..."Terkadang aku harus menjadi lebih dewasa lagi, untuk menghadapi dunia yang terlampau kejam. Karena ada kalanya kita harus mengandalkan diri sendiri, tak harus orang lain."...
...~Shasa Bella Putri~...
...****************...
"Pletak."
Shasa menyentil kening Jaevano, karena lelaki itu sama sekali tak berkedip menatapnya.
"Ssstt, kau kenapa menyentil keningku." Jaevano menatap tajam sembari mengelus jidatnya, karena gadis itu lumayan bertenaga membuat keningnya terasa sakit.
Shasa memutar bola matanya, "Makanya kedip dong tuh mata, ga bisa ya liat cewek bening secantik seperti aku. Sampai sampai itu mata mau lompat dari tempatnya, dan itu mulut kamu ternganga lebar lalat bisa masuk tuh."
Shasa berucap penuh percaya diri, ia mengibaskan rambutnya ke belakang, bersedekap dada. Lalu menatap Jaevano dengan senyuman manis.
Mendengar ucapan istri kecilnya, Jaevano mendelik. "Kamu sangat percaya diri, bahkan aku dikelilingi wanita cantik seksi, montok dan berisi. Bukan seperti kamu yang datar kerempeng mana ada yang minat. Dan lagi sejak kapan aku melihat kau sampai ternganga seperti itu." sinis nya pedas.
Shasa yang di buat tercengang, dia sungguh tidak terima jika ada yang menilai tubuhnya. Menghentakkan kakinya kesal
"Hey jamal, aku tidak tepos yah tapi emang belum besar karena tidak ada yang membuatnya besar." gerutunya.
Jaevano menarik sudut bibirnya, "Sini biar aku buat milikmu jadi besar."
Shasa menatap tajam, mendengar ucapan absurd Jaevano. Padahal dia sendiri yang dulu memulainya.
"Eh tidak mau, dasar om cabul!." pekik Shasa nyaring, lalu gadis itu langsung misuh misuh keluar kamar.
Sedangkan Jaevano.
"Ftttttt, hahahahaha. Dia sangat lucu sekali."
Pria itu tertawa lepas, karena wajah kesal Shasa sangat menghiburnya. Perlu di ketahui baru ini pria yang selalu bertampang dingin itu kembali tertawa setelah sekian tahun, dan tawa di wajah tampan itu berhasil Shasa kembalikan.
Namun beruntung Jaevano saat ini masih berada di dalam kamar. Jika ada Dirga, dapat di pastikan jika pria itu tak akan percaya Jaevano tertawa lepas seperti ini.
Menghentikan tawanya pelan, Jaevano terdiam. 'Baru kali ini aku kembali lagi tertawa, semenjak kepergian mama. Ini semua karena gadis itu.'
Batin Jaevano menatap ke arah luar pintu dengan pandangan yang sulit di artikan, menghembus nafas pelan. Dia langsung beranjak menyusul Shasa, dia yakin jika gadis itu tengah kelaparan.
"Lama sekali, apa kau tengah bersemedi menjadi batu." Shasa cemberut, ia bersedekap dada menunggu Jaevano di dekat lift.
"Berisik!." hardiknya, berjalan melalui Shasa. Membuat gadis itu semakin kesal, dan sialnya perutnya terus berbunyi.
"Ah sialan ni perut, sabar dikit napa. Lagi cari makan ini, hais aku seperti gadis yang nelangsa tak punya uang!." Shasa menggerutu, sembari mengikuti Jaevano dari belakang.
"Gadis aneh, dan sialnya kenapa aku bisa menikahi gadis aneh bin cerewet ini." gumam Jaevano menggeleng pelan mendengar celotehan Shasa, yang di luas ekspetasinya.
"Mau kemana kalian?." tanya Ameera, menatap tajam Jaevano bersama istrinya. Wanita yang memakai lipstik merah menyala itu, tengah duduk santai di ruang tamu sembari mengecat kukunya.
Jaevano mengabaikan dan terus berjalan. Sedangkan Shasa berhenti sejenak. "Yah mau jalan jalan dong, dinner romantis gitu. Kenapa anda mau ikut, ayok biar jadi orang ketiga. Soalnya yang aku tau orang ketika itu setannya." ujar Shasa menarik sudut bibirnya lalu berlalu pergi.
Dia sangat senang melihat wajah tua itu menggelap.
Toh dia akan mendengar suara lengkingan amira dari radius dua puluh meter.
"Sialan beraninya kau berkata seperti itu Jalang, awas kau akan ku buat kamu menyesal telah berkata seperti itu." pekik Ameera melengking.
"Tuh kan sudah aku duga." Shasa tertawa, dia berhenti di depan mobil yang dimana Jaevano telah duduk di kursi kemudi.
Pria itu menggeleng pelan, mendengar teriakkan Ameera dapat di pastikan bahwa istrinya pasti memancing amarah wanita itu. Namun dia menarik bibirnya.
"Tanpa aku berusaha payah, gadis ini terus memancing emosinya melebihi diriku sendiri." gumamnya, melirik ke arah Shasa yang baru saja masuk kedalam mobil duduk di belakang.
"Pindah ke depan, aku bukan supir." perintahnya tegas, menatap tajam.
"Hais depan belakang sama saja kali, sama sama enak." cetusnya, langsung berpindah ke depan tanpa keluar mobil.
Membuat wajah mereka nyaris bertabrakan, dengan sigap Jaevano menjauhkan wajahnya. "Apa apaan kata katanya yang absurd itu." batin Jaevano traveling.
"Hey mikir apaan sih, cepetan jalan aku sudah lapar ini. Gimana sih jadi suami, masa sekaya itu istrinya masih kelaparan." sungutnya muram.
Jaevano terdiam, langsung menyalakan mobil. Jika menanggapi Shasa, bisa bisanya dia akan salah kata gadis itu sangat pandai bersilat lidah. Sangat cocok jika berlawanan dengan Ameera, pikir Jaevano.
"Apa yang sudah kau katakan, sehingga membuat wanita ular itu terpekik nyaring!." tanyanya memecah keheningan.
Shasa yang lagi melihat ke arah luar jendela, langsung melirik Jaevano. "Aha aku setuju!." celetuk Shasa dengan suara bersemangat, dia sangat membenarkan saat Jaevano memanggil nenek lampir dengan sebutan wanita ular.
"Apa yang kamu setuju?." pria itu mengerutkan keningnya.
"Iya itu kau memanggilnya wanita ular, dia memang cocok dengan segala panggilan. Wanita rubah itu sungguh berbahaya, dan aku harus mengeluarkan elemen tanah, air, petir, api dan es." celoteh Shasa, membuat Jaevano tak habis pikir.
"Sekalian kau berubah menjadi Spiderman."
"Aha iya, aku juga mau. Bagaimana caranya?." tanyanya menatap Jaevano.
"I don't know." jawab pria itu singkat.
Shasa menatap sinis lalu bersedekap dada. "Alah kau kan manusia batu, mana bisa tau cara berubah Spiderman." ucapnya bodoh.
"Demi apa aku menikah dengan gadis di luar BMKG ini, dia bodoh atau pura pura bodoh!." gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.
"Eh kau tadi bertanya kenapa mak lampir itu berteriak kan?." Shasa menatap suaminya. Sepertinya mereka kali ini sedang berdamai, namun Ameera jadi a
sasaran pembicaraan mereka berdua.
Dia siap mendengarkan cerita gadis itu, seperti dia harus terbiasa dengan suara cerewet gadis yang berada di sampingnya ini.
Padahal bisa saja Jaevano tidak peduli, karena pria itu bukanlah orang yang suka mendengarkan omong kosong. Namun entahlah kenapa dia sekarang mendengarkan ucapan Shasa yang tak masuk akal, nyaris tak bermakna, alias ngarang.
"Ah itu tadi, aku bilang mau ikut tidak biar dia jadi orang ketiga, orang ketiga kan setannya!." ujar Shasa terkekeh geli.
"Iya kalau kau kan tidak masalah jika berteman dengan setan, karena kamu ratunya." sahut Jaevano. Akhir akhir ini, dia berubah banyak bicara dan nyaris ikut cerewet.
"Ck, kau raja setannya berati." cetusnya enteng, tentu saja Jaevano membulatkan matanya.
"Hais gadis ini, jika bukan istri sudah ku lempar dia ke kandang Lion." batinnya kesal.
Lion adalah singa peliharaan Jaevano.
*
"Ma tumben sepi, di mana gadis yang suka buat mama emosi itu?." tanya Satria baru saja pulang bersama istrinya. Bukan apa apa dia menanyakan Shasa, karena dia suka memandang kakak iparnya itu, ralat padahal usianya jauh lebih tua.
"Keluar bersama anak sialan itu." jawab Ameera datar, ia memandangi kuku yang baru ia cat berwarna merah.
"Mereka pergi ke mana ma?." tanya Clara yang sejak tadi hanya menyimak.
"Mana aku tau, kenapa kau menanyakan mereka pergi ke mana apa urusannya dengan kamu. Apa kamu ingin jadi orang ketiga dan jadi setannya ha." dengus Ameera.
Dia tak sadar mengucapkan apa yang Shasa ucapkan tadi, ah suara wanita itu sungguh besar walau tidak berteriak tapi tetap memekakkan telinga.
Clara terdiam, "Cih kemana mereka pergi." batinnya merasa tidak rela jika gadis itu menghabiskan waktu bersama Jaevano.
"Mama benar sayang, kenapa juga kamu menanyakan mereka?." Satria menatap istrinya.
Clara menatap nyalang. "Terus kenapa kamu menanyakan gadis itu, apa kamu tertarik dengan gadis ingusan itu ha?."
SKAKMAT
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Febby Fadila
bagus sha buat si kutub es mencair
2024-11-20
0
Yani
Vsno udah ketularan Shasa
2024-06-03
1
Yani
😁😁 salah ternyata Jaevano yang di sentil maap Vano 🙏
2024-06-03
0