Keesokan harinya, Xiangxi dikejutkan oleh pemandangan lusuh majikannya. Rambut Xiao Ming yang berantakan dan kedua kantung mata wanita itu yang menggelap. Wajar saja, Xiao Ming tidak tidur semalaman karena khawatir akan ada penyelundup lain yang datang.
"Niangniang, ada apa dengan anda?" tanya Xiangxi penuh dengan kekhawatiran tulus sambil membantu Xiao Ming mencuci wajahnya menggunakan air hangat yang ia bawa.
"Semalam ... ada penyusup," ucap Xiao Ming setelah menyerahkan kembali kain lap wajahnya ke Xiangxi.
Xiangxi terbelalak, dengan cepat ia berusaha memperhatikan bagian tubuh Xiao Ming. "Sungguh? Astaga, Niangniang, apa anda baik-baik saja? Ada yang terluka? Niangniang ...."
Xiao Ming melirik Xiangxi, bibirnya tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, penyelundup itu tidak menyakitiku sama sekali. Aku juga tidak mengerti tujuan penyelundup itu kemari."
Saat Xiangxi hendak membalas lagi, Xiao Ming lebih dulu beranjak naik ke atas kasurnya dan berkata,"Aku ingin beristirahat, jika ada yang mencariku maka--"
"Niangniang, apa ... anda melupakan sesuatu?" tanya Xiangxi, wajahnya terlihat enggan untuk menyampaikan sesuatu.
Xiao Ming mengerutkan keningnya, melupakan apa? Kepalanya sakit dan kedua matanya terasa berat untuk tetap terjaga, seluruh badan Xiao Ming terasa sangat lelah, dia hanya ingin tidur seharian ini.
"Apa?"
Xiangxi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hari ini bukankah jadwal Anda untuk ... berlutut di kediaman Qin Wangye untuk pangeran ...?"
Xiao Ming Membelalakkan kedua matanya, astaga! Benar! Aishh ... Xiao Ming ingin berteriak dan menangis sekarang, namun ... tidak mungkin dia sungguhan menangis dan berteriak gila.
Alhasil, setengah jam kemudian Xiao Ming telah berada tepat di halaman depan kediaman Qin Mingze. Wanita itu duduk berlutut dengan raut wajah yang lemas, kepalanya masih terasa sakit dan matanya mengantuk.
"Niangniang, apa tidak sebaiknya kita mengajukan keringanan dengan Wangye? Alasan Anda pun jelas--"
"Tidak perlu, Xiangxi. Pria itu tidak akan mengasihani alasan apa pun dariku," sela Xiao Ming, dia masih berusaha terjaga.
Xiangxi hampir menangis karena khawatir, hati wanita itu sangat lembut dan penuh kehangatan. Dia menjadi satu-satunya orang yang tetap menyayangi dan setia kepada Xiao Ming meskipun sebelumnya sikap majikannya itu sangat sembarangan.
Cuaca di Ibu Kota saat ini sangat dingin, menunjukkan bahwa sebentar lagi salju benar-benar akan turun. Xiao Ming menggunakan mantel tebal, namun entah bagaimana suhu dingin itu tetap masuk dan terasa sangat jelas di tubuhnya.
Tak lama, suara lari yang sangat cepat terdengar, membuat Xiangxi menoleh dan spontan berkata,"Niangniang, Pangeran ada di sini."
Xiao Ming dengan cepat ikut menoleh, bibirnya tersenyum hangat ke arah anak itu. Sedangkan Qin Yuxuan untuk pertama kalinya tidak membalas senyuman ibunya, anak itu terlihat sangat sedih dan khawatir. Napasnya juga tersengal-sengal, dia benar-benar berlari sangat kencang barusan.
"Ibu, Anda tidak perlu melakukan hal ini. Yuxuan baik-baik saja dan--"
"Kembali ke kediamanmu, Yuxuan. Beristirahatlah, ini bukan masalah besar. Ibu melakukan ini untukmu," potong Xiao Ming, kemudian kembali menatap lurus ke depan.
"Tetapi--"
"Xiangxi, bawa pangeran ke kediamannya. Buat dia beristirahat, pastikan makan dan tidurnya teratur." Xiao Ming tidak memberikan kesempatan Qin Yuxuan untuk berbicara, dia lagi-lagi menghiraukan kalimat putranya dan memerintahkan Xiangxi untuk membawa Qin Yuxuan pergi.
Qin Yuxuan sempat memberontak saat dua penjaga menggenggam erat lengannya agar patuh, namun pada akhirnya dia menyerah setelah menyadari bahwa ibunya tidak akan berubah pikiran. Sebelum benar-benar pergi, mata tajam Qin Yuxuan sempat menatap ruangan kerja Ayahnya, dia tahu Qin Mingze ada di sana dan menyaksikan ini semua. Perasaan ingin membunuh diam-diam muncul di hatinya, anak itu ingin bertarung dengan Ayahnya karena telah 'menindas' Ibunya.
Setelah kepergian Qin Yuxuan dan Xiangxi yang diamanatkan untuk menjaga anak itu, Xiao Ming kini berlutut seorang diri. Hanya ada tiga orang penjaga yang betugas menjaga gerbang kediaman Qin Mingze, suasana pun mendadak hening seketika.
Sementara itu suasana di dalam ruang kerja Qin Mingze, pria itu tidak bergeming sedikitpun, dia masih fokus pada pekerjaan di mejanya. Sedangkan Tang Jiho, pria itu berkali-kali mengintip dari bilik pintu yang sedikit terbuka untuk memastikan kondisi Xiao Ming.
Tang Jiho merasa resah, dia khawatir dengan kondisi Xiao Ming sebagai bawahan. Meskipun sebelumnya dia tidak menaruh sedikitpun rasa hormat pada Xiao Ming, namun belakangan ini entah mengapa perlakuannya melembut. Perlahan, rasa hormatnya untuk Xiao Ming bertumbuh setiap kali dia melihat interaksi Xiao Ming dan Qin Yuxuan.
Tang Jiho mendekati Qin Mingze lagi, lalu berkata,"Wangye, jika Niangniang dibiarkan berlutut begitu lama di musim dingin seperti ini, maka kondisi tubuhnya tidak akan baik. Kemungkinan salju akan turun dalam beberapa jam lagi."
Qin Mingze menjawab tanpa memindahkan tatapannya, tetap fokus ke buku yang ia pegang. "Wanita itu sendiri yang bersedia, lagi pula jika kau memang khawatir, mengapa tidak melamarnya lebih dulu sebelum Kaisar mengeluarkan dekrit pernikahan--"
"Wangye, saya tidak pernah memandang Wangfei seperti itu." Berani tidak berani, Tang Jiho memotong kalimat Qin Mingze.
Qin Mingze mengerutkan keningnya, lalu kali ini menatap Tang Jiho. "Maka diam dan urus pekerjaanmu, Jiho."
"Wangye, Wangfei melakukan ini untuk Pangeran Yuxuan. Tidakkah hati Anda sedikit melembut?" Tang Jiho masih berusaha, membuat rasa jengkel Qin Mingze tumbuh. Qin Mingze tidak mengerti mengapa tiba-tiba Tang Jiho sangat peduli kepada Xiao Ming, apa pria itu mulai menganggap Xiao Ming sebagai 'Qin Wangfei' yang sesungguhnya? Qin Wangfei yang tidak hanya memegang gelar serta wewenang, namun juga peran sebagai istri Qin Mingze.
"Berhenti mengucapkan sesuatu yang menjengkelkan, Jiho. Cepat pergi dan urus pekerjaanmu, jangan membuat benwang mengulang perintah!" Qin Mingze mulai tak tahan dengan ocehan Tang Jiho, pembicaraannya yang ini telah terulang beberapa kali sejak awal Xiao Ming berlutut di depan ruang kerjanya.
Takut membuat Qin Mingze marah, Tang Jiho pun memilih diam. Dengan wajah lesu pria itu membungkuk dan kemudian berjalan ke arah jendela untuk melesat keluar menjalankan tugas yang Qin Mingze berikan.
Begitu Tang Jiho pergi, Qin Mingze pun menutup buku yang berisi laporan pekerjaan sambil memijit keningnya pelan.
"Apa orang-orang di Wangfu ini mulai gila?" gumam Qin Mingze, lalu melirik ke arah pintu ruang kerjanya yang jika dibuka akan langsung menampilkan Xiao Ming yang sedang berlutut di tengah musim dingin.
Qin Mingze tidak mengerti alasan para pelayan di Qin Wangfu mulai perhatian kepada Xiao Ming, apa mereka benar-benar percaya bahwa Xiao Ming berubah? Konyol sekali, Qin Mingze tidak akan mudah tertipu dengan sikap rubah istri merepotkannya itu.
Setelah cukup lama waktu berjalan, saat Qin Mingze menoleh ke luar jendela, pria itu menyadari bahwa salju putih mulai bermunculan menghujani daratan. Sepertinya apa yang dikatakan oleh Tang Jiho benar, salju akan turun dari beberapa jam lagi.
Tak lama dari lamunan singkatnya tentang Tang Jiho, kepala pelayan Qin Wangfu datang mengetuk untuk mengantarkan makan siang. Qin Mingze mempersilahkan mereka masuk, saat pintu dibuka matanya tidak sengaja menatap ke arah luar, dia melihat sosok Xiao Ming yang masih duduk berlutut tegap di tengah hujanan salju. Rambut merah dan putihnya salju yang turun terlihat sangat kontras, raut wajah wanita itu juga terlihat sangat lemas.
Saat kepala pelayan selesai menaruh makanan di meja Qin Mingze, ia pun memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu.
"Yang mulia, apa ... saya boleh memberikan makan siang untuk Wangfei di saat seperti ini?"
Qin Mingze menggeleng pelan. "Seharusnya tidak jika membaca ulang peraturan tertulis."
Kepala pelayan menunduk, wajahnya terlihat khawatir. "Tetapi ... Wangye, Wangfei terlihat sangat lemas. Beliau sangat pucat, saya--"
"Keluar."
Kepala pelayan itu kehabisan kata-kata dengan satu kata dari Qin Mingze, dia tidak berani melawan Qin Mingze. Dengan berat hati ia membungkuk dan berbalik untuk pergi.
Qin Mingze mulai memakan makan siangnya, diam-diam sesekali ia kembali melirik ke arah pintu untuk melihat Xiao Ming meskipun pintunya tertutup rapat.
Satu suap ....
Dua suap ....
Tiga suap ....
Tak!
"Sial."
Qin Mingze menaruh sumpitnya dengan kasar, lalu berdiri dan mengambil mantel tebalnya yang berwarna hitam. Pria itu dengan langkah besar berjalan menuju pintu keluar, raut wajahnya terlihat buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Hasan
hayo wangye🤭🤭🤭
2023-12-14
0