Mentari telah terbit menerangi isi bumi, cuaca panas tak berawan menyambut semua orang yang siap untuk melakukan aktivitas mereka. Namun seorang gadis yang berumur tujuh belas tahun tersebut, masih bergelung di dalam selimut. Tidurnya sangat nyenyak, seakan enggan untuk membuka mata.
Seorang pelayan sudah berdiri di depan pintu kamar Jaevano, selama satu jam menunggu nona nya bangun. "Ini sudah jam sembilan, kenapa nona Shasa belum bangun, apa masih tidur?."
Pelayan itu terus berdiri di dekat pintu, dengan perasaan was was. Ingin masuk namun tidak berani, karena kamar itu di larang di masuki kecuali orang tertentu.
Sinar matahari masuk di sela sela jendela, menerpa wajah cantik yang masih tertidur pulas. "Tutup jendelanya, aku masih ingin tidur!." gumam Shasa.
Karena merasa terganggu, ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Karena merasa pengap, Shasa langsung terbangun dan duduk secara reflek.
"Ah ini jam berapa." pekiknya.
"Cih, masih jam sembilan. Aku masih ngantuk, lagian libur tidak ada kerjaan." celetuknya, menggaruk pipi yang berwajah bantal.
"Nona, apakah anda sudah bangun." panggil seorang pelayan dari luar. Shasa yang kembali merebahkan badannya, langsung melirik ke arah pintu.
Wajahnya memelas, dengan terpaksa Shasa bangkit dari ranjang empuk itu. Ia berjalan ke arah pintu, penampilannya khas bangun tidur, rambut yang kusut dan wajahnya masih terlihat mengantuk.
Shasa menekan tombol sidik jari, dan beberapa detik pintunya langsung terbuka. Semalam Jaevano memberikan akses, untuk keluar masuk kamar melalui sidik jari di pintu.
"Ada apa?."
Tanya Shasa, ia menggaruk kepalanya. Pelayan itu mengedipkan matanya beberapa kali, melihat nonanya baru bangun.
"Nona, apakah anda baru bangun tidur?."
"Ck, sudah tau kenapa masih bertanya?." gerutu Shasa menatap kesal.
Pelayan itu langsung gelagapan, "Ah tidak nona, sebaiknya anda langsung mandi dan bersiap siap untuk makan pagi, dan jangan lupa untuk membereskan tempat tidur!."
"Hah, membereskan tempat tidur. Ck aku masih mengantuk, jangan ganggu aku. Lagian aku sangat malas ketemu nenek lampir di meja makan." cetus Shasa membalik badannya.
"Eh, tapi nona tuan yang meminta jika tidak anda akan di hukum. Anda harus mematuhi perintahnya, untuk membereskan tempat tidur, anda harus melakukannya sendiri, karena tidak ada yang boleh memasuki kamar tuan!."
"Cih iya iya, dasar tuan mu sangat menyebalkan." cetus Shasa langsung menutup pintu secara kasar.
"Astaga, badas sekali!." ucap pelayan itu mengelus dadanya.
"Menyebalkan, awas saja kau batu bernafas!." Shasa terus menggerutu, namun tangannya bergerak merapikan tempat tidur yang sangat acak acakan, karena ia tidur tidak ada anggun anggunnya.
*
"Kau sudah membereskan siapa yang menyerang ku malam itu?."
"Ck sudah, tapi dia tidak mau mengaku!." ucap dirga, ia duduk di depan meja kerja Jaevano.
"Hem, tidak di kasih tau pun. Dalangnya sudah pasti dia!." ucapnya Datar.
"Dia lagi?, cih mending kau habisi saja. Kenapa kamu terus mendiamkan dia, parasit itu akan terus mengganggumu!." gerutu Dirga, ia tak habis pikir.
Jaevano yak menggubris, ia melirik sinis asisten sekaligus sahabatnya itu.
Durga memutar bola matanya jengah, "Mau kau apakan mereka?."
"Kurung saja, aku malas membereskan mereka."
Dirga terkekeh, "Sejak kapan kau berubah menjadi pemalas. Biasanya langsung di bereskan secepatnya, ah iya jangan jangan pengaruh istri kecilmu itu." ucap Dirga tertawa keras.
Jaevano menarik sudut bibirnya, menatap dingin pria yang duduk di hadapannya. "Kau masih ingin tertawa Dirga?."
Mendengar suara yang sangat menyeramkan di telinganya, seperti alarm tanda peringatan, Dirga langsung menutup bibirnya rapat.
"Ah tidak, aku hanya bercanda." Dirga nyengir kuda.
"Hem, kau ambilkan berkas tentang proyek baru kita di ruang kerjaku." perintah Jaevano, tanpa melihat ke arah lawan bicara. Pria itu fokus mengetik di laptopnya.
"Ruang kerja di mana?." tanya Dirga. Jaevano mengangkat wajahnya menatap dingin.
"Ah iya iya, sekarang?."
"Tunggu kiamat." sinis Jaevano.
"Ck baiklah." decak Dirga ia langsung berdiri, meninggalkan ruangan CEO.
"Nasib jadi bawahan yah begini, andai aku yang jadi bos akan ku perintahkan juga dia tanpa hentinya." gerutu Dirga, entahlah hubungan mereka berdua sangat erat sehingga tidak ada sungkannya sama sekali.
Perlu di ketahui, Jaevano di anggap remeh dan bodoh oleh keluarganya. Sewaktu ayahnya masih sehat dan memimpin perusahaan pusat, Jaevano hanya di berikan cabang perusahaan yang berada di ambang kebangkrutan.
Namun siapa sangka, perusahaan itu berkembang sangat pesat di bawah kepemimpinan Jaevano. Perusahaan yang tadinya hampir bangkrut, sudah menjadi perusahaan raksasa sama setara nya dengan milik sang ayah.
Perusahaan itu sekarang berubah nama menjadi NK Group.
Namun tidak ada yang tau, siapa pemimpin perusahaan manca negara itu. Karena sosoknya sangat misterius tidak pernah menampakkan diri, kecuali para petinggi perusahaan, yang mengetahui wajah Jaevano.
Baik kalangan masyarakat, maupun keluarganya tidak mengetahui kesusksesan Jaevano. Karena pria itu akan memasuki perusahaan lewat jalan eksekutif, khusus yang ia rancang sendiri, tempat ia masuk keluar perusahaan tanpa ada yang melihat dirinya.
*
Menghabiskan waktu setengah jam, Shasa akhirnya selesai mandi. Seperti biasa gadis itu berpakaian biasa biasa saja, ia mengenakan baju kaos putih berlengan pendek di padukan dengan celana panjang berwarna hitam. Namun kali ini rambutnya ia gerai.
"Kau masih berdiri di sini?." tanya Shasa, ia mengernyitkan dahinya melihat pelayan itu masih berdiri di depan pintu.
"Iya nona, karena saya di perintahkan oleh tuan untuk menjadi pelayan pribadi anda." ucapnya patuh.
Tentu saja Shasa tercengang, "Haa pelayan pribadi, maksudmu seperti dayang dan ratu begitu?."
"Anggap saja seperti itu nona!." jawab sang pelayan. Shasa menggelengkan kepalanya, tak habis pikir. Memang rumah ini sangat besar dan megah, banyak pelayan yang bekerja di sini.
"Berapa pelayan yang bekerja di sini?."
"Sekitar, seribu orang nona."
Lagi lagi Shasa tercengang, rumah ini memiliki banyak pelayan ck sangat luar biasa. "Ck ck ck, kenapa banyak sekali. Ini istana atau apa, tapi anggota keluarga tak seberapa." gumam Shasa, pelayan itu hanya tersenyum mendengarnya.
"Ck sudah, kamu pelayan pribadiku sekarang. Jadi siapa namamu?."
"Nama saya, Erisa nona biasa di panggil Eca." ucapnya.
Shasa mengangguk seraya ber oh ria. "Oh baiklah aku akan memanggilmu Eca. Kamu sudah tau namaku bukan?."
"Tau nona!."
"Huh tidak usah terlalu formal Eca, panggil saja aku Shasa aku tidak biasa di panggil nona." cetus Shasa, karena biasanya di rumahnya sendiri, tidak ada pelayan yang berbaur dengannya.
"Maaf tapi saya tidak bisa nona Shasa, nanti tuan akan marah." ucap Eca menundukkan kepalanya.
"Hais, batu bernafas itu. Jadi kau takut di marahi oleh dia?. Tidak ada bantahan pokoknya kau panggil aku Shasa, dan lagi tidak usah berbicara terlalu formal." bentaknya kesal.
"Ta tapi non...
"Shasa.!" bentaknya menatap Eca kesal.
Eca langsung gelagapan, dia sungguh tak percaya bahwa istri majikannya akan bersikap seperti itu.
"Baiklah Shasa."
Gadis itu langsung tersenyum, "Hum oke, kau harus terus memanggilku sepeti itu. Bagiku tidak ada kasta yang lebih tinggi antara pelayan dan majikan." ucapnya sembari mengibaskan rambut.
"Dia baik sekali." gumam Eca.
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Liwan Parlodi
seribu orang mungkin untuk seluruh pekerja, sudah mmepunyai tugas masing masing. seperti bagian dapur, membersihkan area tertentu, dan yang mencuci, dan dan tak tau lah l. banyak amat pelayannya
2025-02-22
0
Febby Fadila
pelayan sebanyak itu gajinya ohh noooo
2024-11-20
0
Yani
Ya...ampun banyak amat pelayannya
2024-06-03
1