Cobaan Apa Lagi Ini

..."Percayalah, Tuhan tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan"...

...****************...

"Kalian cepat bereskan semua barang anak sialan ini, jangan ada satupun yang tersisa sehingga tidak ada alasan dia untuk masuk kedalam rumah ini lagi."

Perintah Baskoro menatap Maria dengan anaknya. Lalu lelaki paruh baya itu langsung masuk kedalam rumah, dengan emosi yang masih berada di atas ubun ubun.

Keduanya menatap Shasa sinis. Penampilan gadis itu sangat menyedihkan, bibirnya pecah dan wajahnya memerah memar. Di tambah pakaian belakangnya robek di penuhi darah. Membuat ibu dan anak itu tersenyum senang.

Shasa mengepalkan kedua tangannya erat, mata merah menyorotkan kebencian yang mendarah daging.

Tak lama kemudian Maria dan anaknya keluar membawa koper, lalu melemparkannya ke hadapan Shasa.

"Bawa barang barang mu itu, lalu cepat pergi dari sini." ujar Maria tanpa ada belas kasih, wanita itu menyilang kan tangan di dada seraya memasang wajah angkuh.

Shasa terdiam dia langsung bangkit, dengan langkah tertatih dia mengambil koper itu mencengkeramnya dengan erat.

"Untuk saat ini kalian bersenang senanglah, namun bila waktunya tiba aku akan membalas kalian." dia menatap kedua wanita itu dingin.

"Hahaha, kau ingin membalas kami, bermimpi lah." ujar Mauren, dia tertawa lepas mendengar lelucon yang menggelitik di telinganya.

"Cepat pergi dari sini." tegas Maria.

Tak ingin berlama lama, dia langsung meninggalkan rumah yang telah mengisi kenangan buruk selama dia hidup.

"Selamat tinggal." pekik Mauren sembari melambaikan tangannya tak lupa dengan senyuman yang terus mengembang.

Shasa mendengar itu, dia tersenyum miring tak menghiraukan suara yang menggangu telinga itu, ia terus berjalan tanpa menoleh kebelakang.

"Hahaha, akhirnya. Kita akan tenang aman damai dan tentram." ucap Maria tersenyum menyeringai menatap belakang punggung Shasa yang telah menjauh.

"Hem, mama benar. Mending kita masuk ma, merayakan hari yang kita nanti nanti ini." Mauren mengembangkan senyumannya.

"Baiklah kamu benar, mari kita rayakan." jawab Maria menggandeng tangan anaknya memasuki rumah.

Sedangkan Baskoro, pria itu berdiam diri di ruangan kerjanya. Seakan sama sekali tidak peduli, dengan putri kandungnya sendiri.

___

"Jaevano bagaimana bisa kamu di serang?, siapa yang telah melakukan itu?." tanya Dirga.

"Dan kenapa bisa kamu menginap di hotel?, bukannya kau paling anti dengan penginapan?."

Jaevano terdiam tak memperdulikan ucapan asistennya yang amat cerewet itu.

"Hey Jae..." Dirga langsung menggantung ucapannya melihat Jaevano melotot tajam.

"Keluarkan kotak p3k!. Aku ingin mengobati luka ku." ketusnya dingin. Membuat Dirga susah payah menelan air liurnya.

"Di mobil tidak ada kotak p3k, sebentar aku cari mini market untuk membeli perlengkapannya." Dirga melirik Jaevano yang menatapnya dingin, dia hanya bisa menahan nafas dengan kelakuan pria itu.

'Sial, kenapa aku masih betah bekerja dengan batu es ini.' geurtunya.

"Ck badanku sakit semua, dasar tua bangka sialan. Awas saja nanti akan ku bunuh kau." geram Shasa dia telah berjalan jauh meninggalkan rumah neraka itu.

"Sekarang aku akan kemana?." gerutu Shasa menghembus napas kasar.

Dia menghentikan langkahnya, lalu memasuki toilet umum untuk berganti pakaian dan merapikan penampilannya. Tidak mungkin dia keluar dengan penampilan acak acakan seperti gembel, yang ada dia nanti di kira orang gila.

Setelah selesai merapikan diri, Shasa langsung mencari taksi. Untuk saat ini dia belum tau akan pergi kemana. Namun beruntung dia mempunyai uang yang cukup, selama ini dia menabung karena tau akan jadi seperti ini.

"Mau kemana?."

"Belum tau pak, mending jalan dulu." ucap Shasa. Supir taksi itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Huh, akhir yang menyebalkan!." gumamnya lelah.

"Ya Allah, aku gantungkan semua harapan ku kepadamu." batinnya sembari memejamkan mata. Sangat lelah dengan keadaan, namun dunia tak mengharuskannya untuk berputus asa.

"Ma, doain Shasa di sini. Shasa rasanya tidak kuat, Shasa rindu mama." batinnya.

Merasa mobil yang di tumpangi nya berhenti, Shasa langsung membuka matanya. "Lah, kenapa berhenti pak?." tanya gadis itu mengerutkan dahinya.

"Aduh maaf neng, sepertinya ban mobilnya pecah." ujar sopir itu menggaruk kepalanya.

Shasa berdecak kesal lalu keluar dari mobil. "Ya terus bagaimana pak?."

"Harus di ganti dulu neng!. Atau tidak neng cari taksi lainnya saja."

"Lama pak, kudu jamuran akunya." Shasa memelas. Namun sopir taksi tak menanggapi ucapan Shasa.

"Ya udah deh pak, saya bayar setengahnya saja." ucapnya malas lalu memberikan uang dan pergi sembari menyeret koper.

Shasa menggerutu kesal, dia berjalan dengan bibir terus komat kamit, sehingga banyak orang dan pengendara menatapnya aneh.

"Ck sial, sangat sial, mana hari sangat panas lagi." gerutu Shasa dia terus menyeret koper di pinggir jalan. Sembari menunggu Taksi yang melintas, namun seakan takdir tak berpihak kepadanya sedari tadi Shasa tidak melihat satupun taksi yang melintas.

"Huft, aku rasa ucapan kedua rubah betina itu memang benar. Aku memang pembawa sial." gumam Shasa sembari menendang kaleng yang berada di depannya.

"Kluntang"

"Arghhh" pekik seseorang. Seketika Shasa langsung mendelik melebarkan matanya.

"Hais, cobaan apa lagi ini."

_To Be Continue_

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

hais cobaan apa lagi ini😭😭😭

2024-12-27

1

Febby Fadila

Febby Fadila

kena siapa lagi tu kaleng

2024-11-20

1

Yani

Yani

Nah... ke siapa tu kaleng ?

2024-06-03

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!