Still By Your Side

Still By Your Side

Episode 1

WARNING!

Cerita mengandung muatan 18+! Yang nggak suka boleh skip. Yang masih mau lanjut, haiyuuukkk!

...****...

...Tragedi Sebelum Tragedi...

Dalam balutan gaun pengantin cantik dan riasan yang selaras, diam-diam Zee merutuki dirinya sendiri, terlebih Zico yang saat ini berada tepat di sampingnya. Setelah mengalami serangkaian hal ini dan itu, Zee dan Zico akhirnya bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Keduanya telah bertukar cincin, saling bersumpah janji sehidup semati, bahkan melakukan sesi ciuman yang disaksikan oleh ratusan tamu undangan yang hadir.

Hahaha!

Zee ingin tertawa saja rasanya. Semudah ini hidupnya berubah? Gara-gara reuni SMA yang diselenggarakan pada malam tahun baru, Zee dan Zico menghabiskan malam berdua di sebuah kamar hotel mewah seolah tengah menikmati bulan madu.

Tak hanya sekali, keduanya bahkan melakukan penyatuan berulang yang sialnya memori malam itu begitu tercetak jelas di kepala Zee.

Zee meringis saat dirinya begitu menikmati ketika setiap inci tubuhnya disentuh lembut oleh Zico. Erangan demi erangan keduanya saling bersahutan dalam kamar hotel tersebut. Dengan cepat Zee menggelengkan kepala untuk mengenyahkan ingatan menjijikkan itu.

"Zico!" Beberapa saat terjadi keheningan di sofa mempelai, Zee menyahut. Sang pemilik nama yang saat ini tengah santai memainkan ponselnya pun melirik. Senyuman menyebalkan terlukis indah di wajah tampannya.

"Kenapa, Sayang?"

Tatapan Zee berganti nyalang. "Sayang, sayang, Bapak lo kayang? Malem itu, lo pasti sengaja 'kan!" Netra Zee memicing. Dadanya tampak naik turun tak beraturan.

Dengan tampang watadosnya, Zico mengernyit sok tidak paham. "Yang mana?"

Zee mendesis. "Zicooo! Lo tahu betul maksud gue ke mana!"

Tawa kelakar memenuhi wajah Zico. Laki-laki itu lantas menaruh ponselnya di tempat asal. Kemudian sedikit mendekatkan diri ke arah Zee yang tengah menatapnya sedemikian rupa.

"Iya, gue sengaja. Tapi 'kan elo nggak nolak. Lo juga nikmatin waktu gue belai-"

"Zico!" Wajah Zee memerah padam. Ucapannya barusan bertujuan agar Zico segera membungkam mulut kotornya. Tak pernah Zee bayangkan, Zico yang semasa SMA begitu lembut dan perhatian memiliki mulut kotor dan otak jorok yang membuat Zee bergidik ngeri.

"Udah, jangan marah-marah. Kasian calon anak kita. Kena mental mulu sama sikap mamanya."

"Berisik! Salah siapa coba gue kayak gini?" Emosi Zee belum juga mereda. Menyurutkan senyuman tengil Zico hingga berganti netral.

"Kalau gue nggak gitu, lo akan kabur kayak waktu itu. Inget, Zee! Sekali lo pernah masuk ke hidup gue, jangan harap lo bisa keluar." Tegas Zico, sebelum akhirnya mengedipkan salah satu matanya dengan penuh kepuasan diri.

Zee bungkam, lalu memilih membuang muka. Zico benar-benar menyebalkan. Jika diingat-ingat dengan seksama, reuni yang diselenggarakan di sebuah hotel mewah tersebut pada awalnya Zee tidak berniat mengikuti. Selain tidak memiliki pakaian yang sesuai, Zee juga bukan asli lulusan SMA Dharma. Saat kelas sebelas, Zee memutuskan keluar dan pindah ke perkampungan. Ia lanjut bersekolah di kampung kelahiran sang ibu hingga lulus.

Masuk masa kuliah, barulah Zee kembali ke kota sebab mendapat beasiswa kuliah. Begitupun seterusnya hingga akhirnya di usia yang menginjak angka 27, Zee telah mendapat predikat sebagai guru tetap dan mengajar di SMP negeri.

Jika bukan karena Raya, temannya semasa di SMA Dharma memaksa Zee, Zee tidak akan pernah mau ikut. Perempuan itu bahkan merelakan satu set pakaian mahalnya untuk Zee kenakan di pesta reuni kemarin.

"Zee, ayoook! Lo ikut, yaaaa, pleaseeee?" Entah untuk yang keberapa puluh kalinya Raya memohon dan memelas. Perempuan yang beberapa bulan lagi akan menyandang status istri orang itu begitu gencar mengusik Zee.

"Gue nggak mau. Nanti yang lain pada natap aneh, lagi. Gue 'kan bukan lulusan sana! Nggak pokoknya!"

Raya merengut. "Tapi 'kan elo pernah sekolah di sana, Zee!"

"Tapi gue nggak lulus di SMA Dharma, Rayaaa!" Zee geram. Libur tahunannya diisi dengan rengekan seorang Raya.

"Ih, nggak pa-pa! Lo perginya sama gue, Zee! Gue pinjemin baju yang paling bagus, deh, buat lo. Ya?"

Zee mendengus. "Tetep nggak mau!"

"Ayo, dong, Zee! Kita 'kan bestie? Kok, lo gitu siiii sama gueee? Zee, pleaseee! Si Dani nggak mau nemenin pergi, dia sibuk, cuman elo satu-satunya harapan gue. Ya, Zee, ya?" Dani adalah tunangan Raya. Laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

"Tapi-"

"Zee!" Jurus maut Raya menggoyahkan pendirian Zee. Sehingga pada akhirnya, Zee pasrah dan menyanggupi permintaan Raya sekalipun dirinya enggan.

Dan, di sinilah Zee saat ini. Dengan balutan dress malam yang begitu pas melekat di tubuh rampingnya, berjalan beriringan bersama Raya, keduanya sampai di acara reuni. Semua mata yang pada awalnya sibuk dengan obrolan masing-masing, satu persatu beralih tatap pada beberapa anggota alumni yang baru saja sampai.

Berbagai tatapan sinis yang terkesan mencela mereka layangkan kepada Zee. Zee yang menyadari hal itu hampir saja mundur, jika saja Raya tidak segera menahannya.

"Udah, pura-pura nggak denger aja." Ujarnya. Gampang memang jika hanya sekadar bicara. Berbeda dengan Zee yang mengalami. Rasanya, Zee seperti akan dibabat habis oleh tatapan mereka.

Sampai di meja kosong, seseorang mendatangi meja Zee dan Raya. Dia adalah, Tiara. Perempuan yang sempat mendapat julukan cewek paling populer semasa SMA. Dengan langkah berlenggak-lenggok, Tiara tersenyum manis khususnya pada Zee. Seolah keduanya adalah teman akrab, padahal Tiara adalah sumber berakhirnya hubungan Zee dan Zico.

"Hai, Zee! Lo kok bisa ke sini? Emangnya lo dapet undangannya juga?" Mulut tak terkontrol Tiara hampir saja membuat Raya bertindak. Sayangnya, Zee telah dengan cepat menghentikan perempuan itu.

"Gue nggak dapet undangan. Raya yang maksa gue ikut ke sini." Ujar Zee, seadanya.

"Zee juga alumni SMA Dharma. Kenapa emangnya kalau gue ajak? Masalah?" Raya tidak bisa tinggal diam saat sahabatnya digertak oleh seseorang macam Tiara.

Perhatian Tiara lalu beralih pada Raya. "Ya ampun, Ray! Sejak kapan lo di sini? Kok, gue nggak lihat, ya?"

Raya tertawa anggun. "Sorry, gue nggak tahu kalau mata lo kataraknya separah itu sampai gue yang segede gini aja nggak kelihatan. Harusnya tadi gue nyapa, ya? Ekhem. Gimana setelah sempat menghancurkan hubungan Zee sama Zico dulu? Si Zico jadi pacaran sama lo nggak?" Balasan pedas Raya memancing emosi Tiara. Ekspresinya berganti tegang dan netranya memicing. Terlanjur kesal, Tiara melenggang dari hadapan Raya dan Zee sembari mengibaskan rambut ikalnya.

"Dih, sok cantik." Raya mendumel. Hatinya puas melihat gelagat Tiara yang pergi menjauh.

"Padahal lo nggak usah diperjelas gitu, Ray. Dia udah tunangan sama si Indra,"

"Siapa suruh dia gertak lo? Iih, kok di sini nggak ada kursi, sih? Meja elit, kursi sulit." Raya memberengut, namun bukan melanjutkan kekesalan terhadap Tiara.

Kepala Zee celingukan. "Tuh, ada sofa! Ke sana aja, Ray!" Tunjuk Zee saat netranya menangkap beberapa sofa berukuran sedang di sudut ruangan.

Raya menjatuhkan perhatiannya pada arah tunjukkan Zee. Netranya berbinar lalu menggenggam tangan Zee dan membawanya ke sofa tersebut. "Ah, nikmat! Dari tadi kek nemu sofanya. Btw, ini sofa buatan pabrik mana, ya? Lembut amat."

Zee menggeleng-gelengkan kepala. Sikap Raya yang spontanitas terkadang membuatnya malu sendiri.

"Gue nggak nyaman, Ray. Gue pulang aja, ya?" Kini giliran Zee yang memberengut. Tatapan sekitarnya semakin menjadi-jadi bila diperhatikan.

Sempat terdiam seraya berpikir, Raya akhirnya mengangguk. "Gue juga nggak nyaman. Gara-gara si Tiara, nih. Ya udahlah, kita pulang aja." Raya berancang-ancang bangkit. Senyuman manis melengkung indah di wajah Zee. "Tapi gue pengen ke toilet dulu. Perut gue melilit. Lo tunggu di sini bentar, ya!"

"Hah? Tapi-"

"Udah di ujung, Zee! Bye!"

Zee terkekeh tak percaya. Secepat kilat Raya meninggalkannya seorang diri di tengah keramaian yang menyesakkan. Melirik ke arah jam di layar ponsel, pukul 23.45 WIB tertera di sana.

Selain acara reuni, acara lain seperti menyambut tahun baru juga digelar di jam yang sama. Hanya tinggal menghitung menit dan sebentar lagi akan memasuki tanggal 1 Januari.

Huft ... Memikirkannya saja sudah membuat Zee malas. Seharusnya di malam tahun baru ini, Zee menghabiskan waktu dengan menonton film holywood di bioskop seperti yang telah direncanakan dari jauh-jauh hari.

Bersama pacar?

Zee mana punya pacar! Selain hanya pernah berpacaran dengan Zico yang itu pun telah lewat sepuluh tahun lamanya, Zee tidak pernah berpacaran dengan siapa pun lagi.

Lima menit, sepuluh menit, bahkan lonceng tahun baru telah dibunyikan pun, Raya belum juga kembali. Zee sudah hampir mau meninggalkan tempat jika saja sosok tak terduga tidak tiba-tiba duduk di hadapannya. Membawa dua gelas berisi wine yang salah satunya diserahkan ke hadapan Zee.

Zee melotot tak percaya. Sosok yang telah lama ia coba untuk lupakan, kini berada di hadapannya. Tersenyum tipis dengan sepasang netra tajamnya yang khas menyorot memandangi wajah Zee.

"Happy New Year, Zee!"

"Zi-zico?" Mati-matian Zee mencoba menelan ludah. Tenggorokannya mendadak kering tiba-tiba.

Astaga, apa-apaan ini? Kenapa bisa ketemu sama Zico? Bukannya dia masih di camp militer? Kok di sini? Batin Zee menggila, bahkan meringis. Tanpa sadar Zee meraih segelas wine yang disodorkan Zico beberapa saat lalu dan menenggaknya hingga tandas.

"Uhuk, uhuk!"

"Zee?" Zico bergerak cepat saat Zee tiba-tiba terbatuk setelah menenggak minumannya. Beruntung di meja mereka terdapat beberapa botol air mineral. Dengan segera Zico menyambarnya, membukanya sepersekian detik, lalu diberikan pada Zee yang masih terbatuk.

Tenggorokan terlanjur tak nyaman, Zee memilih pasrah dan mengambil alih air mineral pemberian Zico. Menenggaknya dengan terburu-buru hingga sisa separuh.

"Makanya kalau mau apa-apa tuh lihat dulu. Jadi minum wine kebanyakan, 'kan? Tenggorokannya masih gatel, nggak?" Ucapan serta tatapan lembut Zico menyentak perhatian Zee. Perempuan itu bergerak gelisah disertai perasaan tak nyaman. Dadanya ikut sesak saat mengingat seberapa kejam dirinya pada Zico dulu.

"Zee?"

"Ha-hah?!" Tersadar dengan apa yang baru saja dilamunkan, Zee menoleh.

"Gimana kabar lo selama ini? Baik?"

"Zico, gue ..."

^^^To be continued...^^^

...Zee Anggika Stefani...

...Zico Pratama Regiantara...

Castnya Mas Ehun- ekhem, Oh Sehun maksudnya. Untuk cast Zee itu Han Sohee, ya. Mey ngefans bgtttt sama dia aaakkk!!! Ini cmn bayangan Mey aja ya. Yg gk suka Kpop/Kdrama bisa skip gak usah dilirik:*

Jangan lupa klik tombol Like, Favorit ♡, sama komenannya jangan lupa! Rate 5☆? Boleh entaran kalau dirasa srek ahaa. Btw, cerita ini 18+:v

Edit: Tinggalin jejaknya kakak-kakak sekalian! Like, comment, vote and 5☆:* DILARANG BACA LONCAT-LONCAT BAB!!!

Terpopuler

Comments

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

Seperti nya menarik nihh...

2024-02-04

1

bulu jetek juki

bulu jetek juki

teteh sohee/Drool/

2023-12-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!