Xiangxi dan lima pelayan lainnya terkejut begitu masuk ke dalam kamar Xiao Ming untuk mengantarkan makan malam, karena di dalam sana ada Qin Mingze yang berdiri di dekat jendela. Pria itu tidak bergeming sedikitpun dari posisinya meskipun para pelayan telah tiba.
Xiangxi dan para pelayan lainnya tidak ada yang berani berkomentar, mereka semua membungkuk dan buru-buru meletakkan makan malam Xiao Ming, lalu pergi tanpa suara.
Xiao Ming meneguk air terlebih dahulu, kerongkongannya mulai terasa membaik. Tubuhnya kini masih mengenakan mantel tebal Qin Mingze, dia sempat beberapa kali hendak berbasa-basi dengan Qin Mingze, namun ... entah mengapa mulutnya terlalu kaku untuk melakukan ini. Alhasil, Xiao Ming langsung menyantap makanannya tanpa mempedulikan kehadiran pria itu meskipun sulit.
Di tengah kesibukannya, Qin Mingze tiba-tiba melontarkan pertanyaan. "Apa baru-baru ini kau membuat masalah dengan orang lain?"
Xiao Ming masih mengunyah, setelah susah payah menelan makanannya, wanita itu pun menjawab,"Masalah? Saya rasa ... tidak?" Keningnya terlipat kecil, namun kemudian dia teringat akan sesuatu dan menambahkan,"Tetapi sepertinya ... iya."
"Siapa?" tanya Qin Mingze lagi.
"Untuk apa Wangye bertanya?" tanya Xiao Ming balik, wanita itu penasaran mengapa pria ini bertingkah aneh. Dari membantunya tadi siang, lalu memperlakukannya dengan sangat baik barusan, dan kini menanyakan urusannya.
Qin Mingze sedikit menoleh untuk menatap Xiao Ming sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Kenyamanan Qin Wangfu jadi terganggu karena banyaknya pembunuh bayaran yang datang untuk mencarimu."
"Eh?" Xiao Ming tertegun, lalu dia teringat akan dua pembunuh bayaran yang datang secara tiba-tiba ke kamarnya di malam hari. Lalu ... salah satu dari mereka ada yang bersikap kurangajar!
Pembicaraan ini membuat Xiao Ming teringat akan sesuatu, yaitu koneksi. Dia harus segera mencari koneksi agar dapat membantunya di segala situasi, tidak seperti tadi siang. Keluarga Xiao saja sepertinya tidak cukup untuk mengokohkan kekuatannya di Kekaisaran ini, dia masih perlu beberapa kelompok lagi. Untuk mencari itu semua, Xiao Ming harus bergerak dari sekarang.
"Wangye." Xiao Ming memanggil pria itu, membuat Qin Mingze menoleh lagi. Wajahnya datar seperti biasa, seolah menatap Xiao Ming dengan penuh rasa malas.
"Apa boleh besok saya mengunjungi rumah orangtua saya?" tanya Xiao Ming, nada bicaranya terdengar segan.
Qin Mingze terdiam sejenak, sepertinya pria itu sedang memikirkan sesuatu. Diam-diam, perasaan curiga mulai tumbuh di hati Qin Mingze. Menemui Perdana Menteri Xiao? Tentu saja pria itu curiga.
"Apa benwang pernah peduli ke mana kamu akan pergi?" balas Qin Mingze, lalu membuang tatapannya lagi.
Xiao Ming tersenyum cerah, itu bagus.
"Baik, terima kasih, Wangye ...."
"Tetapi untuk sekarang ini lebih baik kamu hindari Istana agar tidak menimbulkan kerugian atau keresahan baru untuk Qin Wangfu. Jika otak bodohmu itu berulah lagi, benwang tidak akan segan untuk mengusirmu keluar," ancam Qin Mingze.
Xiao Ming mengangguk cepat. "Baik, saya mengerti!"
Qin Mingze masih berdiri di tepi jendela, sampai akhirnya dari luar sana terlihat bayangan Tang Jiho yang memberikan sinyal 'aman'. Oleh karena itu, Qin Mingze pun berbalik dan keluar dari kamar Xiao Ming tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Xiao Ming yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pun hanya diam dan tetap acuh melihat tingkah Qin Mingze yang menurutnya aneh.
Lalu di Istana Kekaisaran, Han Bingbing tengah berjalan di Koridor Istana menuju kediaman Kaisar yang sangat luas. Sepuluh dayang-dayang mengikuti langkahnya dari belakang, sementara wanita itu berdiri paling depan dengan membawa semangkuk sup burung yang masih hangat.
"Huanghou Niangniang." Kasim Wu menyapa di bibir pintu dengan senyum ramah.
Han Bingbing balas tersenyum. "Kaisar ada di dalam?"
Kasim Wu mengangguk. "Benar, Niangniang. Tetapi ... saran hamba jika hendak menemui beliau, Niangniang lebih berhati-hati, karena ... saat ini kondisi hati yang mulia sedang sangat buruk."
"Buruk?" gumam Han Bingbing, wanita itu belum mendengar kabar bahwa Xiao Ming sempat dihukum berlutut tadi siang.
Sebelum masuk, Han Bingbing menoleh ke para dayang yang ada di belakangnya. "Kalian tetap di luar."
"Baik, Niangniang."
Han Bingbing masuk ke dalam, keningnya semakin terlipat kala melihat banyak sekali barang dan pecahan kaca yang berantakan. Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Mengapa suasana hati Qin Lowei menjadi sangat buruk seperti ini? Dia tidak pernah melihat suaminya semarah ini.
"Kasim Wu, sudah Zhen katakan untuk tidak--"
Saat Qin Lowei mendengar langkah kaki seseorang, dia mengira itu milik Kasim Wu. Han Bingbing yang mendengar ini segera memotong.
"Ini aku, yang mulia. Bing'er."
Dari balik tirai besar itu, terlihat bayangan Qin Lowei yang menoleh ke arahnya. Han Bingbing segera tersenyum melihat ini.
"Untuk apa kamu kemari?" tanya Qin Lowei.
"Bing'er membuatkan sup burung khusus untuk yang mulia, mengingat suhu musim salju tahun ini lebih dingin dari biasanya," jawab Han Bingbing, wanita itu terlihat sangat manis dan penyabar setiap kali menghadapi Qin Lowei.
"Sebaiknya kamu kembali, terlalu berantakan di sini. Pecahan kaca itu akan melukai--"
"Bukan masalah, yang mulia," potong Han Bingbing lagi saat Qin Lowei berusaha mengusirnya. "Apa saya boleh menemani Anda di sini?"
"Kondisiku sedang sangat buruk, aku tidak ingin mengganggumu. Taruh sup burung itu di meja, sudah cukup," jawab Qin Lowei, pria itu masih keras kepala dan dingin padanya.
Raut wajah Han Bingbing menunjukkan kesedihan, wanita itu menghela napas berat diam-diam sambil menganggukkan kepala. "Baik, Bing'er mengerti."
Han Bingbing menaruh mangkuk sup itu di atas meja, sebelum pergi dia teringat akan sesuatu untuk dilaporkan. "Yang mulia, kelompok sekte Yuhang telah tiba di Ibu Kota. Untuk sementara waktu mereka diinapkan di salah satu penginapan Ibu kota, kemungkinan mereka tiba di Istana adalah besok siang. Serta ... perayaan tahun baru kali ini mungkin akan dilaksanakan lebih meriah dari tahun lalu, mengingat kita mengundang beberapa perwakilan negara lainnya."
"Bukan masalah, Istana ini masih lebih dari cukup untuk menampung jutaan tamu sekalipun," jawab Qin Lowei.
Han Bingbing mengangguk lembut, setelah itu membungkuk dan keluar dari kamar Qin Lowei. Tatapan matanya masih terlihat sedih.
"Niangniang ..." Pelayan pribadi Han Bingbing terlihat cemas saat melihat raut wajah majikannya yang sendu. Tetapi Han Bingbing dengan cepat tersenyum ke arah mereka, lalu menatap Kasim Wu untuk menanyakan sesuatu.
"Kasim Wu, apa yang sebenarnya sudah terjadi?"
Kasim Wu menghela napas berat. "Sepertinya Qin Wangfei telah melakukan kesalahan, membuat yang mulia Kaisar menjadi sangat marah. Tadi siang, Kaisar sempat menghukum Qin Wangfei untuk berlutut di sini, namun tak lama kemudian Qin Wangye datang dan membawa Qin Wangfei kembali yang sudah berada di kondisi kritis. Melihat hal ini Kaisar khawatir dan mengirimkan tabib Istana ke Qin Wangfu, namun ... Qin Wangye menolak tabib tersebut ...."
Han Bingbing sedikit terkejut di dalam hatinya. Kaisar menghukum Xiao Ming? Dan ... Qin Wangye datang untuk menolong wanita itu? Rasanya terasa sangat aneh, sejak kapan Kaisar tega menyakiti Xiao Ming dan hubungan Qin Wangye membaik dengan wanita itu? Sepertinya ... ada sesuatu yang sangat besar telah berubah di sini, Han Bingbing harus menyelidiki ini lebih lanjut. Jika Xiao Ming memang memutuskan untuk bulat mencintai Qin Wangye, maka itu bagus untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Mio mio
Lanjut semangat
2023-12-20
2
Yunita Widiastuti
cinta oh cinta .....
2023-12-20
1