Stepmother And Precious Wife Of The Tyrant
Bosan ... Lelah ... Memuakkan ... Itu lah kata yang sering berputar di kepala Dao Ming.
Dao Ming berjalan sendirian di trotoar, tangan kanannya menenteng sebuah kantung plastik putih berisikan obat-obatan yang baru saja ia beli di apotek. Belakangan ini kondisi kesehatannya semakin memburuk, dokter berkata bahwa ia harus mengambil cuti untuk beristirahat. Tetapi, Dao Ming menolak saran tersebut. Wanita itu merasa pekerjaannya tidak bisa ditunda, bahkan oleh dirinya sendiri.
Berdiri di tepi trotoar untuk menunggu lampu pejalan kaki menyala, Dao Ming sesekali bersin-bersin karena hidungnya terasa sangat gatal. Di dalam masker putih yang tengah ia pakai sepertinya sudah kotor akibat cairan yang keluar dari hidungnya. Kening Dao Ming pun sedikit terlipat karena perasaan tidak nyaman.
Tiba-tiba saja dari samping ia melihat sebuah sapu tangan putih yang memiliki corak emas membingkai di pinggirannya. Dao Ming pun menoleh untuk melihat siapa yang berbaik hati membantunya.
"Eh ... nenek, terima kasih." Dao Ming membungkuk singkat, lalu menerima sapu tangan itu dengan enggan. Ingin berbasa-basi menolak, namun situasinya saat ini dia jelas sangat membutuhkan sapu tangan.
"Gadis cantik," ucap sang nenek dengan senyum ramah, aura nenek itu benar-benar terlihat ramah dan hangat.
"Tuhan akan selalu berpihak padamu, nak. Percaya dirilah dalam melangkah," sambung sang nenek. Dao Ming yang tidak mengerti mengapa tiba-tiba sang nenek mengatakan hal itu hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung.
"Nenek, untuk--" Belum sempat Dao Ming menyempurnakan kalimatnya, tiba-tiba sang nenek sudah berjalan cepat meninggalkannya begitu lampu pejalan kaki dinyalakan.
Dao Ming berusaha menyusul sang nenek, tetapi dia kehilangan jejaknya. Dao Ming sempat berdiam diri di tengah ramainya kerumunan orang yang hendak menyebrang. Lamunannya dipecahkan oleh teguran acak yang ia terima dari pejalan kaki lainnya.
Dao Ming menghela napas tipis, lalu melihat sapu tangan yang ia terima dari sang nenek itu lagi. Ternyata sapu tangan itu memiliki sulaman bunga teratai emas di sudut bawah sebelah kanan. Baiklah ... ia akan mengembalikan sapu tangan ini jika dia melihat sang nenek di lain hari lagi.
Sesampainya di rumah, Dao Ming menaruh secara acak tas kerja dan kantung plastik obat yang ia bawa. Dengan cepat ia membersihkan dirinya dan kemudian mengambil lagi kantung plastik obat itu.
Dao Ming berjalan ke arah dispenser, ia memencet tombol air bersuhu hangat, kebetulan cuaca sedang sangat dingin di luar. Dengan cepat Dao Ming meneguk air hangat itu bersamaan dengan obat-obatan yang telah ia beli. Ketika Dao Ming hendak memutar badannya untuk kembali ke kamar, tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu yang menetes keluar dari hidungnya.
Dao Ming spontan mendongak ke atas, lalu menyentuh pelan hidungnya dengan jari-jarinya. Astaga ... ia mimisan. Dao Ming berlari ke arah kamar mandi untuk membilas hidungnya, namun berkali-kali ia bersihkan, darah segar terus saja masih mengalir keluar. Saat Dao Ming tidak sengaja melirik secara acak ke berbagai sudut kamar mandi, tiba-tiba ia menemukan sapu tangan yang ia terima dari nenek misterius itu di atas wastafel.
Tanpa berpikir panjang, Dao Ming mengambil sapu tangan itu untuk menahan darah di hidungnya. Dao Ming tidak sadar bahwa sapu tangan itu baru saja menunjukkan keanehan, sebab ia tiba-tiba muncul di kamar mandi padahal Dao Ming telah meninggalkannya di kamar tidur.
Dao Ming yang sudah sangat lelah tidak sempat memikirkan hal-hal aneh seperti itu, dirasa mimisannya sudah mulai meringan, Dao Ming beranjak meninggalkan kamar mandi menuju kamar tidurnya dengan masih membawa sapu tangan tersebut.
Dengan kasar Dao Ming merebahkan dirinya di atas kasur, astaga ... rasanya ia lelah sekali. Dao Ming menarik selimut hingga menutupi lehernya, tangan kanannya masih erat menggenggam sapu tangan emas itu yang kini memiliki noda darah miliknya.
Dao Ming memejamkan matanya, suasana mendadak sangat sunyi, hanya ada suara AC. Di tengah kesunyian inilah, diam-diam air mata menetes dari ujung mata Doa Ming yang terpejam.
Cengkeraman tangan kanan Dao Ming terhadap sapu tangan itu menguat, ia pun perlahan mengubah posisi tidurnya menjadi memunggungi jendela kamar. Sapu tangan itu masih berada di tangan Dao Ming, posisinya pun sangat dekat dengan wajahnya. Sisa tetesan air mata Dao Ming pun mengenai kain sapu tangan tersebut.
"Aku ... tidak ingin merasa kesepian. Itu saja ...." Batin Dao Ming di tengah pejalan matanya. Perlahan, Dao Ming benar-benar terlelap. Di saat inilah, tiba-tiba sapu tangan itu menyala. Di waktu yang sama pun, wanita tua misterius yang telah memberikan Doa Ming sapu tangan itu berdiri tidak jauh memandangi rumah Dao Ming. Bibirnya tersenyum hangat, kemudian perlahan ia membungkuk.
"Selamat jalan, Tuhan telah memilihmu," ucap sang nenek, ia berbalik dan meninggalkan rumah Dao Ming ketika cahaya emas itu tidak terlihat lagi dari jendela kamar Dao Ming.
****
Tidur Dao Ming terusik kala ia mendengar suara botol yang terjatuh dari atas meja. Dao Ming perlahan membuka matanya dan mulai memperhatikan kondisi sekitar. Awalnya dia merasa baik-baik saja, namun ketika menyadari bahwa tempat ia terbangun ini sangat berbeda dengan kamarnya, Dao Ming pun mulai mengerjap-ngerjapkan matanya puluhan kali untuk memastikan bahwa ia tak salah lihat.
Dao Ming berdiri cepat, lalu mulai menyadari bahwa ia baru saja tidur di tengah-tengah pria yang bertelanjang dada.
"APA-APAAN INI?!" Teriak Dao Ming syok, membuat para pria tampan itu terbangun dengan perasaan terkejut pula.
Seorang pelayan wanita pun masuk secara terburu-buru, wajahnya terlihat takut dan panik mendekati Dao Ming.
"Wa--Wangfei, ada apa?" tanya pelayan wanita itu takut, seolah Dao Ming akan membelah bangunan ini menjadi dua.
Dao Ming menoleh, lalu ia berjalan cepat ke arah pelayan wanita itu dan meletakkan kedua tangannya di atas bahu sang pelayan. Pelayan itu tersentak kaget dan memejamkan matanya dalam, takut Dao Ming akan melakukan sesuatu kepadanya.
"Katakan, mengapa aku di sini? Siapa mereka? Mengapa ... mengapa menjadi seperti ini?!" tanya Dao Ming bertubi-tubi, sementara pelayan itu gemetar ketakutan.
Dao Ming tertegun kala pelayan wanita itu tiba-tiba berlutut di lantai, lalu dengan suara gemetar menjawab,"Menjawab, Niangniang. Me--mereka adalah pria bordil yang Anda pesan secara khusus untuk bernyanyi dan membaca puisi di kediaman anda. Dan ... mengapa Anda berada di sini ... karena ... karena anda ... adalah istri Qin Wangye ...?" Ada nada keraguan di akhir kalimat pelayan wanita itu, setelah mengucapkan itu ia pun diam-diam merasa bingung mengapa majikannya menanyakan hal tersebut.
Dao Ming mengerutkan keningnya heran, dia semakin tidak mengerti. Rumah bordil? Wangfei? Qin Wangye? Istri? Menikah? DAO MING TIDAK MENGERTI.
Dao Ming secara acak memperhatikan seluruh sudut ruangan kamar mewah ini, begitu melihat cermin dia bergegas berjalan cepat ke arah cermin sambil berkata,"Kalian semua, tolong keluar." Tanpa pengulangan kalimat, segera seluruh pria tampan yang bertelanjang dada itu serta pelayan wanita tadi berjalan cepat keluar.
Brak!
Dao Ming sedikit menggebrak meja rias besar tersebut, lalu melihat bayangan dirinya di cermin yang saat itu belum sejernih cermin di masa depan. Ia menyadari bahwa warna rambutnya berubah menjadi merah, namun wajahnya tetaplah miliknya. Tetapi ... tekstur serta kualitas kulitnya jauh lebih baik. Tidak ada bekas jerawat ataupun mata panda, kulit wajahnya sempurna.
"Bagaimana bisa?!" gerutu Dao Ming, keningnya masih terlipat heran. Dia masih tidak bisa mengerti dengan situasinya, apakah dia benar-benar melakukan perjalanan waktu? Orang gila! Tidak mungkin! Itu hanya ada di film, komik, serta novel fantasi!
Dao Ming menghela napas berat, kemudian ia tidak sengaja melihat sebuah lukisan yang terpajang tidak jauh dari meja riasnya. Lukisan itu adalah seorang wanita yang duduk menawan di sebuah kursi kayu mewah. Kursi itu sepertinya diperuntukkan untuk dua orang, namun ... ia hanya duduk seorang diri dengan gaun pernikahan menawan berwarna merah, lengkap dengan mahkota Phoenix. Jika diperhatikan lebih dalam, wajah wanita di lukisan itu sangat mirip dengannya. Apakah itu adalah 'wanita itu'? Di sudut bawah kiri terdapat ukiran nama yang indah, tintanya berwarna emas.
"Xiao ... Ming?" Eja Dao Ming, kemudian dia terpaku di hadapan lukisan itu untuk beberapa saat. Sepertinya ... wanita yang memiliki wajah serupa dengannya namun tidak dengan warna rambut ini adalah Xiao Ming.
Tetapi ... siapa Xiao Ming? Mengapa Dao Ming harus memasuki tubuhnya? Dan ... yang paling penting adalah ... mengapa wanita ini memiliki hidup yang sangat sembarangan?! Dia bahkan berani bermain bersama belasan pria tampan walaupun sudah memiliki suami?! Hal gila! Walaupun ini bukan urusannya, tetapi bukankah wajah mereka serupa?! Benar-benar memalukan ....
Apakah ... selanjutnya Dao Ming harus hidup sebagai Xiao Ming? Bagaimana situasi di sini? Apa sama sepinya? Hati Dao Ming mendingin memikirkan hal ini, sepertinya dia harus membiasakan diri dengan nama Xiao Ming untuk kedepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Arix Zhufa
Baru tau novel terbaru thor...
semoga cerita nya seru
2023-12-22
0
Tara
wah.. uda pesan cowo2 gagah.. mau donk.. 😂🤔🤭
2023-12-12
2
ay
aku datang semoga cerita ya sma bagus dengan yg udh ku baca🫰
2023-12-10
1