NovelToon NovelToon

Stepmother And Precious Wife Of The Tyrant

Bab 1. PROLOG | Dao Ming & Xiao Ming

Bosan ... Lelah ... Memuakkan ... Itu lah kata yang sering berputar di kepala Dao Ming.

Dao Ming berjalan sendirian di trotoar, tangan kanannya menenteng sebuah kantung plastik putih berisikan obat-obatan yang baru saja ia beli di apotek. Belakangan ini kondisi kesehatannya semakin memburuk, dokter berkata bahwa ia harus mengambil cuti untuk beristirahat. Tetapi, Dao Ming menolak saran tersebut. Wanita itu merasa pekerjaannya tidak bisa ditunda, bahkan oleh dirinya sendiri.

Berdiri di tepi trotoar untuk menunggu lampu pejalan kaki menyala, Dao Ming sesekali bersin-bersin karena hidungnya terasa sangat gatal. Di dalam masker putih yang tengah ia pakai sepertinya sudah kotor akibat cairan yang keluar dari hidungnya. Kening Dao Ming pun sedikit terlipat karena perasaan tidak nyaman.

Tiba-tiba saja dari samping ia melihat sebuah sapu tangan putih yang memiliki corak emas membingkai di pinggirannya. Dao Ming pun menoleh untuk melihat siapa yang berbaik hati membantunya.

"Eh ... nenek, terima kasih." Dao Ming membungkuk singkat, lalu menerima sapu tangan itu dengan enggan. Ingin berbasa-basi menolak, namun situasinya saat ini dia jelas sangat membutuhkan sapu tangan.

"Gadis cantik," ucap sang nenek dengan senyum ramah, aura nenek itu benar-benar terlihat ramah dan hangat.

"Tuhan akan selalu berpihak padamu, nak. Percaya dirilah dalam melangkah," sambung sang nenek. Dao Ming yang tidak mengerti mengapa tiba-tiba sang nenek mengatakan hal itu hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung.

"Nenek, untuk--" Belum sempat Dao Ming menyempurnakan kalimatnya, tiba-tiba sang nenek sudah berjalan cepat meninggalkannya begitu lampu pejalan kaki dinyalakan.

Dao Ming berusaha menyusul sang nenek, tetapi dia kehilangan jejaknya. Dao Ming sempat berdiam diri di tengah ramainya kerumunan orang yang hendak menyebrang. Lamunannya dipecahkan oleh teguran acak yang ia terima dari pejalan kaki lainnya.

Dao Ming menghela napas tipis, lalu melihat sapu tangan yang ia terima dari sang nenek itu lagi. Ternyata sapu tangan itu memiliki sulaman bunga teratai emas di sudut bawah sebelah kanan. Baiklah ... ia akan mengembalikan sapu tangan ini jika dia melihat sang nenek di lain hari lagi.

Sesampainya di rumah, Dao Ming menaruh secara acak tas kerja dan kantung plastik obat yang ia bawa. Dengan cepat ia membersihkan dirinya dan kemudian mengambil lagi kantung plastik obat itu.

Dao Ming berjalan ke arah dispenser, ia memencet tombol air bersuhu hangat, kebetulan cuaca sedang sangat dingin di luar. Dengan cepat Dao Ming meneguk air hangat itu bersamaan dengan obat-obatan yang telah ia beli. Ketika Dao Ming hendak memutar badannya untuk kembali ke kamar, tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu yang menetes keluar dari hidungnya.

Dao Ming spontan mendongak ke atas, lalu menyentuh pelan hidungnya dengan jari-jarinya. Astaga ... ia mimisan. Dao Ming berlari ke arah kamar mandi untuk membilas hidungnya, namun berkali-kali ia bersihkan, darah segar terus saja masih mengalir keluar. Saat Dao Ming tidak sengaja melirik secara acak ke berbagai sudut kamar mandi, tiba-tiba ia menemukan sapu tangan yang ia terima dari nenek misterius itu di atas wastafel.

Tanpa berpikir panjang, Dao Ming mengambil sapu tangan itu untuk menahan darah di hidungnya. Dao Ming tidak sadar bahwa sapu tangan itu baru saja menunjukkan keanehan, sebab ia tiba-tiba muncul di kamar mandi padahal Dao Ming telah meninggalkannya di kamar tidur.

Dao Ming yang sudah sangat lelah tidak sempat memikirkan hal-hal aneh seperti itu, dirasa mimisannya sudah mulai meringan, Dao Ming beranjak meninggalkan kamar mandi menuju kamar tidurnya dengan masih membawa sapu tangan tersebut.

Dengan kasar Dao Ming merebahkan dirinya di atas kasur, astaga ... rasanya ia lelah sekali. Dao Ming menarik selimut hingga menutupi lehernya, tangan kanannya masih erat menggenggam sapu tangan emas itu yang kini memiliki noda darah miliknya.

Dao Ming memejamkan matanya, suasana mendadak sangat sunyi, hanya ada suara AC. Di tengah kesunyian inilah, diam-diam air mata menetes dari ujung mata Doa Ming yang terpejam.

Cengkeraman tangan kanan Dao Ming terhadap sapu tangan itu menguat, ia pun perlahan mengubah posisi tidurnya menjadi memunggungi jendela kamar. Sapu tangan itu masih berada di tangan Dao Ming, posisinya pun sangat dekat dengan wajahnya. Sisa tetesan air mata Dao Ming pun mengenai kain sapu tangan tersebut.

"Aku ... tidak ingin merasa kesepian. Itu saja ...." Batin Dao Ming di tengah pejalan matanya. Perlahan, Dao Ming benar-benar terlelap. Di saat inilah, tiba-tiba sapu tangan itu menyala. Di waktu yang sama pun, wanita tua misterius yang telah memberikan Doa Ming sapu tangan itu berdiri tidak jauh memandangi rumah Dao Ming. Bibirnya tersenyum hangat, kemudian perlahan ia membungkuk.

"Selamat jalan, Tuhan telah memilihmu," ucap sang nenek, ia berbalik dan meninggalkan rumah Dao Ming ketika cahaya emas itu tidak terlihat lagi dari jendela kamar Dao Ming.

****

Tidur Dao Ming terusik kala ia mendengar suara botol yang terjatuh dari atas meja. Dao Ming perlahan membuka matanya dan mulai memperhatikan kondisi sekitar. Awalnya dia merasa baik-baik saja, namun ketika menyadari bahwa tempat ia terbangun ini sangat berbeda dengan kamarnya, Dao Ming pun mulai mengerjap-ngerjapkan matanya puluhan kali untuk memastikan bahwa ia tak salah lihat.

Dao Ming berdiri cepat, lalu mulai menyadari bahwa ia baru saja tidur di tengah-tengah pria yang bertelanjang dada.

"APA-APAAN INI?!" Teriak Dao Ming syok, membuat para pria tampan itu terbangun dengan perasaan terkejut pula.

Seorang pelayan wanita pun masuk secara terburu-buru, wajahnya terlihat takut dan panik mendekati Dao Ming.

"Wa--Wangfei, ada apa?" tanya pelayan wanita itu takut, seolah Dao Ming akan membelah bangunan ini menjadi dua.

Dao Ming menoleh, lalu ia berjalan cepat ke arah pelayan wanita itu dan meletakkan kedua tangannya di atas bahu sang pelayan. Pelayan itu tersentak kaget dan memejamkan matanya dalam, takut Dao Ming akan melakukan sesuatu kepadanya.

"Katakan, mengapa aku di sini? Siapa mereka? Mengapa ... mengapa menjadi seperti ini?!" tanya Dao Ming bertubi-tubi, sementara pelayan itu gemetar ketakutan.

Dao Ming tertegun kala pelayan wanita itu tiba-tiba berlutut di lantai, lalu dengan suara gemetar menjawab,"Menjawab, Niangniang. Me--mereka adalah pria bordil yang Anda pesan secara khusus untuk bernyanyi dan membaca puisi di kediaman anda. Dan ... mengapa Anda berada di sini ... karena ... karena anda ... adalah istri Qin Wangye ...?" Ada nada keraguan di akhir kalimat pelayan wanita itu, setelah mengucapkan itu ia pun diam-diam merasa bingung mengapa majikannya menanyakan hal tersebut.

Dao Ming mengerutkan keningnya heran, dia semakin tidak mengerti. Rumah bordil? Wangfei? Qin Wangye? Istri? Menikah? DAO MING TIDAK MENGERTI.

Dao Ming secara acak memperhatikan seluruh sudut ruangan kamar mewah ini, begitu melihat cermin dia bergegas berjalan cepat ke arah cermin sambil berkata,"Kalian semua, tolong keluar." Tanpa pengulangan kalimat, segera seluruh pria tampan yang bertelanjang dada itu serta pelayan wanita tadi berjalan cepat keluar.

Brak!

Dao Ming sedikit menggebrak meja rias besar tersebut, lalu melihat bayangan dirinya di cermin yang saat itu belum sejernih cermin di masa depan. Ia menyadari bahwa warna rambutnya berubah menjadi merah, namun wajahnya tetaplah miliknya. Tetapi ... tekstur serta kualitas kulitnya jauh lebih baik. Tidak ada bekas jerawat ataupun mata panda, kulit wajahnya sempurna.

"Bagaimana bisa?!" gerutu Dao Ming, keningnya masih terlipat heran. Dia masih tidak bisa mengerti dengan situasinya, apakah dia benar-benar melakukan perjalanan waktu? Orang gila! Tidak mungkin! Itu hanya ada di film, komik, serta novel fantasi!

Dao Ming menghela napas berat, kemudian ia tidak sengaja melihat sebuah lukisan yang terpajang tidak jauh dari meja riasnya. Lukisan itu adalah seorang wanita yang duduk menawan di sebuah kursi kayu mewah. Kursi itu sepertinya diperuntukkan untuk dua orang, namun ... ia hanya duduk seorang diri dengan gaun pernikahan menawan berwarna merah, lengkap dengan mahkota Phoenix. Jika diperhatikan lebih dalam, wajah wanita di lukisan itu sangat mirip dengannya. Apakah itu adalah 'wanita itu'? Di sudut bawah kiri terdapat ukiran nama yang indah, tintanya berwarna emas.

"Xiao ... Ming?" Eja Dao Ming, kemudian dia terpaku di hadapan lukisan itu untuk beberapa saat. Sepertinya ... wanita yang memiliki wajah serupa dengannya namun tidak dengan warna rambut ini adalah Xiao Ming.

Tetapi ... siapa Xiao Ming? Mengapa Dao Ming harus memasuki tubuhnya? Dan ... yang paling penting adalah ... mengapa wanita ini memiliki hidup yang sangat sembarangan?! Dia bahkan berani bermain bersama belasan pria tampan walaupun sudah memiliki suami?! Hal gila! Walaupun ini bukan urusannya, tetapi bukankah wajah mereka serupa?! Benar-benar memalukan ....

Apakah ... selanjutnya Dao Ming harus hidup sebagai Xiao Ming? Bagaimana situasi di sini? Apa sama sepinya? Hati Dao Ming mendingin memikirkan hal ini, sepertinya dia harus membiasakan diri dengan nama Xiao Ming untuk kedepannya.

Bab 2. Latar Belakang Hubungan Xiao Ming dan Qin Mingze

Xiao Ming (Dao Ming), duduk di hadapan meja riasnya dengan tatapan kosong. Di belakangnya sudah ada pelayan wanita yang semalam gemetar ketakutan, setelah ia selidiki lebih lanjut, ternyata wanita itu adalah pelayan pribadi milik Xiao Ming.

Xiao Ming menanyakan banyak hal kepada pelayannya, Xiangxi. Mengenai statusnya, tempat ini, dan kejadian semalam. Sampai saat ini Xiangxi masih bercerita panjang, sedangkan Xiao Ming melamun sambil memakan bubur merah hangat dan mendengarkan penjelasan Xiangxi.

"Lalu ... Qin Wangye, beliau adalah Adipati besar Kekaisaran Timur. Beliau adik kandung dari Kaisar negeri ini, dan anda lah istrinya, yang mulia." Hanya sampai situ penjelasan Xiangxi mengenai suami Xiao Ming, ia terlihat ragu dan takut untuk menceritakan lebih banyak hal tentang Qin Wangye ini.

Xiao Ming mendadak sibuk dengan pikirannya sendiri setelah mendengar penjelasan Xiangxi mengenai Qin Wangye. Jika Xiao Ming ini adalah istrinya, lalu ... mengapa ia berani mengundang pria penghibur ke kediamannya? Bukankah suami Xiao Ming adalah Adipati besar sekaligus adik kandung Kaisar negeri ini? Pengaruh serta jabatannya bukanlah hal yang bisa dipandang rendah. Setahu dirinya pun peraturan Kekaisaran china kuno seperti ini memiliki keketatan yang luar biasa terhadap wanita.

AH!

Xiao Ming mendapatkan sesuatu di kepalanya, apakah ... hubungan 'Xiao Ming' dan Qin Wangye tidak baik? Maka dari itu 'Xiao Ming' terang-terangan berbuat sembarangan? Tetapi ... bukankah itu tetap salah? Xiao Ming seharusnya bisa kapan saja dihukum mati, bukan?

"Xiangxi." Xiao Ming menatap bayangan Xiangxi di cermin, wanita itu sedang sibuk menyisir rambut panjang merah milik Xiao Ming.

"Sa--saya, Wangfei?" Xiangxi masih terlihat sangat gugup dan ketakutan untuk menjawab panggilan Xiao Ming, wanita itu menunduk dalam sambil berhenti dari aktivitas menyisirnya.

"Aku butuh cerita yang lebih detail mengenai Qin Wangye, jangan buat aku mengulangi perintah ini." Xiao Ming memberikan aura penekanan kepada Xiangxi, hal ini ia lakukan agar wanita itu tidak ragu-ragu lagi untuk menceritakan semuanya.

Xiangxi dengan cepat membungkuk dalam, lalu berkata,"Te--tetapi Niangniang, bukankah ... anda melarang hamba untuk menyebutkan banyak hal tentang Qin Wangye?"

Xiao Ming menaikkan alis kirinya sekilas, astaga ... sungguh seperti itu? Berarti benar, hubungan 'Xiao Ming' dan Qin Wangye ini sangat tidak baik.

"Hari ini pengecualian," jawab Xiao Ming dengan nada yang sangat tenang, seolah dia adalah 'Xiao Ming' sungguhan. Xiao Ming sengaja bersikap selayaknya 'Xiao Ming' asli untuk menghindari kecurigaan dari orang-orang. Alasannya agar bisa menanyakan banyak hal kepada Xiangxi adalah arak yang ia minum semalam mengandung racun dan menghapus beberapa ingatan di kepalanya. Lugunya wanita itu percaya, membuat langkah Xiao Ming untuk mengetahui semuanya menjadi lebih mudah.

Xiangxi menegakkan tubuhnya kembali, lalu masih dengan kepala tertunduk ia melanjutkan aktivitasnya menyisir rambut halus Xiao Ming. Dengan nada bicara yang sangat hati-hati, ia pun mulai bercerita mengenai Qin Wangye dari awal.

Qin Wangye memiliki nama asli Qin Mingze, yang artinya 'raja kecil', nama yang cocok untuk seorang adik kandung Kaisar. Qin Mingze adalah petinggi militer yang memegang 60% kekuatan militer Kekaisaran. Ia telah turun ke medan perang sejak umur lima belas tahun. Begitu Kaisar sebelumnya meninggal, Qin Mingze diberkati gelar Adipati besar, berbarengan dengan pengangkatan Kaisar baru Kekaisaran.

Sebelumnya Qin Mingze telah menikah dengan seorang wanita bangsawan lain atas dasar perjodohan, hingga akhirnya mereka memiliki satu anak dan istri Qin Mingze pun diam-diam kabur bersama kekasihnya, meninggalkan anak mereka begitu saja. Jejaknya tak ditemukan, wanita itu sepakat telah dianggap mati sebagai pengkhianat keluarga Istana oleh seluruh Kekaisaran karena berani mengkhianati Xiao Mingze.

Lalu dua tahun kemudian, Xiao Ming ditunjuk langsung oleh Kaisar untuk menikah dengan Qin Mingze. Wanita dengan darah bangsawan tinggi, berprestasi, anak Perdana Menteri, tentu saja tidak terima jika harus menikah dengan pria yang sudah memiliki anak dan sepuluh tahun lebih tua di atasnya, meski pria itu adalah seorang pangeran sekalipun.

Xiao Ming membenci statusnya yang tinggi, semua ini bukanlah berkah, melainkan penghinaan untuk dirinya. Banyak bangsawan muda yang menertawakan dirinya, hidup Xiao Ming yang cemerlang berubah mendung seketika. Sepekan sebelum dekrit pernikahan itu diturunkan, ayahnya sang Perdana Menteri sempat terlibat cekcok dengan Kaisar karena perbedaan pendapat. Mungkin karena kesal dan tidak dapat berbuat seenaknya untuk menjatuhkan keluarga Xiao, Kaisar pun membuat bunga paling indah di kediaman Perdana Menteri, yaitu Xiao Ming, hancur. Hal ini menyebabkan luka yang jauh lebih serius di hati Perdana Menteri dari pada sebuah kejatuhan karirnya.

Hubungan Kaisar dan Qin Mingze sebenarnya baik, tidak ada celah untuk orang-orang melihat keretakan di antara mereka berdua. Mereka sering kali digambarkan sebagai kasih sayang saudara yang solid luar biasa, namun ... bukankah isi hati manusia tidak akan ada yang tahu jika bukan si manusia itu sendiri?

Dan alasan keluarga Xiao sangat disegani keluarga Kekaisaran adalah 'catatan hitam' Kaisar yang dipegang oleh ayah Xiao Ming. Sebelumnya, ayah Xiao Ming adalah seorang Menteri Pertahanan di Dinasti sebelumnya. Pria itu melakukan pengkhianatan dengan negerinya sendiri, dia bersekongkol dengan Kaisar Dinasti saat ini yang sebelumnya, dan berhasil melakukan pemberontakan secara mulus. Sebagai imbalan atas perjuangannya, ayah Xiao Ming pun diberi gelar 'Perdana Menteri' dan bangsawan tingkat 1.

Garis besarnya, alasan Xiao Ming berani bertindak semena-mena dengan Qin Mingze karena kekuatan keluarganya yang besar. Xiao Ming benar-benar terpukul oleh takdirnya sendiri, membuat dia menjadi wanita yang berantakan. Dia membenci suami serta anak tirinya, tetapi ... apakah tidak ada usaha dari pihak Qin Mingze sendiri untuk akur dengan Xiao Ming? Apa pria itu juga sama tak pedulinya dengan hubungan mereka seperti yang Xiao Ming lakukan?

Xiao Ming menggelengkan kepalanya pelan, astaga ... rumit sekali takdirnya. Mau tidak mau dia harus menganggap takdir 'Xiao Ming' adalah miliknya juga, bagaimana pun wajah mereka serupa dan kini Dao Ming telah masuk ke dalam tubuh Xiao Ming. Tidak ada jalan untuk mundur. Sebelumnya ia telah mencoba berbagai hal konyol, seperti berulang kali memaksakan tidur, berharap saat bangun sudah kembali ke tempatnya semula, ataupun membenamkan dirinya ke dalam air dan hanya sesak napas yang Xiao Ming dapatkan. Semua usahanya sia-sia.

Begitulah kira-kira kisah singkat mengenai latar belakang hubungannya dengan Qin Mingze.

"Niangniang, rambut anda sudah selesai." Xiangxi berjalan mundur ke tepi, memberikan Xiao Ming secara utuh menatap penampilan rambutnya yang telah diatur dan dihias dengan cantik. Rambut Xiao Ming setengah disanggul, ada kepangan manis yang melintang di sisi sebelah kiri rambutnya, kepangan itu dihiasi oleh bunga-bunga kecil berwarna putih dan kuning, menambah kesan manis di penampilannya. Sanggulannya pun ditusuk oleh tusuk rambut ukiran Phoenix emas yang sangat indah, benar-benar penampilan keluarga kerajaan yang elegan.

Xiao Ming berdiri, lalu berjalan keluar dari kamarnya. Para pelayan yang ia temui selalu menunduk dan membungkuk dalam, tidak ada yang berani menatap wajahnya. Sepertinya, Xiao Ming benar-benar dikenal sebagai tokoh jahat di sini.

"Apa kediaman Wangye dan aku memiliki jarak yang cukup jauh?" tanya Xiao Ming, matanya sedikit melirik ke arah Xiangxi sekilas.

Xiangxi menggeleng pelan. "Tidak begitu jauh, Niangniang. Meskipun hubungan Anda dan yang mulia buruk, namun beliau tetap memberikan hak seorang 'Wangfei' utuh kepada Anda."

Xiao Ming mengangguk paham, sepertinya ... kediaman Qin Mingze adalah atap tinggi yang dicat emas di tepi atapnya, hal itu terlihat jelas dari arah Xiao Ming berdiri.

"Bagaimana dengan kediaman Pangeran?" tanya Xiao Ming.

Xiangxi sedikit bingung, lalu bertanya,"Pangeran ...? Apakah yang Niangniang maksud adalah ... sang mata kesialan?"

Xiao Ming menaikkan alis kirinya sekilas, panggilan buruk apa itu? 'Sang mata kesialan'?

"Sang mata kesialan?" tanya Xiao Ming dengan mengulang kalimat akhir Xiangxi.

Xiangxi kembali menunduk dalam, lalu mulai menjelaskan. "Menjawab, Niangniang. Sang mata kesialan adalah panggilan untuk Pangeran Qin Yuxuan yang anda buat. Sebelumnya ... kami dilarang menyebut beliau dengan gelar Pangeran oleh anda ...."

Xiao Ming meremas kain hanfunya diam-diam? Hal itu sungguhan? Xiao Ming benar-benar membenci suami dan anak tirinya sampai ulu hati! Tetapi ... bukankah Qin Yuxuan tidak memiliki salah apa pun? Tidak seharusnya Xiao Ming membencinya sedalam itu ....

"Mulai saat ini, panggil Pangeran Yuxuan dengan status yang seharusnya. Mengerti?" ucap Xiao Ming, perlahan dia mulai memperbaiki hal-hal yang menurutnya berantakan atau salah di hidup Xiao Ming.

Dengan perasaan bingung dan tidak percaya, Xiangxi pun mengangguk patuh. "Baik, Niangniang ...."

Ketika Xiao Ming tengah sibuk mendengar cerita Xiangxi yang lainnya, tiba-tiba sebuah ular besar muncul dan bergerak ke arahnya. Xiao Ming yang melihat ini pun membelalakkan kedua matanya, berusaha menghindar. Xiangxi pun berhenti dari cerita panjangnya dan berusaha melindungi Xiao Ming sambil berteriak memanggil penjaga.

"Ular! Ada ular! Penjaga! Cepat kemari! Lindungi Wangfei Niangniang!"

Suasana menjadi ribut, sebelum akhirnya sang ular benar-benar menyentuh kaki Xiao Ming, seorang anak laki-laki yang entah muncul dari mana, melompat tinggi ke arah ular tersebut dan menangkapnya.

Crack!

Ular itu melilit dan menggigit pergelangan anak laki-laki tersebut. Xiao Ming tertegun, siapa anak ini? Mengapa dia dengan beraninya lompat dan menangkap ular itu untuknya?

Anak itu tidak lain dan bukan adalah Qin Yuxuan, putra tiri Xiao Ming. Saat ular itu terus melilit dan menggigit Qin Yuxuan, tidak ada satu pun pelayan yang berani beranjak untuk menolong Qin Yuxuan.

Xiao Ming tidak sempat menyadari situasi aneh ini, saat melihat pergelangan tangan Qin Yuxuan digigit oleh ular yang berusaha mengincarnya, wanita itu bergegas tanpa pikir panjang mendekati Yuxuan dan berseru lantang.

"DI MANA MATA KALIAN?! CEPAT BANTU ANAK INI!"

Xiao Ming masih belum menyadari bahwa anak itu adalah Qin Yuxuan, para pelayan yang melihat tindakan Xiao Ming merasa heran bukan main, namun mereka tetap bergerak cepat begitu Xiao Ming berteriak.

"Kamu baik-baik saja? Astaga ..." Xiao Ming menatap sedih ke arah lengan Qin Yuxuan yang berdarah, setelah ular itu disingkirkan dia dengan cepat memeluk Qin Yuxuan.

Anak laki-laki berumur sepuluh tahun itu mengerjapkan matanya berkali-kali, dia terkejut mendapati ibu tiri yang selama ini membencinya tengah memeluknya erat.

Xiao Ming melepaskan pelukannya untuk melihat wajah anak itu lagi, kemudian menoleh ke arah Xiangxi, memberi perintah untuk memanggil seorang tabib. Begitu ia kembali menatap sang anak, Xiao Ming melihat anak itu kini tengah menunduk dalam dengan badan yang sangat tegang. Ada apa? Xiao Ming tidak mengerti, apakah mungkin ular itu penyebabnya? Xiao Ming terus bertanya-tanya sampai akhirnya anak itu berlutut dan mengatakan sesuatu dengan gemetar.

"Ibu ... maafkan Yuxuan, Yuxuan telah melakukan kesalahan karena telah mengganggu pagi ibu menjadi buruk. Tolong ... tolong ampuni Yuxuan, jangan hukum Yuxuan ...."

Xiao Ming tertegun, hatinya iba melihat seorang anak kecil dengan lengan terluka tengah berlutut gemetar ke arahnya. Dia paham alasan anak ini ketakutan, penyebabnya bukanlah ular tadi, tetapi dirinya. Anak itu sangat takut dengan Xiao Ming, sepertinya Xiao Ming selalu menyiksanya selama ini.

Xiao Ming dengan lembut membantu Qin Yuxuan berdiri, lalu berkata,"Masuk ke dalam dulu, Yuxuan. Terima kasih sudah menolong ibu, ayo ... masuk." Xiao Ming mengelus lembut kepala Qin Yuxuan, membuat anak itu terlihat keheranan.

"Tetapi ..." Qin Yuxuan terlihat ragu, sampai akhirnya Xiao Ming berusaha meyakinkan anak itu bahwa ia tidak akan menyiksanya.

"Ibu tidak akan melakukan apa-apa padamu, masuklah ke dalam dan pakai mantel lebih tebal. Udara pagi ini sangat dingin dan kamu hanya mengenakan pakaian tipis, masuklah ke dalam dan tunggu tabib di kamar ibu. Tidak ada penolakan."

Qin Yuxuan yang tidak berani menolak pun akhirnya menurut, anak itu dengan canggung dan menahan takut berjalan beriringan dengan Xiao Ming menuju kamar wanita itu. Para pelayan dan penjaga yang melihat ini tentu saja sangat heran, sepertinya rumor bahwa Qin Wangfei lupa ingatan karena sebuah arak beracun dan mendadak menyayangi anak tirinya akan tersebar di seluruh Qin Wangfu (Istana kediaman Qin Wangye).

Bab 3. Lebih Mengerikan Dari Istana

"Bagaimana kondisinya? Apakah ular itu memiliki racun yang mematikan?" tanya Xiao Ming kepada sang tabib, raut wajahnya terlihat sangat cemas.

Tabib pribadi milik Qin Wangfu itu menggeleng pelan, wajahnya menunjukkan sedikit kecanggungan karena tidak bisa dengan pemandangan akur antara Qin Yuxuan dan Xiao Ming.

"Syukur, ular itu tidak memiliki racun yang berbahaya, Niangniang. Akan tetapi gigitannya yang kuat dan dalam bisa saja menyebabkan infeksi pada lengan Pangeran."

Xiao Ming semakin khawatir, astaga ... ini adalah pertemuan pertama mereka, namun Xiao Ming sudah membuat Qin Yuxuan terluka.

"Tabib, usahakan yang sekiranya dapat diusahakan. Katakan saja keperluan yang harus disiapkan," ujar Xiao Ming, matanya menatap prihatin ke arah Qin Yuxuan yang terlihat pucat, entah karena rasa sakit bekas gigitan ular atau takut dengan kehadiran Xiao Ming.

"Baik, Niangniang."

Begitu sang tabib pergi dan memberikan sebuah obat salep, Xiao Ming kembali duduk tepat di samping Qin Yuxuan yang masih menunduk. Tak lama Xiangxi datang dengan membawa mantel putih tebal milik Xiao Ming.

"Niangniang."

Xiao Ming mengambil mantel putih itu dari Xiangxi, lalu memakaikannya secara langsung ke Qin Yuxuan, membuat anak itu mendongak takut untuk melihat wajahnya.

"Ibu ..." gumam Qin Yuxuan, kedua matanya terlihat berkaca-kaca, jari-jari tangan anak itu tidak bisa diam, sangat jelas bahwa ia gelisah.

"Bagaimana bisa kamu memakai pakaian tipis di awal musim salju seperti ini, Yuxuan?" tanya Xiao Ming, berusaha menjalin kedekatan dengan anak tirinya.

"Itu ..." Qin Yuxuan menunduk lebih dalam, dia bingung hendak menjawab pertanyaan Xiao Ming dengan kalimat apa.

"Niangniang, seluruh pakaian musim dingin Pangeran telah anda bakar dua hari lalu." Xiangxi berusaha mengingatkan kejadian beberapa hari lalu yang dilakukan oleh majikannya.

Xiao Ming hampir terjungkal saat mendengar kabar itu, astaga ... 'Xiao Ming' sungguh ibu tiri yang kejam!

"Be--benarkah? Lalu mengapa tidak ada pihak kediaman Pangeran yang memesan pakaian musim dingin terbaru dari luar?!" tanya Xiao Ming, berusaha tenang dengan sikap sembarangan 'Xiao Ming' terhadap seorang anak kecil lucu di hadapannya ini.

Xiangxi menghela napas tipis, kepalanya menunduk lemas. "Niangniang, anda juga menutup akses seluruh butik Kekaisaran agar tidak membuat pakaian musim dingin terbaru untuk Pangeran."

Xiao Ming kembali syok, sampai seperti itu?

"Lalu bagaimana respon Wangye? Apa Wangye diam saja?" tanya Xiao Ming, saat ini mereka seolah sedang membicarakan orang lain.

"Wangye ... menyerahkan keputusan itu kepada Anda ...."

Xiao Ming memejamkan matanya singkat sambil menggeleng pelan, tuan rumah di sini benar-benar orang gila! Bagaimana bisa mereka menyiksa dan menelantarkan anak kecil? Terlebih, Qin Mingze adalah ayah kandung dari Qin Yuxuan, pria itu tega?! Tidak habis pikir!

Xiao Ming menghela napas panjang, lalu kembali menatap Qin Yuxuan yang masih menunduk takut. Dengan lembut itu menyentuh pipi Qin Yuxuan dan mengelusnya. Qin Yuxuan awalnya sedikit tersentak kaget, namun perlahan ia tenang dan menatap wajah Xiao Ming dengan wajah memerah menahan malu.

Xiao Ming yang melihat wajah manis Qin Yuxuan yang menahan malu pun tersenyum, saat memperhatikan wajah anak itu lebih detail, Xiao Ming tidak mengerti alasan 'Xiao Ming' memberikan julukan putra tirinya sebagai 'sang mata kesialan'. Yang dia lihat saat ini hanyalah mata tajam namun polos dan hangat, sangat indah.

"Yuxuan, ibu minta maaf karena telah memperlakukanmu dengan buruk kemarin. Tidak seharusnya ibu seperti itu, maafkan ibu. Ibu berjanji akan menjadi ibu yang baik untukmu, tolong jangan takut lagi, anakku." Xiao Ming menarik lembut Qin Yuxuan ke pelukannya, Yuxuan terpaku di pelukan pertama yang ia dapatkan dari ibunya.

Qin Yuxuan tahu bahwa Xiao Ming bukanlah ibu kandungnya, namun ... Qin Yuxuan tetap melihat Xiao Ming sebagai satu-satunya sosok ibu. Dia tidak pernah melihat sosok ibu kandungnya, sejak otaknya mulai berfungsi, dia hanya mengenal sosok Xiao Ming yang dapat ia panggil 'Ibu'. Dia bersyukur meskipun Xiao Ming membenci dan memperlakukan dirinya dengan sangat buruk, setidaknya ... Xiao Ming tidak membuat Qin Yuxuan seperti yang dilakukan oleh ibu kandungnya. Dan kini untuk pertama kalinya dia diperlakukan lembut oleh ibunya, tentu saja Qin Yuxuan terkejut sekaligus senang. Anak itu meneteskan air mata sambil terus terpaku di dalam dekapan hangat Xiao Ming.

Xiao Ming tanpa sadar ikut terbawa suasana, wanita itu menangis. Momen ini saat mengharukan, sifat keibuannya muncul meskipun ia belum menikah ataupun melahirkan anak. Instingnya sebagai ibu otomatis aktif begitu melihat Qin Yuxuan.

"Xiangxi, pesankan sepuluh pakaian hangat untuk Pangeran. Aku ingin paling lambat, pihak butik mengirimkannya pada siang hari. Lewat dari waktu yang ditentukan, aku akan menuntut butik mereka." Xiao Ming menatap Xiangxi serius, ini adalah kalimat tegas pertama yang berasal dari dalam hatinya sendiri, tidak ada campur tangan sandiwara seperti sebelumnya.

Xiangxi patuh menjalankan perintah Xiao Ming, Qin Yuxuan keluar dari kamar Xiao Ming bersama Xiangxi. Sesampainya di gerbang utama masuk dan keluar kediaman Xiao Ming, bentuk tatapan mata hangat dan polos Qin Yuxuan menghilang begitu Xiangxi berbalik dan meninggalkannya.

Qin Yuxuan menatap dingin pintu gerbang kediaman Xiao Ming, kemudian menyunggingkan senyum tipis dingin. Saat langkah anak itu sudah cukup jauh dari kediaman Xiao Ming, bocah laki-laki lain muncul secara tiba-tiba di sampingnya dan bertanya,"Yang mulia, apa rumor itu benar?"

Qin Yuxuan melirik bocah laki-laki tersebut, bocah itu adalah satu-satunya teman dekat Qin Yuxuan. Dia anak dari kepala pelayan senior di Qin Wangfu.

Qin Yuxuan mengangguk. "Benar, ibu sepertinya melupakan beberapa ingatan di kepalanya. Dan ... dia lebih menyayangiku."

Kedua mata bocah laki-laki itu berbinar. "Bukankah itu bagus, yang mulia? Anda dapat memanfaatkan--"

"Aku tidak ingin memanfaatkan ibu." Qin Yuxuan memotong cepat, anak itu sepertinya goyah akan sesuatu. Hal ini membuat Ji Fang mengerutkan keningnya tidak mengerti. Rencana yang mereka maksud adalah memanfaatkan Xiao Ming untuk mendapatkan uang lebih banyak agar dapat digunakan kabur dari kediaman 'terkutuk' ini. Sebab, selama ini mereka hanya mendapatkan uang dari mencuri diam-diam.

"Yang mulia, apa maksud anda? Bukankah--"

"Ibu terlihat tulus." Qin Yuxuan tiba-tiba berhenti dari langkahnya, lalu menatap Ji Fang dengan tatapan serius.

Ji Fang menelan ludah, sepertinya ... tuannya serius.

"Lalu, apa yang akan anda lakukan untuk ke depannya?" tanya Ji Fang.

Pandangan mata Qin Yuxuan langsung tertuju ke arah kediaman paling besar di Qin Wangfu, yaitu kediaman milik ayah kandungnya, Qin Mingze.

"Melindungi Ibu dari Ayah," ucap Qin Yuxuan, seolah dia tahu akan sesuatu. Ji Fang yang belum mengetahui apa yang telah Qin Yuxuan diam-diam ketahui selama ini hanya menggaruk kepalanya tidak mengerti. Anak itu bertanya-tanya di dalam kepalanya, sebenarnya ada apa di Wangfu ini? Mengapa seluruh pemiliknya menyimpan sesuatu yang mengerikan?

Benar. Dari pada Istana Kekaisaran, Qin Wangfu adalah tempat yang paling banyak memiliki rahasia. Tiga orang yang menjadi tokoh utama di Wangfu ini masing-masing menyimpan rahasia besar. Rahasia itu terlalu dalam dan disimpan sangat rapat, lalu dikemas dengan kilauan harta serta keindahan Qin Wangfu. Jantung perdamaian Kekaisaran berada di Qin Wangfu, tempat ini jutaan kali lebih mengerikan dari pada Istana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!