PEMBALASAN DENDAM RAISA
PLAKKK
PLAKKK
PLAKKK
BAGHHH
BUGHHH
BUGHHH
Tendangan dan pukulan serta tamparan terus dilayang kan seorang lelaki kepada seorang gadis yang saat ini sudah terkapar tak berdaya dilantai.
Dengan sisa tenaga yang ada, gadis yang tak mengetahui apa kesalahannya hingga mendapatkan siksaan seperti ini hanya bisa bersujud agar lelaki itu berbaik hati untuk melepaskannya.
“Tolong, lepaskan saya tuan. Saya sudah tak sanggup lagi”, ucap Raisa sambil berlinangan air mata untuk kesekian kalinya.
Bruakkk
Kepala Raisa yang bersujud dibawah kaki lelaki tersebut ditendang dengan sangat kuat hingga tubuhnya terpental dan menabrak dinding yang ada dibelakangnya dengan keras.
Sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya akibat pukulan yang diterimanya selama dua hari dalam penyekapan Raisa masih berusaha untuk bangkit dan merangkak menuju kaki dimana lelaki itu berdiri, kembali bersujud untuk memohon ampunan agar nyawanya bisa terselamatkan.
Duk Bruakkkk
Sekali, dua kali, tiga kali hingga kelima kalinya tubuh Raisa kembali ditendang dan dilempar dengan keras membuatnya tak lagi bisa berkutik hingga ucapan lelaki tersebut seketika membuat dunianya terasa hancur.
“Nona bilang, kalian bisa bersenang–senang dengannya sebelum nona mengambil nyawanya”, ucap lelaki tersebut menyeringai tajam.
Ada lebih dari sepuluh anak buah lelaki tersebut segera bergerak menuju dimana Raisa terkapar tak berdaya dan langsung melucuti pakaian yang dikenakannya dengan kasar.
Selanjutnya semua orang pun mulai menikmati tubuhnya dengan rakus.
Teriakan dan tangisan yang keluar dari mulut Raisa tak mereka hiraukan.
Para lelaki tersebut menodainya beramai-ramai seperti sekawanan binatang buas yang baru saja mendapatkan daging segar untuk dimakan.
Darah segar terus keluar dari pangkal paha Raisa membuat gadis itu merintih kesakitan hingga pada akhirnya jatuh pingsan karena tak kuasa menahan rasa sakit yang ada.
Bukannya menghentikan aksi bejat mereka, melihat Raisa pingsan mereka masih terus saja memasuki inti gadis itu secara bergantian dengan kasar sambil menggigit dan memukul tubuh serta wajah Raisa hingga lebam dan bengkak.
Raisa yang kesadarannya namun belum sepenuhnya pulih hanya bisa menangis pilu dalam hati.
Entah siapa yang telah dia singgung hingga tega memperlakukannya sekejam dan sehina ini.
Melihat jika nafas gadis yang dia gagahi tak lagi ada, dua orang terakhir yang masih bergerak diatas tubuh Raisa pun menyudahi aksinya.
Dukkkk
Dukkkk
Setelah dua tendangan yang dilayangkannya tak mendapatkan respon, keduanya segera mengecek nadi Raisa yang sangat lemah sehingga tak begitu terasa waktu ditekan.
“Bro, gadis ini sudah mati”, ucap salah satu lelaki yang terakhir menggagahi Raisa dengan wajah sedikit ketakutan.
"Sudah, biarkan saja. Ayo kita pergi", jawabnya acuh.
Keduanya pun segera keluar dan melaporkan kondisi Raisa yang mereka sudah anggap tak bernyawa kepada bosnya.
Meski kesal karena anak buahnya telah membunuh gadis yang mereka tawan setelah bersenang-senang selama empat jam didalam ruangan, diapun segera menghubungi wanita yang menyewa jasanya untuk memberi laporan terbaru mengenai tawanannya,
Setelah selesai menelpon bos preman tersebut pun segera menginstruksikan anak buahnya untuk membeli bensin dalam botol besar.
Tak lama kemudian api mulai menghanguskan banggunan rumah kecil yang dibuat untuk menyekap Raisa dan orang-orang yang telah membuatnya celaka tersebut menunggu diluar dengan wajah datar.
Mereka harus memastikan jika api benar-benar melalap habis rumah beserta isi didalamnya untuk menghilangkan barang bukti sehingga mereka tetap berada disana hingga api benar-benar telah meratakan banggunan kecil tersebut dengan tanah.
Uhuk uhuk uhukkk
Raisa bangun sambil terbatuk-batuk oleh asap tebal yang sudah mengelilingi tempatnya berbaring sekarang.
Kedua mata Raisa menyipit karena pedih dengan banyaknya asap yang masuk kedalam ruangan sambil membekap mulutnya dengan satu tangan.
Tak jauh dari tempatnya tergeletak, Raisa dapat melihat sebuah kalung dengan liontin berwarna biru terang yang seakan menarik dirinya untuk datang mengambilnya.
Degan tenaga yang tersisa, sambil merangkak Raisa berusaha bergerak untuk mengambil kalung dengan liontin biru tersebut.
“Akhirnya dapat juga”, guman Raisa lega.
Ketika kalung dan liontin biru tersebut sudah terdapat ditangannya, tiba-tiba atap kamarnya terjatuh dan tubuh Raisa pun terbakar api yang semakin besar dan menghanguskan tubuhnya.
Para penjahat yang telah menodainya dengan keji dan membunuhnya perlahan meninggalkan area kejadian setelah melihat jika banggunan dihadapan mereka telah rata dengan tanah.
“Tidak !!!”
“Aku tak terima mati seperti ini !!!”
“Aku harus mencari dan membalas semua perbuatan keji orang yang telah menculik serta membunuhku !!!”
“Jika diberi kesempatan hidup kembali maka aku tak akan membiarkan satupun diantara kalian yang bisa lolos dari pembalasanku !!!”, teriak jiwa Raisa penuh amarah sebelum jiwanya benar-benar menghilang.
.
.
.
Sinar mentari musim semi yang hangat perlahan menerobos masuk melalui celah-celah gorden dan langsung mendarat disprei putih yang sudah kusam warnanya.
Diatas ranjang tampak seorang gadis berusia empat belas tahun sedang terbaring disana dengan wajah pucat.
Rambutnya yang hitam panjang terlihat basah oleh keringat yang tampak jelas membasahi tubuhnya dan beberapa helai terlihat menempel diwajahnya yang seputih porselen itu.
Raisa terbangun dengan linglung sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sangat kencang hingga membuatnya meringis kesakitan.
Saraf kepalanya terasa berdenyut dengan kuat seakan hendak meledak membuatnya yang hendak bangun mengurungkan niatnya dan kembali berbaring diatas kasur yang keras.
Pakaiannya yang basah oleh keringat menempel ditubuhnya membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
Meski begitu dia masih setia berbaring sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit sambil merintih pelan.
Cukup lama Raisa memejamkan mata sambil menahan rasa sakit yang mendera hingga kilatan cahaya putih melintas dalam pikirannya.
Hal itu menstimulasi tubuhnya hingga memberi kekuatan yang bisa membuatnya bangkit dan terduduk tegak diranjangnya.
Kedua netra Raisa perlahan mulai mengamati keadaan sekitarnya. Sebuah pemandangan yang tak asing baginya yaitu kamarnya yang lama sebelum mereka pindah rumah akibat penggusuran.
Raisa melotot tak percaya dengan semua hal yang disaksikannya saat ini dengan ekpresi wajah binggung.
“Arghhh !!!"
"Sakit !!!”, ucapnya mengadu.
Melihat pergelangan tangannya merah akibat cubitan yang dia lakukan barusan membuat Raisa sadar jika apa yang terjadi sekarang bukanlah mimpi.
“Apakah aku hidup kembali ? ”
“Jika benar, apakah sekarang aku telah kembali kemasa lalu ? ”, batinnya penuh tanya.
Sambil berjalan sempoyongan Raisa melihat kaca rias kecil yang ada diatas meja belajarnya untuk memastikan semuanya.
Raisa mengusap wajahnya yang masih bersih mulus karena belum tumbuh jerawat seperti apa yang terjadi ketika dia sudah berusia tujuh belas tahun akibat make up kadaluarsa yang sengaja dipakaikan oleh teman - temanya karena merasa iri dan benci dengan kecantikannya.
Akibat jerawat yang hampir memenuhi wajahnya tersebut, wajah Raisa yang semula putih mulus menjadi rusak dan penuh dengan flek hitam akibat bekas jerawat yang bernanah dan tidak ditanganinya dengan benar.
Tanpa sadar, Raisa meremas kuat pinggir meja belajarnya dengan penuh amarah ketika mengingat kembali masa-masa remajanya yang sulit dan penuh dengan pembullyan.
Kini dia akan merubah semuanya, Raisa sekarang bukanlah gadis culun yang mudah ditindas hanya karena dia berasal dari keluarga miskin.
Merasa jika tubuhnya tak nyaman akibat bajunya yang basah oleh keringat, Raisa pun segera bangkit dan berjalan berlahan keluar dari dalam kamar menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai membersihkan diri, Raisa yang sudah segar setelah mandi kembali mengingat jika dia sempat mengambil kalung berliontin biru cerah.
Diapun bergegas mencarinya diatas ranjang siapa tahu kalung tersebut ikut dengannya melintasi waktu.
“Ah, ketemu”, ucap Raisa senang.
Pyarrrr
Cling
Kalung berliontin biru tersebut terbang dari genggaman tangan Raisa dan langsung masuk kedalam tubuhnya hingga membuat badannya terhempas kebelakang dengan keras dan langsung menubruk ujung ranjang.
“Achhh, punggungku !!!”, teriak Raisa kesakitan.
Sambil menahan rasa nyeri dipunggungnya akibat terkena benturan keras ujung ranjang, diapun bergegas naik dan membaringkan tubuhnya diatas kasurnya yang keras.
Sambil memejamkan mata untuk mengurangi rasa sakit yang ada Raisa merasa jika tubuhnya menghangat dan memiliki tenaga yang cukup besar, bahkan otaknya terasa semakin membesar.
Cukup lama proses yang dialami oleh Raisa hingga membuat gadis itu meringkuk kesakitan diatas ranjang sambil memegangi kepalanya yang terasa membengkak.
Setelah dua puluh menit, akhirnya proses yang menyakitkan itu selesai juga membuat Raisa mulai bisa bernafas dengan lega.
“Apa yang sebenarnya baru saja terjadi ?”, batinnya penasaran.
Tiba-tiba indera pendengaran Raisa mendengar suara orang berbincang-bincang cukup keras hingga diapun berusaha untuk menutup kedua telinganya.
“Siapa yang berteriak-teriak seperti itu membuat telingaku sakit saja”, gerutunya kesal.
Sambil sempoyongan, Raisa berjalan keluar dari rumah untuk melihat siapa yang membuat keributan diluar hingga gendang telingannya terasa mau pecah.
Raisa mengkerutkan keningnya cukup dalam waktu dia tak melihat ada siapapun diluar rumahnya tapi suara keras yang dia dengar masih juga belum hilang.
Dengan wajah penasaran, Raisa pun berjalan mengikuti arah suara yang dia dengar higga kedua matanya melotot sempurna melihat dua orang ibu-ibu bertengkar didepan gang rumahnya.
“Bukannya keberadaan mereka cukup jauh, kenapa aku bisa mendengar jelas suara mereka ?”, batin Raisa semakin penasaran.
Untuk memastikan apa yang didengarnya, Raisa menghentikan salah satu orang yang lewat didepan rumahnya dan menanyakan apa yang kedua ibu didepan gang tersebut pertengkaran.
Mendengar jawaban wanita yang ditanyainya, seketika Raisa melotot tak percaya karena apa yang wanita itu sampaikan sama persis dengan apa yang sedari tadi dia dengar.
“Tidak mungkin”
“Apa aku sekarang mempunyai pendengaran yang tajam akibat kalung liontin biru yang masuk ketubuhku itu”, batinnya terkejut.
Raisa yang penasaran segera memusatkan indera pendengarannya ke sisi yang lainnya dan benar saja jika dia bisa mendengar percakapan seseorang dari jarak yang cukup jauh ketika fokus kesana.
Bukan hanya pendengarannya yang tajam, Raisa juga merasa jika dia memiliki penglihatan yang tajam juga dimana dia bisa melihat dengan jelas obyek yang sangat jauh yang tak bisa dilihat oleh mata orang awan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Maria Hedwig Roning
thnks thor...
2024-02-16
0
Nyonya_Park
mampir thor...
awal yg mengenaskan bagi MC cewek sudah di siksa, di perkosa massal terus di bakar hidup2..
Tapi sayangnya mc cewek tidak tau siapa pelaku utama yang merencanakan penyiksaan dan pembunuhan untuknya
2024-01-26
5
YuWie
sadisss..disiksa diperkosa massal..wajar klo dendamnya menggebu2
2024-01-09
0