"Ibu!"
Qin Yuxuan berhamburan ke pelukan Xiao Ming begitu melihat ibunya kembali, anak itu telah menunggu lama di kediaman Xiao Ming. Hatinya khawatir bukan main saat mendengar ibunya pingsan.
Xiao Ming tersenyum hangat, kemudian memeluk hangat Qin Yuxuan. Seluruh tubuhnya masih sangat lemas.
"Ibu ... apa Anda baik-baik saja? Maafkan Yuxuan." Bulir air mata timbul dari ujung mata anak itu, wajahnya terlihat sangat manis saat menangis.
Xiao Ming mengelus pipi putranya. "Ibu baik-baik saja, Yuxuan. Hanya butuh istirahat lebih."
Qin Yuxuan benar-benar terlihat menangis, anak itu merengek layaknya 'anak normal'. Sekali lagi, dia memeluk erat Xiao Ming. "Baik, kalau begitu Yuxuan tidak akan mengganggu ibu untuk sementara waktu. Beristirahatlah, bu."
Xiao Ming mengelus lembut kepala Qin Yuxuan. "Yuxuan sangat perhatian."
Setelah dua sampai tiga kalimat perpisahan, Xiao Ming memutuskan untuk segera menuju kamarnya. Udara di luar sangat dingin, dia menahan rasa dingin dan lemas sepanjang perjalanan. Xiao Ming sengaja tidak menunjukkan hal buruk itu kepada Qin Yuxuan.
Qin Yuxuan, setelah ibunya berlalu pergi, sorot mata memelas dan ekspresi wajah menangis seorang anak kecilnya menghilang. Tatapan mata anak itu mendadak tajam, seolah air mata yang muncul barusan hanyalah air biasa. Dengan tenang dia berjalan keluar dari kediaman ibunya, kedua tangan anak itu mengepal erat sambil memikirkan Qin Mingze.
Sementara itu Qin Mingze tengah duduk di ruang tengah kediamannya. Seolah tidak ada aktivitas yang menarik selain membaca buku, pria itu selalu memegang buku setiap kali ada kesempatan.
Brak!
Pintu ruangannya dibuka kasar, dari luar terdengar suara para penjaga yang kewalahan menahan seseorang. Dengan tenang Qin Mingze mengangkat pandangannya ke arah pintu untuk melihat sosok darah dagingnya, Qin Yuxuan.
"Pa--pangeran, Wangye sedang beristirahat!"
"Pangeran, mohon jangan--"
"Diam atau lidah kalian tidak akan bisa diselamatkan!"
Qin Yuxuan masuk dengan emosi yang besar, dia langsung menembakkan tatapan tajam begitu melihat Ayahnya yang masih bisa duduk tenang setelah membuat ibunya sakit.
"Yuxuan, perhatikan tingkahmu," ucap Qin Mingze santai, lalu kembali membaca buku di tangannya. Tetapi, belum sempat ia membaca sampai tiga kata saja, tiba-tiba sebuah belati melayang ke arahnya.
Sring!
Zap!
Qin Mingze menangkap belati yang dilempar Qin Yuxuan, lalu menutup bukunya dan menatap kembali putranya.
"Berani sekali kamu melakukan itu semua pada ibuku!" Qin Yuxuan membentak Qin Mingze, hubungan komunikasi mereka sebagai Ayah dan anak memang sangat buruk.
Qin Mingze melirik dingin belati Qin Yuxuan yang ada di tangannya, lalu melempar belati itu ke arah Qin Yuxuan lagi untuk dikembalikan.
"Melakukan apa? Ibumu dengan suka rela melakukan itu," jawab Qin Mingze.
"Aku sudah peringatkan sebelumnya untuk jangan menyentuh ibu," ujar Qin Yuxuan, anak itu sangat marah sekarang.
Qin Mingze tersenyum sarkas, lalu menjawab,"Jika dia mengetahui dirimu yang sebenarnya, apakah rasa sayang miliknya untukmu masih sama besar?"
Wajah keras Qin Yuxuan berubah, dia sedikit tertegun kala mendengar kalimat Ayahnya. Untuk beberapa detik, anak itu merasakan kesedihan. Tetapi tak lama kemudian dia menggigit bibir dalamnya dan kembali memasang wajah keras.
"Ibu selalu menyayangiku," ucap Qin Yuxuan di tengah keresahan hatinya.
"Kau yakin? Tidak ada yang tidak mungkin jika dia akan kembali membencimu seperti dulu," balas Qin Mingze, matanya yang dingin benar-benar menusuk hati Qin Yuxuan.
"Aku tidak pernah keberatan dengan sikap ibu yang manapun." Qin Yuxuan teguh menyayangi Xiao Ming.
Hubungan Qin Yuxuan dan Qin Mingze bukanlah hubungan Ayah dan anak yang 'normal', namun mereka juga tidak bisa dibilang saling acuh. Qin Mingze tidak sepenuhnya melepas putranya begitu saja, pria itu diam-diam masih menjalani kewajibannya sebagai Ayah. Alasannya untuk tetap diam sewaktu 'Xiao Ming masih menggila' adalah permintaan Qin Yuxuan itu sendiri. Benar, permintaan Qin Yuxuan.
Qin Yuxuan memiliki kepribadian yang berbeda di depan dan di belakang Xiao Ming. Anak itu benar-benar menganggap Xiao Ming sebagai ibunya satu-satunya meskipun sikap buruk yang selalu ia dapatkan. Dia merasa amarah dan perlakuan buruk Xiao Ming padanya adalah bentuk perhatian antara ibu dan anak.
Qin Mingze pernah mencoba untuk mengambil tindakan tegas atas perlakuan semena-mena Xiao Ming, namun Qin Yuxuan menolak dan mengancamnya diam-diam. Anak itu sendiri yang menyerahkan dirinya untuk Xiao Ming. Dia tidak pernah tahu bentuk kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya, membuat Qin Yuxuan beranggapan bahwa dimarahi lebih baik dari pada ditinggalkan begitu saja. Hal ini masih menyangkut perasaan sedih serta kecewa Qin Yuxuan kepada ibu kandungnya.
Melihat putranya masih sangat keras menyayangi Xiao Ming, Qin Mingze tidak punya pilihan lain selain mengalah. "Ibumu baik-baik saja, benwang telah--"
"Aku tahu. Tetapi jika kamu melakukan itu dengan tujuan dan maksud jahat tertentu, aku tidak akan membiarkannya," sela Qin Yuxuan.
Qin Mingze mengambil posisi bersandar di kursinya, lalu menatap wajah anaknya dengan lebih dingin. "Perhatikan sikapmu, Yuxuan. Jangan karena rasa sayangmu kepada wanita gila itu kamu melupakan siapa penguasa di sini."
Qin Yuxuan mengepalkan tangannya erat, dia paling benci jika Qin Mingze mulai mengancamnya dengan kekuasaan.
Melihat putranya yang bungkam, Qin Mingze tersenyum dingin. Di tengah keheningan mereka, tiba-tiba Tang Jiho masuk, membuat topik antara Qin Yuxuan dan Qin Mingze sebelumnya lenyap.
"Salam ... Wangye, Pangeran." Tang Jiho berdiri tak jauh dari Qin Yuxuan, kemudian berlutut ke arah Qin Mingze seperti biasa untuk memberikan laporan.
"Wangye, seperti yang anda duga, Kaisar benar-benar telah melakukan tindakan siaga sekaligus penyusunan penyerangan. Kaisar mulai menghubungi para petinggi Kekaisaran lainnya untuk bergabung, sepertinya senjata Kaisar untuk meyakinkan para petinggi adalah 'identitas Qin Wangye yang mencurigakan'."
"Petinggi mana saja yang diprediksi berada di kubu Kaisar?" tanya Qin Mingze tenang.
"Menjawab yang mulia, keluarga Fang, Han, dan Wu. Untuk dua keluarga berpengaruh lainnya seperti Gu dan Song masih belum memberikan kepastian," jawab Tang Jiho cepat, dia benar-benar luar biasa dalam menyelidiki sesuatu.
"Bagaimana dengan keluarga Xiao?" tanya Qin Yuxuan, anak itu diam-diam ikut serta dalam 'rahasia' Ayahnya. Emosi di hati Qin Yuxuan akan Qin Mingze lenyap, fokusnya berpindah saat ini.
"Menjawab Pangeran, untuk keluarga Xiao ... Perdana Menteri dan Tuan Muda Xiao pun tidak menghadiri rapat tertutup Kaisar. Belum dipastikan alasan mereka berhalangan hadir apa, yang pasti ... keluarga Xiao kemungkinan besar akan memihak kepada Kais--"
"Belum tentu," potong Qin Mingze.
Tang Jiho merasa heran, begitu juga dengan Qin Yuxuan.
"Benwang dapat melihat keretakan di antara keluarga Xiao dan Kaisar," ucap Qin Mingze, lalu menambahkan,"Kita masih memiliki kesempatan."
Tang Jiho tertegun. "Apakah kesempatan yang Anda maksud adalah ... bekerjasama dengan keluarga Xiao?"
Qin Mingze menatap jijik Tang Jiho saat mendengar pertanyaan pria itu. "Benwang tidak sudi meminta bantuan pengkhianat. Keluarga Xiao harus mati terbakar seperti yang lain."
Hati Qin Yuxuan menegang saat mendengar itu, karena ibu tirinya berasal dari keluarga 'Xiao'. Tetapi memperdebatkan hal ini sekarang bukanlah waktu yang tepat.
"Lalu ... apa yang Anda maksud?" tanya Tang Jiho tidak mengerti.
"Permainkan keluarga Xiao seperti mereka, kita tidak perlu bertemu dan menjalin perjanjian resmi dengan keluarga Xiao. Tetapi kendalikan mereka dari jauh, buat mereka dan Kaisar semakin berseteru. Inti dari kekuatan Kaisar adalah keluarga Xiao, jika keluarga Xiao tidak lagi mendukung Kaisar, maka kekuatan takhta pria itu melemah," ujar Qin Mingze.
Tujuan Qin Mingze adalah merebut takhta, namun .. itu semua bukan tanpa alasan. Qin Mingze saat ini bukanlah 'Qin Mingze'. Adik laki-laki kandung Kaisar itu sudah meninggal di sepuluh tahun yang lalu, dan yang saat ini selalu bergerak dan diagungkan seluruh orang akan prestasinya membantu Kaisar adalah orang lain.
Orang lain itu adalah Rong Mingze, nama belakang mereka serupa, begitu juga dengan paras mereka yang hampir seratus persen serupa. Rong Mingze adalah Pangeran dari Dinasti sebelumnya, dia berhasil melarikan diri dan membunuh Qin Mingze yang saat itu melakukan pengejaran terhadap dirinya. Demi bertahan hidup dan membalaskan dendamnya atas penjajahan sekaligus perebutan wilayah dan pengkhianatan yang dilakukan oleh Kekaisaran tetangga dan keluarga Xiao yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Rong Mingze terpaksa hidup sebagai Qin Mingze.
Saat ini tujuannya hampir tercapai, dia semakin mendekati akhir. Baunya sebagai orang asing pun mulai terendus oleh Kaisar, Rong Mingze siap melakukan pertempuran besar kapanpun waktunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
ay
wah-wah-wh teryata ada bakwan di atas udang
2023-12-15
2
Yunita Widiastuti
oalah...
2023-12-15
1