"Apa Qin Wangfei telah kehilangan akal sehatnya juga selain kehilangan kesehatan tubuh?" tanya Qin Mingze lagi, sampai saat ini Xiao Ming masih diam. Wanita itu melirik tajam Qin Mingze melalui ekor matanya, jantungnya berdegup kencang, tangan besar Qin Mingze masih mencengkeram erat lengan ramping mulusnya.
"Kamu tidak berani menjawab benwang?" Qin Mingze masih memaksa Xiao Ming untuk berbicara.
Xiao Ming membuang sedikit wajahnya saat Qin Mingze mencoba untuk melihat wajah wanita itu lebih banyak. Menyadari hal ini, Qin Mingze semakin mendinginkan tatapannya dan memaksa Xiao Ming berbalik menghadapnya.
"Ah!"
"Oh, masih dapat mengeluarkan suara?" tanya Qin Mingze lagi setelah Xiao Ming melenguh kesakitan, sebab pergelangan tangannya dicengkeram lebih kuat dan diputar kasar.
Xiao Ming menatap galak mata Qin Mingze, napasnya semakin tidak teratur. Masih tanpa ekspresi, Qin Mingze mencondongkan posisi tubuhnya ke arah Xiao Ming, membuat jarak di antara wajah mereka menipis.
"Apa penjelasanmu kali ini?" Kedua mata dingin Qin Mingze menatap dalam mata Xiao Ming yang penuh api. Seperti malam yang siap menelan siapa saja yang mengganggunya ke dalam kegelapan dan kobaran api yang siap membakar utuh siapa saja yang mencoba menyentuhnya.
Xiao Ming mengutuk dirinya berkali-kali, mengapa dia harus tertangkap basah seperti ini? Jika Qin Mingze bertanya apa alasannya, Xiao Ming pun tidak memiliki alasan lain yang baik untuk mengelak. Dia benar-benar kalah telak jika memilih untuk adu mulut dengan Qin Mingze.
Qin Mingze masih diam dan memperhatikan wajah istrinya yang terlihat sedang berpikir keras, tanpa disadari oleh siapapun, Qin Mingze tidak berkedip sama sekali saat memperhatikan wajah Xiao Ming.
Xiao Ming menggertakkan giginya kesal, jika bukan untuk keberlangsungan hidup damainya dan Qin Yuxuan, Xiao Ming tidak akan sudi melakukan hal ini. Wanita itu tiba-tiba berlutut dengan kepala tertunduk.
"Saya mengaku salah. Saya akan menerima hukuman yang akan--"
"Bangkit." Qin Mingze tiba-tiba memotong kalimatnya, matanya menatap dingin Xiao Ming.
Xiao Ming mendongak, menatap Qin Mingze bingung. Mengapa pria itu memintanya berdiri? Apa saking marahnya pria itu kini tak menerima berlututnya lagi? Astaga ... sial.
"Katakan apa yang ingin kau katakan dengan posisi berdiri, kakimu masih lemah untuk kembali berlutut," ucap Qin Mingze, pria itu tidak ada maksud lain selain melontarkan kalimat yang ada di kepalanya setelah tabib melaporkan kondisi Xiao Ming. Dia tidak tahu bagaimana bentuk kalimat perhatian atau romantis, karena dia pun tidak mengetahui bagaimana rasanya perhatian ataupun romantis. Maka dari itu dia hanya berbicara sesuai apa yang paling masuk akal di kepalanya.
Xiao Ming sedikit terkejut mendengarnya, rasanya dia ingin tertawa konyol sekarang juga. Qin Mingze baru saja memikirkan kondisinya? Meskipun tidak didasari oleh maksud lebih, tetapi mengetahui pria itu memikirkan kondisinya tetap saja terasa aneh. Seolah dalam waktu dekat ini akan terjadi musibah besar yang menyebabkan firasat-firasat buruk bermunculan sebelumnya.
Xiao Ming perlahan berdiri, apa yang dikatakan Qin Mingze benar, kakinya masih sangat lemas. Saat kepalanya kembali mendongak, Xiao Ming kembali bertemu dengan tatapan Qin Mingze. Pria itu masih dengan tatapannya yang sama.
"Saya bersumpah, saya tidak memiliki niat buruk apa pun," ucap Xiao Ming, dia berusaha menjelaskannya kepada Qin Mingze. Sedangkan Qin Mingze sudah menaikkan alis kirinya sekilas.
"Benwang tidak pernah menudingmu sebagai penjahat di sini," jawab Qin Mingze, membuat Xiao Ming salah tingkah. Sial, permainan bersilat lidah pria itu ternyata tinggi juga.
"Baiklah, saya paham alasan Wangye menaruh perasaan curiga, saya tidak akan memaksa Wangye untuk percaya. Oleh karena itu saya bersedia menerima hukuman apa pun jika Wangye hendak melakukannya. Tetapi, saya bersumpah tidak memiliki niat--" Lagi-lagi, belum sempurna Xiao Ming melontarkan kalimatnya, Qin Mingze telah memotong.
"Karena tidak ada orang lain di sini, kamu tidak perlu tetap memasang wajah baik itu. Benwang benar-benar muak, berhenti berpura-pura, Xiao Ming." Qin Mingze mengerutkan keningnya, sorot mata kebencian mulai terlihat. Pria itu mengambil langkah mundur beberapa kali, selanjutnya berbalik memunggungi Xiao Ming.
Xiao Ming ikut mengerutkan keningnya, sepertinya Qin Mingze selama ini mengira dirinya sedang berpura-pura baik untuk merencanakan sesuatu. Menghela napas gusar, baiklah ... wajar jika pria itu berpikir demikian.
Xiao Ming berusaha memasang wajah bersungguh-sungguh, tanpa melakukan itu pun dia sudah bersungguh-sungguh, namun dia sengaja untuk membuat raut wajah yang sedikit lebih dramatis agar Qin Mingze semakin percaya.
"Wangye, saya benar-benar telah kehilangan sebagian ingatan saya. Jika memang sikap saya terlalu buruk di masa lalu, saya memohon permohonan maaf Anda agar bersedia menerima saya." Xiao Ming mengambil langkah maju dua kali, berusaha mendekati Qin Mingze yang masih memunggunginya dengan dingin.
Qin Mingze tersenyum dingin, lalu berbalik dan menatap Xiao Ming dengan penuh aura penindasan. "Kalimat pengakuanmu tidak dapat dipercaya."
"Mengapa Wangye sulit untuk mempercayai saya?" tanya Xiao Ming dengan sedikit helaan napas gusar.
"Bagaimana dengan Kaisar?" Bukannya menjawab pertanyaan Xiao Ming dengan jawaban, pria itu justru malah balik bertanya.
Raut wajah Xiao Ming mendadak datar, wanita itu semakin memperhatikan wajah Qin Mingze yang dingin. Hening beberapa detik, sampai akhirnya Xiao Ming menjawab,"Saya menyayangi anak saya, maka dari itu saya akan memilih pilihan yang tidak membahayakan anak saya."
Qin Mingze tertegun, kemudian menyeringai tipis. Curang, itu jawaban aman untuk menghindari konflik lebih lanjut. Rasanya menggelikan di telinga Qin Mingze, bagaimana tidak? Wanita di hadapannya ini adalah wanita yang dulunya menolak keras kehadiran Qin Yuxuan dan kini secara tiba-tiba ia berubah menjadi ibu tiri baik hati yang memperlakukan anak tirinya seperti anak kandung bak malaikat. Itu menggelikan.
"Kamu merasa memiliki hak kepada Yuxuan?" tanya Qin Mingze.
Xiao Ming menggeleng pelan. "Tidak. Hak Yuxuan berada di tangan Yuxuan sendiri. Saya hanya menjalankan kewajiban saya sebagai ibu tiri Pangeran, merawat dan menjaga, hanya itu. Saya mengakui ini terdengar aneh di telinga anda, namun ... saat ini saya benar-benar menyayangi pangeran."
"Sayang?" tanya Qin Mingze, dia terpaku pada satu kata di kalimat akhir Xiao Ming.
Xiao Ming mengangguk singkat secara mantap, membuat Qin Mingze lagi-lagi berbalik dan mengambil jarak lebih jauh darinya.
"Keluar."
"Eh?" Xiao Ming sedikit keheranan lagi, secepat itu kah? Pria itu tidak jadi memberikannya hukuman?
"Jika benwang harus mengulang perintah, maka saat itu juga lenganmu benar-benar patah," ujar Qin Mingze, pria itu lagi-lagi memberikan ancaman yang mengerikan.
Xiao Ming berkedip cepat, dari pada tetap di sini dan membuat Qin Mingze berubah pikiran, lebih baik sekarang dia melarikan diri selama masih dipersilahkan. Toh, seharusnya pria itu tahu bahwa dia belum mengetahui apa pun.
Xiao Ming membungkuk ke arah Qin Mingze, kemudian berjalan cepat meskipun kakinya tertatih. Begitu pintu kamar dibuka, Xiao Ming berpapasan dengan Xiangxi yang baru saja kembali dari dapur Qin Wangfu. Wanita itu terkejut kala melihat majikannya tiba-tiba muncul.
"Niangniang, ada ap--"
"Cepat berbalik untuk menuju kediamanku, aku akan memakan bubur beras merahnya di sana," potong Xiao Ming cepat, membuat Xiangxi tidak memiliki celah untuk bertanya selain membantu majikannya untuk berjalan menuju kediamannya sendiri.
Sebelum pintu kamar Qin Mingze benar-benar tertutup, pria itu memandangi sosok Xiao Ming yang heboh melarikan diri darinya. Keningnya sedikit terlipat, tanpa sadar bibirnya tersenyum kecil.
"Apa setelah sebagian ingatannya hilang wanita itu kini menjadi bodoh?" gumamnya, lalu menggelengkan kepala dan beranjak menuju balik papan tirai yang menjadi tempat bertukar informasi rahasia dengan beberapa bawahan terpercayanya. Ekspresinya kembali datar dan dingin seperti biasa, senyum kecil yang sempat muncul itu lenyap begitu saja.
Saat salah satu botol kayu dibuka dan mulai membaca kertas pesan yang ada di dalamnya, Qin Mingze meremasnya erat hingga membuat kertas itu mengecil sempurna.
"Kaisar itu sampah, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa," gumam Qin Mingze, lalu berjalan ke arah rak-rak buku besar yang ada di dalam kamar pribadinya, kemudian meraih salah satu buku untuk sedikit bergerak keluar dari posisinya.
Krak ....
Ggggrrrrgggg ....
Rak-rak buku itu tiba-tiba memisahkan diri dan membuat sebuah jalan besar ke ruangan baru yang tak pernah diketahui oleh siapapun di Qin Wangfu selain Tang Jiho.
Qin Mingze berjalan masuk ke dalam sana, lalu perlahan obor-obor yang tertempel di dinding-dinding ruangan gelap itu menyala sendirinya.
Di dalam ruangan itu terdapat barang-barang tua seperti buku, pedang, dan baju zirah. Begitu Qin Mingze sampai di spot utama ruangan tersebut, sebuah coretan besar yang banyak sekali terpampang jelas di dinding.
Qin Mingze tidak menyukai ....
Qin Mingze bersifat ....
Qin Mingze adalah ....
Qin Mingze ....
Qin Mingze ....
Qin Mingze ....
Banyak sekali catatan mendetail mengenai 'Qin Mingze'. Di tengah-tengah coretan tersebut, ada lukisan para Kaisar terdahulu yang telah wafat. Dari sejak Kaisar pertama, sang penjajah Dinasti sebelumnya, hingga Qin Lowei, Kaisar saat ini.
Lukisan Kaisar sebelumnya telah disilang menggunakan cat berwarna merah, ada banyak sekali bekas tusuk pisau atau belati di kanvas-nya. Sedangkan di lukisan Qin Lowei, tepat di kepala pria itu, sebuah pedang menancap gagah.
"Aku tidak akan membiarkan kalian hidup penuh kenyamanan. Kepala dibayar kepala," ucap Qin Mingze.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Yunita Widiastuti
💪💪
2023-12-15
2