar

..."Jika kau memperlakukan ku dengan baik, maka aku juga akan memperlakukan mu dengan baik."...

..."Jika kau menghormati ku, maka aku juga akan menghormati mu. Tidak akan aku biarkan orang terus menindas ku, hidup ini seperti permainan jika kita tidak bisa memainkan, maka kita akan di permainkan."...

...~Shasa Bella Putri~...

...****************...

"Eca, nanti temani aku tour rumah ini ya." matanya melihat ke sana kemari, dia masih tetap kagum dengan interior mewah perpaduan antara klasik dan modern di rumah bak istana itu.

Rumah ini benar benar luas, seperti kastil di negri dongeng. Bahkan kemarin ia sempat melihat di belakang rumah terbentang halaman yang luas seperti padang rumput. Entah berapa hektar luasnya rumah ini, ia tidak tahu.

"Baiklah, dengan senang hati!." jawab Eca bersemangat, mengikuti Shasa dari belakang.

Mansion yang sangat luas, tak hentinya dia berdecak kagum walaupun ia sudah setengah bulan berada di sana.

"Sungguh, luas sekali buat apa coba membangun rumah sebesar ini jika penghuninya sedikit, kalau malam pasti terasa sangat menyeramkan." gumam Shasa bergidik, membayangkannya saja ia sudah merinding duluan.

"Ah Eca, apa kau tidak takut jika malam malam di mansion seluas ini, pasti sangat menyeramkan jika semua lampu di matikan." Shasa merinding, karena dia takut dengan hal yang berbau mistis.

"Eh itu, tidak buruk." jawab Eca menggaruk tengkuknya padahal tak gatal. Dia terkadang bingung menjawab pertanyaan Shasa yang kebanyakan di luar nurul.

"Hum begitu yah, sepertinya memang tidak terlalu buruk." jawabnya acuh.

Sesampainya di ruang makan, dari kejauhan Shasa melihat ada mama mertua, eh ralat nenek lampir. Tengah duduk sendirian sembari memainkan ponsel miliknya.

"Wah apes sekali pagi pagi langsung ketemu nenek lampir."

Eca memutar bola matanya malas, "Sepertinya itu rezeki mu Sha." timpal Eca konyol.

Shasa mendelik mendengar kata sembrono itu, "Ck kau inginku pites Eca."

"Aha tidak tidak, aku hanya bercanda kalau begitu aku pergi kebelakang dulu yah, bay!." Eca langsung berlalu tunggang langgang meninggalkan Shasa. Dia sudah tidak berbicara formal kepada gadis itu.

"Hadeh, sungguh menyebalkan sekali." decak nya kesal, lalu berjalan santai menghampiri meja makan.

"Pagi mama mertua!." sapa nya seraya memaksakan senyum ramah.

"Huekk, rasanya ingin muntah beramah tamah dengan mama mertua bau azab, eh ralat nenek lampir. Spek wanita bau tanah seperti dia mana pantas jadi mama mertua idaman."

Batinnya, lalu duduk di depan Ameera. Wanita itu mengangkat kepalanya, menatap tajam gadis ingusan yang duduk di hadapannya hanya terhalang meja makan.

Meletakkan ponselnya di atas meja, Ameera memperbaiki duduknya dengan elegan. "Heh bisa juga nenek lampir bergaya anggun seperti itu." ucapnya dalam hati, lalu terkekeh pelan.

"Apa yang kau tertawakan." tegur Ameera, dia sungguh tidak menyukai istri Jaevano itu. Sangat liar dan tidak punya sopan santun pikirnya, sungguh bukan tipe menantu idaman keluarga Bagaskara pikirnya.

"Ah tidak mama, hanya ada yang lucu!." ucapnya terkekeh geli.

Ameera melotot tajam, "Entah di mana Jaevano memungut gadis sepertimu, sama sekali tidak pantas bersanding dengan Jaevano." sindirnya sinis.

Namun Shasa acuh tak acuh, toh apa yang nenek lampir ucapkan tidak ada yang benar pikirnya.

"Ah terserah anda mama mertua!." ia memutar bola matanya malas.

"Cih sebenarnya malas sekali aku meladani wanita ini." gumamnya.

"Cuih, tidak sudi aku di panggil mama oleh gadis jalang seperti mu."

Shasa mendelik, ia menatap tak suka Ameera. "Aduh iya sudah mak lampir aku sebenarnya juga tidak sudi memanggil mu dengan sebutan mama, sungguh minimal sadar diri dong situ bukannya anda yah yang menjadi jalang, eh ralat tapi jadi benalu juga."

Ucap Shasa sinis, tak ada raut takut sedikitpun dari wajahnya. Karena hal seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari, sudah kebal level tingkat dewa.

"Apa kau bilang." pekik Ameera, dia berdiri menggebrak meja. Matanya melotot seakan bola matanya akan melompat keluar dari tempatnya.

Untung saja belum ada makanan yang tersaji di atasnya, jika tidak mungkin akan terbuang sia sia karena ulah wanita itu.

"Huh suaramu nek sungguh nyaring, panggilan nenek lampir sangat cocok untuk mu." sinis Shasa.

"Kurang ajar kau, dasar jalang sialan. Apa maksudmu berkata seperti itu hah. Kau yang tidak tau diri jalang. Akan aku singkirkan segera kamu dari rumah ini."

Pekiknya lagi, wajahnya memerah dia sungguh tidak terima di rendahkan oleh gadis ingusan itu, para pelayan sudah terbiasa dengan suara lengkingan itu.

Namun tidak dengan Shasa, dua sungguh merasa risih. "Hais wanita ini, ingin sekali ku jahit mulutnya rapat rapat sehingga berpuasa berteriak. Jika lama lama seperti ini bisa tuli telingaku akibat sakit mendengar suara teriakannya yang menyaingi Shiren." batinnya kesal.

"Ah silahkan jika kau mampu, aku tidak takut sama sekali. Cih kau membuat mood ku pagi ini rusak." hardiknya, Shasa langsung berdiri, berlalu meninggalkan ruangan itu.

"Hey mau kemana kau gadis ingusan, urusan kita belum selesai." pekik Ameera, dadanya naik turun wajah wanita itu sangat merah seperti angry bird.

Suara teriakan melengking dari Ameera saja tidak Shasa hiraukan, ia menulikan telinganya.

"Sial, pagi ku sangat buruk. Mana aku lapar lagi." gerutunya kesal.

*

"Apa jadwal hari ini?." tanya Jaevano datar, tanpa mengalihkan pandangannya dari iPad di tangannya. Ia fokus menatap grafik pendapatan bulan ini.

"1 jam lagi kita meeting tahunan, jam 2 menemui klien dari Jepang. Dan jam 9 malam mendatangi undangan makan malam, dari Chorus Company."

"Itu saja, kau yang menghandle semuanya." titah Jaevano enteng. Padahal dia yang bos, namun semuanya Dirga yang mengerjakan.

Tentu saja pria itu tercengang, "Ah kau sangat menyebalkan Vano, kau yang bosnya kenapa kau limpahkan semuanya kepadaku. Apa kau tidak tau pekerjaan yang kau berikan kepadaku masih banyak. Jika terus seperti itu sebaiknya aku saja yang jadi bos."

Dirga berucap panjang lebar, mengeluarkan unek-unek nya, tanpa embel-embel tuan lagi. Untuk saat ini dia sangat kesal di campur lelah, jika tidak mendapat gaji yang wow sudah lama Dirga undur diri.

"Apa kamu sudah tidak memiliki telinga Dirga?." tanya Jaevano tenang, namun nada itu sangat menusuk. Membuat Dirga langsung menciut.

"Cih, jika dia bukan sumber uangku sudah lama ku hajar dia." batin Dirga kesal.

"Jangan mengumpat ku Dirga!."

"Ck, sudahlah aku akan kembali bekerja. Enak sekali jadi bos bisa santai santai sepertimu layaknya pengangguran sukses." sungut Dirga, ia membalikan badan meninggalkan ruangan CEO itu.

"Glek." Dirga menelan ludahnya kasar, merasakan tatapan dingin menusuk tulang belakangnya.

"Ah, bagaimana kabar gadis penyedap rasa yang menjadi istri Vano, aku yakin gadis itu tidak tahan dengan sikap es batunya itu." batin Dirga, ia berjalan dengan langkah lebar.

Tidak tahan berada di ruangan yang sama dengan Jaevano, bisa bisanya dia mati berdiri mendapat tatapan imidtasi dari pria itu.

"Huftt, apa aku harus mengakhiri semuanya?." Jaevano masih bimbang untuk menampakkan diri di hadapan publik.

Selama ini dia dikenal sebagai putra Bagaskara yang tak berguna, dan pembawa sial.

.

.

"Argh aku lapar sekali, Eca mana sih!." sungut Shasa, dia mondar mandir di dalam kamar. Enggan turun mengambil makanan, karena tidak mau bertemu wanita rubah itu.

"Ah sudahlah sepertinya aku akan mati kelaparan!."

_To Be Continue_

Terpopuler

Comments

Febby Fadila

Febby Fadila

keluar dan masak sendiri sha

2024-11-20

0

Yani

Yani

Keluar aja Sha dari pada kelaparan

2024-06-03

1

Nova

Nova

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ si nenek lampir dpt lawan yg impas

2024-03-25

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!