Prangg!!
Suara gelas porselen yang dilempar kasar terdengar nyaring, para pelayan berlutut di lantai, sedangkan Kasim Wu berdiri di pojok ruangan dengan kepala tertunduk.
"Qin Mingze angkuh! Zhen akan menghancurkan dia di masa depan!" ucap Qin Lowei dengan penuh amarah, pria itu langsung meledak begitu mendengar kabar bahwa Qin Mingze menolak tabib Istana untuk membantu penyembuhan Xiao Ming.
"Yang mulia, hamba mohon untuk tenang. Qin Wangye memang sang-"
"Sangat pantas untuk dipenggal! Pria itu selalu menjadi pengganggu!" potong Qin Lowei.
Kasim Wu tidak berani bicara lagi, emosi Qin Lowei sedang berada di puncak.
"Xiao Ming ..." gumam Qin Lowei dengan nada yang sangat dingin, pria itu sedang memandang objek kosong, pandangannya terlihat sangat jauh, kepalanya fokus memikirkan Xiao Ming.
"Jika dia tidak lagi berguna, maka harus dibersihkan," sambung Qin Lowei, membuat Kasim Wu sedikit terkejut. Sepertinya ... Qin Lowei kali ini benar-benar melepas Xiao Ming, keyakinan pria itu tentang Xiao Ming yang tidak lagi memihaknya telah bulat. Jika demikian, tidak ada lagi alasan untuk membiarkan Xiao Ming berada di sisinya. Wanita itu harus dibersihkan karena telah mengetahui banyak rahasia dalam tentang pemerintahan Kekaisaran ini.
"Yang mulia ... apa ... Anda yakin?" tanya Kasim Wu dengan nada bicara yang sedikit takut.
Qin Lowei melirik tajam Kasim Wu. "Atas dasar apa zhen harus ragu untuk membunuh Xiao Ming?"
Kasim Wu menunduk lagi, kepalanya menggeleng pelan. "Tidak, yang mulia."
Qin Lowei tersenyum dingin lagi. "Akan aku tunjukkan, bahwa pilihanmu adalah sebuah kesalahan besar. Qin Mingze, pria itu tidak berguna. Aku tidak akan berbelas kasihan."
Sementara itu di Qin Wangfu, Xiao Ming yang sebelumnya sempat tertidur lama karena perintah tabib pun mulai membuka matanya. Wanita itu perlahan mengambil posisi duduk, seluruh badannya terasa jauh lebih baik meskipun masih ada sisa rasa pegal dan nyeri. Terlebih, kedua kakinya yang sampai saat ini masih lemas, bahkan semakin lemas.
"Xiangxi?" Dengan suara lemah Xiao Ming mencari seseorang, pandangan matanya masih belum begitu jelas.
"Xuan'er?" Xiao Ming masih berusaha, keningnya terlipat dalam kala tidak ada satupun orang yang menghampirinya.
Xiao Ming menghela napas gusar, sekarang kerongkongannya terasa sangat haus. Saat melihat cangkir di meja samping tempat tidurnya, Xiao Ming langsung berusaha keras untuk meraihnya. Tetapi ketika mendapati isinya yang kosong, wanita itu segera menghela napas gusar sekali lagi.
Xiao Ming berusaha bangkit dari kasurnya, memaksakan kondisi tubuh terutama kakinya yang lemah. Dia sangat haus, namun tidak ada satu orang pun yang masuk.
Dengan kaki gemetar, Xiao Ming berusaha berjalan ke luar dengan berpegangan pada berbagai objek di dalam kamarnya hingga mencapai pintu keluar.
Saat pintunya dibuka, tidak ada satu orang pun terlihat. Penjaga tidak ada, pelayan pun tidak ada. Kosong, rasanya hanya dia satu-satunya orang yang tinggal di sini. Langit malam ini pun terlihat lebih gelap dari biasanya.
Begitu udara dingin mulai berhembus menyentuh permukaan kulit Xiao Ming, wanita itu spontan mendekap dirinya sendiri, keningnya pun kembali terlipat dalam.
"Dingin," gumamnya.
Xiao Ming kembali melanjutkan langkah kakinya, berusaha menuju dapur dengan dua kaki lemah dan kondisi tubuh yang selalu gemetar tiap kali ada angin dingin berhembus. Diam-diam dia merasa aneh dengan suasana Qin Wangfu yang terasa sangat sepi.
Xiao Ming terus berjalan, pelan namun pasti, wanita kini telah berada di luar kediamannya menuju dapur Qin Wangfu. Di tengah jalan, dirinya sempat dikejutkan oleh suara kembang api yang memekakkan telinga.
JEDARR!!
Kembang api itu tidak hanya muncul sekali atau dua kali, namun berkali-kali, seperti sedang bersahut-sahutan. Xiao Ming penasaran, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ada sebuah festival? Atau ulang tahun salah satu anggota Kerajaan? Tetapi jika ada pasti Xiao Ming telah mendapatkan informasinya lebih dulu.
Melihat ke atas, kembang api itu terlihat sangat indah. Berbagai macam warna meluncur dan pecah di langit, perlahan Xiao Ming melupakan rasa dingin dan sakit di kakinya. Wanita itu terpaku di tengah jalan yang dipenuhi oleh tumpukkan salju sambil mendongak ke atas. Bibirnya tersenyum kecil, dia cukup menyukai kembang api.
Langkah kaki Xiao Ming perlahan mundur karena kembang api itu semakin terlihat menjauh, jadi dia ingin mengambil langkah mundur agar dapat mengambil sisi pandangan yang lebih luas.
Xiao Ming terus mundur, dia terlalu bersemangat hingga melupakan kedua kakinya yang masih sakit. Tanpa sadar, kakinya menginjak permukaan batu yang tertutup oleh tumpukkan salju. Xiao Ming mendadak tegang, tubuhnya akan terjatuh beberapa detik lagi, kedua mata wanita itu terpejam erat dan tangannya sigap melindungi bagian belakang kepalanya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Suara berat Qin Mingze terdengar, sandaran hangat dan empuk pun terasa jelas di tubuh Xiao Ming. Xiao Ming perlahan membuka matanya, wajah tampan Qin Mingze terlihat sangat jelas. Kulit dan bentuk wajah pria itu semakin indah kala sinar bulan menyapu halus wajahnya.
Qin Mingze dengan pelan membantu Xiao Ming kembali berdiri tegap, membuat kesadaran wanita itu kembali.
"Saya hendak mengambil air di dapur karena ... para pelayan dan orang lainnya menghilang entah ke mana," jawab Xiao Ming seadanya, wanita itu kembali meraih kewarasannya, nada bicara serta tatapannya mendadak ketus.
"Ceroboh, tubuhmu ini sangat merepotkan sehingga tidak bisa bertahan lama di dalam cuaca dingin," ujar Qin Mingze dengan nada yang lebih ketus, kemudian tiba-tiba pria itu melepas mantel berbulunya yang tebal untuk dipasangkan di tubuh Xiao Ming.
Xiao Ming tertegun, dia tidak menyangka Qin Mingze akan memberikan mantelnya.
JEDARR!!
Satu kembang api terakhir meluncur dan pecah di udara, menampilkan warna biru yang sangat cerah. Xiao Ming dengan cepat menoleh dan melupakan kalimat Qin Mingze yang barusan begitu saja.
"Kembang api terakhir!" ujar Xiao Ming, wanita itu tersenyum sangat cerah.
Qin Mingze tidak ikut menoleh, karena bersamaan dengan ini angin kencang berhembus. Rambut panjang Xiao Ming melayang di udara dengan sangat lembut, wanita itu masih terpaku pada kembang api yang sangat indah sambil mengerutkan keningnya karena angin dingin.
Qin Mingze merapatkan mantel tersebut di tubuh Xiao Ming, memblokir seluruh celah angin dingin untuk masuk.
"Astaga, apa aku tertidur terlalu lama hingga tahun baru tiba?" gumam Xiao Ming saat masih memandangi langit.
"Bodoh, jika iya seperti itu seluruh peti dan perlengkapan pemakaman lainnya sudah disiapkan dengan sangat rapi di Qin Wangfu." balas Qin Mingze yang mendengar gumaman kecil Xiao Ming.
Xiao Ming kembali kehilangan senyumnya, wanita itu menatap Qin Mingze lagi dengan tatapan datar. "Terima kasih karena telah bersedia untuk membantu pemakaman saya."
Qin Mingze tidak menjawab, pria itu masih sibuk mengikat tali di mantel tebal yang ia kenakan di tubuh Xiao Ming.
"Wangye, sebenarnya apa yang terjadi di luar sana?" tanya Xiao Ming, meskipun dia tidak sudi untuk membuat waktu percakapan lama dengan Qin Mingze, tetapi saat ini dia sangat penasaran.
"Sekte Yuhang baru saja tiba di Ibu Kota, para masyarakat antusias menyambut mereka. Kaisar mempersiapkan acara penyambutan yang lebih meriah dari sebelumnya," jawab Qin Mingze, kemudian mengulurkan telapak tangan kanannya setelah selesai mengikat tali mantel.
"A--apa?" tanya Xiao Ming bingung saat melihat uluran tangan Qin Mingze.
"Lupakan gelas itu, para pelayan akan segera kembali dan membawakan makan malam. Mereka tadi sempat keluar sebentar untuk menonton para murid dan petinggi sekte Yuhang," jawab Qin Mingze.
Tanpa alasan yang jelas, pria itu berhasil membuat Xiao Ming patuh. Xiao Ming merasakan situasi canggung yang sangat aneh, tidak biasanya Qin Mingze terlihat sangat lembut dan baik hati seperti ini. Bukankah di pertemuan terakhir mereka pria itu mengacuhkan ucapan 'terima kasih' miliknya? Dan kini, pria itu berada di sebelahnya dan dengan sabar memapahnya menuju kamar kembali?
Sementara itu di posisi lain, Tang Jiho tengah berada di atas atap salah satu bangunan Qin Wangfu. Tangan kanannya mengelap badan pedang yang berlumuran darah, lalu di sampingnya sudah tergeletak jasad pria tak dikenal. Pria itu sepertinya seorang pembunuh bayaran yang dikirim oleh seseorang.
Wajahnya tersenyum damai menyaksikan Qin Mingze dan Xiao Ming yang berjalan beriringan, hingga akhirnya tiba-tiba Qin Mingze menatapnya, membuat Tang Jiho membungkuk cepat dan memberikan kode aman dengan mengacungkan ibu jarinya. Pertanda bahwa 'kotoran telah dibersihkan'.
Menoleh ke jasad pria itu, Tang Jiho dengan malas mengangkatnya dan melesat jauh dari Qin Wangfu untuk membuang jasad pria itu. Pembunuh bayaran ini kemungkinan besar dikirim oleh orang-orang Istana, dilihat dari kualitas sang pembunuh bayaran, sepertinya orang ini dikirim bukan untuk membunuh Qin Mingze, karena terlalu lemah. Jika bukan Qin Mingze, maka tidak lain dan tidak bukan, target utama sang penyewa itu adalah Xiao Ming. Jika tadi mereka lengah dan telat bertindak, maka besok pemakaman akan terjadi di Qin Wangfu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Yunita Widiastuti
🦋🦋
2023-12-20
1