PLAKKK
PLAKKK
PLAKKK
BAGHHH
BUGHHH
BUGHHH
Tendangan dan pukulan serta tamparan terus dilayang kan seorang lelaki kepada seorang gadis yang saat ini sudah terkapar tak berdaya dilantai.
Dengan sisa tenaga yang ada, gadis yang tak mengetahui apa kesalahannya hingga mendapatkan siksaan seperti ini hanya bisa bersujud agar lelaki itu berbaik hati untuk melepaskannya.
“Tolong, lepaskan saya tuan. Saya sudah tak sanggup lagi”, ucap Raisa sambil berlinangan air mata untuk kesekian kalinya.
Bruakkk
Kepala Raisa yang bersujud dibawah kaki lelaki tersebut ditendang dengan sangat kuat hingga tubuhnya terpental dan menabrak dinding yang ada dibelakangnya dengan keras.
Sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya akibat pukulan yang diterimanya selama dua hari dalam penyekapan Raisa masih berusaha untuk bangkit dan merangkak menuju kaki dimana lelaki itu berdiri, kembali bersujud untuk memohon ampunan agar nyawanya bisa terselamatkan.
Duk Bruakkkk
Sekali, dua kali, tiga kali hingga kelima kalinya tubuh Raisa kembali ditendang dan dilempar dengan keras membuatnya tak lagi bisa berkutik hingga ucapan lelaki tersebut seketika membuat dunianya terasa hancur.
“Nona bilang, kalian bisa bersenang–senang dengannya sebelum nona mengambil nyawanya”, ucap lelaki tersebut menyeringai tajam.
Ada lebih dari sepuluh anak buah lelaki tersebut segera bergerak menuju dimana Raisa terkapar tak berdaya dan langsung melucuti pakaian yang dikenakannya dengan kasar.
Selanjutnya semua orang pun mulai menikmati tubuhnya dengan rakus.
Teriakan dan tangisan yang keluar dari mulut Raisa tak mereka hiraukan.
Para lelaki tersebut menodainya beramai-ramai seperti sekawanan binatang buas yang baru saja mendapatkan daging segar untuk dimakan.
Darah segar terus keluar dari pangkal paha Raisa membuat gadis itu merintih kesakitan hingga pada akhirnya jatuh pingsan karena tak kuasa menahan rasa sakit yang ada.
Bukannya menghentikan aksi bejat mereka, melihat Raisa pingsan mereka masih terus saja memasuki inti gadis itu secara bergantian dengan kasar sambil menggigit dan memukul tubuh serta wajah Raisa hingga lebam dan bengkak.
Raisa yang kesadarannya namun belum sepenuhnya pulih hanya bisa menangis pilu dalam hati.
Entah siapa yang telah dia singgung hingga tega memperlakukannya sekejam dan sehina ini.
Melihat jika nafas gadis yang dia gagahi tak lagi ada, dua orang terakhir yang masih bergerak diatas tubuh Raisa pun menyudahi aksinya.
Dukkkk
Dukkkk
Setelah dua tendangan yang dilayangkannya tak mendapatkan respon, keduanya segera mengecek nadi Raisa yang sangat lemah sehingga tak begitu terasa waktu ditekan.
“Bro, gadis ini sudah mati”, ucap salah satu lelaki yang terakhir menggagahi Raisa dengan wajah sedikit ketakutan.
"Sudah, biarkan saja. Ayo kita pergi", jawabnya acuh.
Keduanya pun segera keluar dan melaporkan kondisi Raisa yang mereka sudah anggap tak bernyawa kepada bosnya.
Meski kesal karena anak buahnya telah membunuh gadis yang mereka tawan setelah bersenang-senang selama empat jam didalam ruangan, diapun segera menghubungi wanita yang menyewa jasanya untuk memberi laporan terbaru mengenai tawanannya,
Setelah selesai menelpon bos preman tersebut pun segera menginstruksikan anak buahnya untuk membeli bensin dalam botol besar.
Tak lama kemudian api mulai menghanguskan banggunan rumah kecil yang dibuat untuk menyekap Raisa dan orang-orang yang telah membuatnya celaka tersebut menunggu diluar dengan wajah datar.
Mereka harus memastikan jika api benar-benar melalap habis rumah beserta isi didalamnya untuk menghilangkan barang bukti sehingga mereka tetap berada disana hingga api benar-benar telah meratakan banggunan kecil tersebut dengan tanah.
Uhuk uhuk uhukkk
Raisa bangun sambil terbatuk-batuk oleh asap tebal yang sudah mengelilingi tempatnya berbaring sekarang.
Kedua mata Raisa menyipit karena pedih dengan banyaknya asap yang masuk kedalam ruangan sambil membekap mulutnya dengan satu tangan.
Tak jauh dari tempatnya tergeletak, Raisa dapat melihat sebuah kalung dengan liontin berwarna biru terang yang seakan menarik dirinya untuk datang mengambilnya.
Degan tenaga yang tersisa, sambil merangkak Raisa berusaha bergerak untuk mengambil kalung dengan liontin biru tersebut.
“Akhirnya dapat juga”, guman Raisa lega.
Ketika kalung dan liontin biru tersebut sudah terdapat ditangannya, tiba-tiba atap kamarnya terjatuh dan tubuh Raisa pun terbakar api yang semakin besar dan menghanguskan tubuhnya.
Para penjahat yang telah menodainya dengan keji dan membunuhnya perlahan meninggalkan area kejadian setelah melihat jika banggunan dihadapan mereka telah rata dengan tanah.
“Tidak !!!”
“Aku tak terima mati seperti ini !!!”
“Aku harus mencari dan membalas semua perbuatan keji orang yang telah menculik serta membunuhku !!!”
“Jika diberi kesempatan hidup kembali maka aku tak akan membiarkan satupun diantara kalian yang bisa lolos dari pembalasanku !!!”, teriak jiwa Raisa penuh amarah sebelum jiwanya benar-benar menghilang.
.
.
.
Sinar mentari musim semi yang hangat perlahan menerobos masuk melalui celah-celah gorden dan langsung mendarat disprei putih yang sudah kusam warnanya.
Diatas ranjang tampak seorang gadis berusia empat belas tahun sedang terbaring disana dengan wajah pucat.
Rambutnya yang hitam panjang terlihat basah oleh keringat yang tampak jelas membasahi tubuhnya dan beberapa helai terlihat menempel diwajahnya yang seputih porselen itu.
Raisa terbangun dengan linglung sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sangat kencang hingga membuatnya meringis kesakitan.
Saraf kepalanya terasa berdenyut dengan kuat seakan hendak meledak membuatnya yang hendak bangun mengurungkan niatnya dan kembali berbaring diatas kasur yang keras.
Pakaiannya yang basah oleh keringat menempel ditubuhnya membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
Meski begitu dia masih setia berbaring sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit sambil merintih pelan.
Cukup lama Raisa memejamkan mata sambil menahan rasa sakit yang mendera hingga kilatan cahaya putih melintas dalam pikirannya.
Hal itu menstimulasi tubuhnya hingga memberi kekuatan yang bisa membuatnya bangkit dan terduduk tegak diranjangnya.
Kedua netra Raisa perlahan mulai mengamati keadaan sekitarnya. Sebuah pemandangan yang tak asing baginya yaitu kamarnya yang lama sebelum mereka pindah rumah akibat penggusuran.
Raisa melotot tak percaya dengan semua hal yang disaksikannya saat ini dengan ekpresi wajah binggung.
“Arghhh !!!"
"Sakit !!!”, ucapnya mengadu.
Melihat pergelangan tangannya merah akibat cubitan yang dia lakukan barusan membuat Raisa sadar jika apa yang terjadi sekarang bukanlah mimpi.
“Apakah aku hidup kembali ? ”
“Jika benar, apakah sekarang aku telah kembali kemasa lalu ? ”, batinnya penuh tanya.
Sambil berjalan sempoyongan Raisa melihat kaca rias kecil yang ada diatas meja belajarnya untuk memastikan semuanya.
Raisa mengusap wajahnya yang masih bersih mulus karena belum tumbuh jerawat seperti apa yang terjadi ketika dia sudah berusia tujuh belas tahun akibat make up kadaluarsa yang sengaja dipakaikan oleh teman - temanya karena merasa iri dan benci dengan kecantikannya.
Akibat jerawat yang hampir memenuhi wajahnya tersebut, wajah Raisa yang semula putih mulus menjadi rusak dan penuh dengan flek hitam akibat bekas jerawat yang bernanah dan tidak ditanganinya dengan benar.
Tanpa sadar, Raisa meremas kuat pinggir meja belajarnya dengan penuh amarah ketika mengingat kembali masa-masa remajanya yang sulit dan penuh dengan pembullyan.
Kini dia akan merubah semuanya, Raisa sekarang bukanlah gadis culun yang mudah ditindas hanya karena dia berasal dari keluarga miskin.
Merasa jika tubuhnya tak nyaman akibat bajunya yang basah oleh keringat, Raisa pun segera bangkit dan berjalan berlahan keluar dari dalam kamar menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai membersihkan diri, Raisa yang sudah segar setelah mandi kembali mengingat jika dia sempat mengambil kalung berliontin biru cerah.
Diapun bergegas mencarinya diatas ranjang siapa tahu kalung tersebut ikut dengannya melintasi waktu.
“Ah, ketemu”, ucap Raisa senang.
Pyarrrr
Cling
Kalung berliontin biru tersebut terbang dari genggaman tangan Raisa dan langsung masuk kedalam tubuhnya hingga membuat badannya terhempas kebelakang dengan keras dan langsung menubruk ujung ranjang.
“Achhh, punggungku !!!”, teriak Raisa kesakitan.
Sambil menahan rasa nyeri dipunggungnya akibat terkena benturan keras ujung ranjang, diapun bergegas naik dan membaringkan tubuhnya diatas kasurnya yang keras.
Sambil memejamkan mata untuk mengurangi rasa sakit yang ada Raisa merasa jika tubuhnya menghangat dan memiliki tenaga yang cukup besar, bahkan otaknya terasa semakin membesar.
Cukup lama proses yang dialami oleh Raisa hingga membuat gadis itu meringkuk kesakitan diatas ranjang sambil memegangi kepalanya yang terasa membengkak.
Setelah dua puluh menit, akhirnya proses yang menyakitkan itu selesai juga membuat Raisa mulai bisa bernafas dengan lega.
“Apa yang sebenarnya baru saja terjadi ?”, batinnya penasaran.
Tiba-tiba indera pendengaran Raisa mendengar suara orang berbincang-bincang cukup keras hingga diapun berusaha untuk menutup kedua telinganya.
“Siapa yang berteriak-teriak seperti itu membuat telingaku sakit saja”, gerutunya kesal.
Sambil sempoyongan, Raisa berjalan keluar dari rumah untuk melihat siapa yang membuat keributan diluar hingga gendang telingannya terasa mau pecah.
Raisa mengkerutkan keningnya cukup dalam waktu dia tak melihat ada siapapun diluar rumahnya tapi suara keras yang dia dengar masih juga belum hilang.
Dengan wajah penasaran, Raisa pun berjalan mengikuti arah suara yang dia dengar higga kedua matanya melotot sempurna melihat dua orang ibu-ibu bertengkar didepan gang rumahnya.
“Bukannya keberadaan mereka cukup jauh, kenapa aku bisa mendengar jelas suara mereka ?”, batin Raisa semakin penasaran.
Untuk memastikan apa yang didengarnya, Raisa menghentikan salah satu orang yang lewat didepan rumahnya dan menanyakan apa yang kedua ibu didepan gang tersebut pertengkaran.
Mendengar jawaban wanita yang ditanyainya, seketika Raisa melotot tak percaya karena apa yang wanita itu sampaikan sama persis dengan apa yang sedari tadi dia dengar.
“Tidak mungkin”
“Apa aku sekarang mempunyai pendengaran yang tajam akibat kalung liontin biru yang masuk ketubuhku itu”, batinnya terkejut.
Raisa yang penasaran segera memusatkan indera pendengarannya ke sisi yang lainnya dan benar saja jika dia bisa mendengar percakapan seseorang dari jarak yang cukup jauh ketika fokus kesana.
Bukan hanya pendengarannya yang tajam, Raisa juga merasa jika dia memiliki penglihatan yang tajam juga dimana dia bisa melihat dengan jelas obyek yang sangat jauh yang tak bisa dilihat oleh mata orang awan.
Setelah semalaman menyusun semua hal yang akan dia lakukan hari ini termasuk rencana untuk masuk sekolah secepatnya, sebelum matahari muncul Raisa sudah terbangun dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Seperti kehidupan sebelumnya, setelah selesai diapun segera mempersiapkan peralatan sekolahnya dan keluar rumah untuk sarapan diwarung milik ibunya yang ada dipinggir jalan tak jauh dari tempat dimana rumah mereka berada.
Begitu kakinya sudah dekat dapat Raisa lihat sudah banyak para pekerja dan ibu–ibu antri diwarung kecil ibunya untuk membeli sarapan pagi ini.
Nasi uduk dan nasi kuning serta aneka gorengan tersedia membuat ibu dan kakaknya sangat sibuk setiap pagi seperti sekarang.
Setelah meletakkan tas di atas nakas yang ada didapur kecil warung, Raisa membantu membuat minuman untuk para pembeli yang sedang menyantap sarapannya ditempat sementara sang kakak membantu sang ibu melayani membeli yang mulai berjubel didepan.
Inilah kehidupan yang dilalui Raisa setiap paginya dimasa lalu. Melihat senyum lebar sang ibu ketika melayani pembeli membuat hati Raisa menghangat.
“ Makanlah dulu, minuman ini biar kakak yang membuatnya”, ucap Raymond lembut.
Raisa pun segera menyerahkan beberapa gelas yang baru saja dicucinya kepada sang kakak untuk membuat kopi pesanan pembeli.
Begitu dia duduk, sahabatnya Lili datang sambil tersenyum lebar kepadanya. Mereka berdua pun segera sarapan karena matahari sudah mulai naik agar tak terlambat sampai kesekolah.
“Bagaimana keadaanmu hari ini ?”
“Jika masih kurang enak badan sebaiknya kamu istirahat dulu dirumah, jangan terlalu dipaksakan”, ucap Lili penuh perhatian.
Melihat kehadiran sahabatnya, hati Raisa merasa bahagia karena dia bisa bersama gadis yang selalu menemaninya dalam kondisi apapun dimasa lalu.
“Aku sudah tidak apa–apa”
“Sebentar lagi ujian tengah semester, aku tidak mau ketinggalan pelajaran terlalu banyak nantinya”, ucap Raisa sambil menatap wajah sahabatnya dengan penuh kerinduan.
Raisa cukup bahagia dimasa depan sahabatnya itu menikah dengan keluarga kaya yang sangat menyayanginya.
Karena Lili ikut bersama suaminya setelah menikah maka merekapun berpisah karena berada dikota yang berbeda.
Meski begitu komunikasi diantara keduanya terus terjalin sehingga Raisa tahu apa saja yang sahabatnya itu lalui dimasa depan.
“Mulai sekarang kamu harus benar-benar menghindari Caterine dan teman-temannya serta jangan membuat masalah dengan mereka”
“Kali ini kamu tidak mati setelah didorong kedalam kolam sudah merupakan keberuntungan, lain kali mungkin nasib baik tak berpihak kepadamu jadi hindari sebelum semuanya terlambat ”, Lili kembali berucap dengan nada penuh kecemasan.
“Tunggu, tenggelam !!!”
“Apakah aku dimasa lalu pernah didorong hingga tenggelam kedalam kolam oleh Caterine”
“Benarkah itu ?”
“Kenapa aku merasa jika hal itu tak pernah terjadi dikehidupanku sebelumnya ?”, batin Raisa terkejut.
Dulu waktu berada disekolah Caterine dan teman–temannya memang senang membully Raisa setiap ada kesempatan.
Meski sering mendapat tamparan, makian dan tendangan ditubuhnya tapi Caterine sama sekali tak pernah membuatnya kritis hingga hampir kehilangan nyawa.
“ Kenapa hal ini berbeda dengan masa laluku ”
“Apa kembalinya aku kemasa lalu merubah semuanya”, Raisa masih berkutat dengan pikirannya hingga tak sadar perbuatannya itu membuat Lili sedikit cemas.
“Raisa, Are u ok ?”, tanya Lili penuh kekhawatiran.
“Ok, ayo berangkat sekarang sebelum terlambat”, ucap Raisa yang langsung menyambar tas sekolah miliknya.
Setelah berpamitan kepada ibu dan kakaknya, Raisa dan Lili segera berjalan cepat menuju halte agar tak ketinggalan bus yang akan membawa mereka kesekolah.
Setelah menunggu selama lima menit akhirnya bus yang mereka nanti telah tiba. Keduanya pun segera naik kedalam bus yang telah penuh oleh para pelajar yang ingin berangkat kesekolah.
Tiga puluh menit berlalu, gerbang sekolah internasional SSI yang mereka tuju sudah terlihat didepan mata.
SSI merupakan satu sekolah internasional ternama di ibukota, jika bukan karena pintar dan mendapatkan beasiswa penuh mungkin Raisa dan Lili tak akan pernah bisa menampakkan kakinya disana mengingat mahalnya biaya pendidikan di sekolah tersebut.
Keduanya berdesakan turun dari bus bersama dengan para siswa yang lainnya. Saat ini sudah waktunya bagi mereka untuk segera masuk karena bel lima menit lagi akan berbunyi.
Melihat semua orang yang menjadi masa lalunya membuat tubuh Raisa sedikit menegang dan gugup.
Namun hal itu bisa dia kendalikan dengan baik sehingga Raisa pun bisa bersikap alami seperti biasanya.
“Lihat, apa itu benar Raisa ?”
“Bukankah dia sudah mati tenggelam tiga hari lalu ?”
“Itu bukan hantunya kan ?”
“Berhenti bicara omong kosong. Dia hanya kritis dan dilarikan kerumah sakit tiga hari lalu”
“Benarkah, lalu bagaimana bisa dia sembuh secepat ini jika kondisinya kritis”
Semua kasak kusuk yang mengiringi langkah kaki Raisa memasuki ruang kelas dapat gadis itu dengar dengan jelas.
Setelah liontin berwarna biru menyatu kedalam jiwanya, bukan hanya penglihatan dan penciuman Raisa saja yang mengalami peningkatan drastis namun juga indera pendengarannya yang bisa menangkap suara sekecil apapun dalam radius cukup jauh.
Meski begitu Raisa pura-pura tak mendengar dan tetap berjalan santai seperti biasa tak terganggu dengan semuanya.
Begitu sampai didepan kelas, Raisa berhenti sejenak. Dia menatap papan petunjuk ruang kelas untuk sesaat sebelum berbelok untuk masuk.
Para murid yang semula riuh dikelas tiba–tiba terhenti ketika pintu kelas dibuka dan sosok Raisa terlihat disana.
Tak lama kemudian ekpresi mengejek dan merendahkan kembali dia dapatkan membuat hatinya berdenyut nyeri.
Sejak dulu dia selalu dikucilkan oleh teman-temannya karena status sosialnya mengingat jika sebagian besar murid disini adalah anak orang kaya dan anak pejabat sehingga murid beasiswa merupakan kaum minoritas di SSI.
Raisa tidak bisa untuk menahan senyum pahit didalam hatinya.
Dia sudah sangat akrab dengan pemandangan seperti ini selama bersekolah yang selalu menganggapnya sebagai hama yang harus dimusnahkan.
Mungkin jika dulu dia akan langsung berjalan sambil menunduk menghindari tatapan tajam semua orang, tapi tidak sekarang.
Dia adalah murid sekolah ini yang tentunya mendapatkan hak yang sama dengan para siswa yang lainnya meski dia masuk melalui jalur beasiswa.
Tak ada lagi gurat ketakutan, yang ada saat ini adalah rasa berani dan penuh percaya diri keluar dari dalam tubuhnya hingga membuat semua siswa menyingkir secara tidak sadar dan memberi jalan untuknya.
Raisa pun berjalan menuju bangkunya dengan tenang. Kali ini tak ada keributan pagi yang biasanya teman–teman ciptakan untuknya yang ada hanyalah ketenangan.
“ Ini baru permulaan"
"Kali ini aku tak akan membiarkan satu orang pun berani menindasku lagi”
"Disini, aku akan memperjuangkan semua hak yang seharusnya aku dapatkan tanpa takut dengan yang lainnya selama aku berada dijalur yang benar ", batin Raisa penuh tekad.
Meski miskin, karena otaknya yang cerdas banyak guru yang menyayanginya dan tak segan untuk membantunya.
Hanya saja dimasa lalu, akibat cinta monyet yang baru dirasakannya Raisa sedikit terlena sehingga dia nilainya mulai mengalami penurunan.
Bahkan nasehat dari para guru yang perhatian dengannya dia abaikan hanya karena dia tak ingin kehilangan waktu untuk bisa dekat dengan lelaki pujaan hatinya tersebut.
Suatu tindakan yang bodoh dan mempengaruhi masa depannya yang akan Raisa ubah dalam kehidupannya kali ini.
Banyak hal bodoh dan sia-sia yang pernah dikerjakannya dimasa lalu sudah menjadi list yang harus dia hilangkan sepenuhnya dan fokus pada studinya agar dia bisa kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Tidak seperti sebelumnya, Raisa harus berjuang keras untuk mendapatkan beasiswa karena banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk mengejar cinta yang tak terbalaskan.
Bel masuk belum berbunyi dan semua siswa masih terasa canggung dengan perubahan sikap yang Raisa berikan hari ini.
Bukan hanya sikapnya yang berubah lebih berani tapi juga aura yang keluar dari tubuhnya membuat semua orang segan tanpa sadar merasa takut dan tertekan sehingga memilih untuk menjauh.
Diantar ketenangan yang ada, Raisa yang tubuhnya telah menyatu dengan kalung liontin biru dapat merasakan jika dibelakang ada sosok yang menatapnya dengan tajam hingga punggungnya seperti terbakar saat ini.
Begitu dia berbalik, ada sepasang mata yang menghina dan mengejek kepadanya.
Meskipun setelah lulus sekolah menengah pertama Raisa tak pernah bertemu lagi dengan gadis itu, tapi sekilas menatapnya dia sudah tahu jika gadis itu adalah Caterine.
Caterine bertubuh tinggi semampai dan memiliki body seorang model dengan wajah kecil dengan mata bulat besar.
Bagi yang tak mengenal baik Caterine mereka menganggapnya sebagai gadis cantik yang lemah lembut.
Padahal aslinya gadis itu berjiwa iblis dan sangat kejam. Selain suka memprovokasi orang lain, Caterine juga merupakan salah satu orang yang terus membully nya selama dia duduk dibangku sekolah menengah pertama ini.
Tak ingin kembali terprovokasi, Raisa segera memalingkan wajahnya dengan tenang dan membuka buku pelajaran yang ada dihadapannya tanpa ekspresi.
Tubuh Caterine membeku sesaat melihat bagaimana Raisa mengacuhkannya seperti itu. Bukan hanya tak takut kepadanya, gadis itu juga mengabaikannya.
Jika dimasa lalu, mungkin Raisa akan membenamkan kepalanya dengan ketakutan sambil terisak ketika Caterine memberinya tatapan tajam dan mengejek seperti itu.
Perubahan sikap Raisa tentu saja membuat Caterine merasa jengkel sehingga diapun segera berdiri dan berjalan menuju tempat duduk Raisa.
“Raisa, jangan sombong kamu hanya karena Bagas memberi surat cinta kepadamu”
“Asal kamu tahu, Bagas memberi surat cinta kepadamu itu semua karena taruhan”
“Jadi jangan berharap terlalu tinggi jika gadis kutu buku dan culun sepertimu akan bisa bersanding dengan Bagas”
“Apalagi kamu memiliki keberanian untuk menyatakan cinta kepada Bagas, sungguh lelucon yang sangat menggelikan”, ucap Caterine dengan senyum mengejek dan nada provokatif.
Raisa merapikan buku yang ada diatas mejanya. Mendengar semua ucapan Caterine, dia yang awalnya masih bingung kenapa dalam kehidupan kali ini Caterine mendorongnya kedalam kolam menjadi jelas.
Bagas, lelaki tampan itu memang pernah menjadi cinta monyetnya dimasa lampau.
Meski begitu, dia tak pernah menunjukkan jika dia memiliki ketertarikan kepada lelaki itu, apalagi memberitahu Bagas akan perasaannya.
Jika merujuk pada masa sekarang, siapa gadis yang tak menyukai Bagas.
Selain tampan, lelaki itu juga pandai bermain basket, pintar dan juga ramah.
Jika dimasa lalu Raisa sempat jatuh cinta kepadanya, tapi setelah mengulang kehidupannya lagi dia seakan ingin tertawa mendengar semua tuduhan yang Caterine berikan hari ini.
Bahkan gadis itu tak segan–segan untuk membunuhnya hanya karena Bagas memberikan surat cinta kepadanya, meski dia tahu jika semua itu dilakukan oleh Bagas karena taruhan.
Raisa perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Caterine datar tanpa ekpresi sedikitpun dan berkata dengan keras agar semua ucapannya bisa didengar semua orang yang ada disana.
“Apakah Bagas memberiku surat cinta atau tidak, apa hubungannya denganmu ?”, ucap Raisa dingin.
Tanpa memberi kesempatan Caterine untuk menjawab, Raisa tertawa mengejek dan meneruskan ucapannya “Oh, jangan katakan jika kamu sebenarnya menyukai Bagas tapi lelaki itu tak menghiraukanmu sehingga kamu melampiaskan amarahmu dengan mendorongku kedalam kolam karena cemburu”
Semua orang melotot tak percaya Raisa akan mengatakan semua itu dengan tenang dihadapan Caterine.
Semua orang tahu jika Raisa jatuh kedalam kolam tetapi tak ada yang tahu bahwa Caterine lah yang telah mendorongnya.
Sekarang, Raisa mengatakan dengan santai jika Caterine lah yang hari itu dengan sengaja mendorongnya karena cemburu.
“ Raisa, berhenti memfitnahku !!!”
“Aku sama sekali tak ada hubungannya dengan peristiwa kamu jatuh kekolam hari itu !!!”, teriak Caterine lantang.
Semua siswa yang ada didalam kelas dan beberapa orang yang lewat dan tak sengaja mendengar pertengkaran tersebut pun mulai berubah ekpresi dan langsung berbisik–bisik.
“Apakah benar Caterine yang mendorong Raisa kedalam kolam ?”
“Kamu tidak tahu, aku sudah mendengarnya dari seseorang dua hari lalu”
“Aku juga sempat mendengar rumor itu, tapi kupikir itu palsu tapi ternyata benar adanya”
“Caterine sangat keterlaluan, bukankah kolam itu sangat dalam. Bagaimana jika hari itu Raisa benar–benar meninggal”
“Aku tak tahu jika dia bisa sekejam itu pada Raisa hanya karena cemburu”
Bisik–bisik terus bergulir dalam kelas dan diluar kelas selama perdebatan keduanya berlangsung.
Meski Raisa berasal dari keluarga miskin dan merupakan kaum minoritas disekolah ini karena dia bisa masuk melalui beasiswa, tapi mendengar perlakuan Caterine kepadanya, rasa simpati muncul dihati mereka.
Caterine belum pernah dibicarakan seperti ini sebelumnya. Biasanya tak ada yang berani menggosipkan atau membuat rumor tentangnya disekolah.
Tapi hari ini, Raisa menegurnya dimuka umum sehingga membuat harga dirinya sangat terluka dan amarah mulai menyelimuti hatinya.
“Raisa !!!”, teriak Caterine murka.
Tepat ketika Caterine hendak menjambak rambut panjang Raisa untuk memberinya pelajaran karena telah mempermalukan dirinya, sebuah suara menginterupsi dari arah pintu.
Ketika Caterine mendengar suara yang sangat familiar di telinganya tiba–tiba tangannya berhenti diudara sehingga membuat mata semua orang langsung menatap kearah pintu kelas.
Diluar pintu kelas berdiri seorang lelaki tampan berkulit putih sedang menatap tajam kearah depan.
Lelaki itu masuk dengan menyisakan lapisan keringat diujung hidungnya, tangan kirinya memegang bola basket yang menandakan jika lelaki itu bergegas kesini pada saat sedang bermain basket di lapangan.
Ya, lelaki itu adalah Bagas yang langsung berlari cepat kesini setelah mendapat kabar jika Caterine bertengkar dengan Raisa.
“Raisa, bisakah kamu keluar sebentar. Ada sesuatu yang ingin aku katakana kepadamu”, ucap Bagas lugas.
Melihat bagaimana tatapan Bagas kepada Raisa, tak ayal bisik–bisik ringan pun kembali terjadi dan membuat hati Caterine semakin dongkol.
Masih dengan wajah datar, Raisa mengikuti Bagas keluar kelas tentu saja hal itu memicu rasa penasaran semua orang.
“Hey, apa kau lihat”
“Bagas memanggil Raisa dan mengajaknya berbicara empat mata”
“Kira–kira apa yang mereka bicarakan ?”
“Apakah Bagas benar–benar menyukai Raisa ?”
“Itu tidak mungkin kan ?”
“Apakah itu benar ?”
“Aku sungguh terkejut”
“Kenapa tidak, bukankah Raisa sangat cantik”
“Itu benar, bahkan dia juga pintar sangat cocok dengan Bagas yang juga pintar”
Diam–diam Caterine mengepalkan kedua tangannya mendengar semua bisikan tersebut dengan penuh amarah.
"Brengsek kau Raisa !!!"
"Lihat saja, aku akan segera membuat perhitungan denganmu !!!", batin Caterine penuh amarah.
Selama ini Caterine terlalu dimanja dan selalu mendapatkan keinginannya dengan mudah dalam hal apapun.
Dan sekarang, apa yang dia inginkan tak sejalan ditambah lagi dia berhasil dikalahkan oleh gadis yang menurutnya berada jauh dibawah levelnya.
Tentu saja Caterine yang memiliki harga diri tinggi merasa sangat terluka sehingga diapun bertekad untuk membuat Raisa membayar semuanya.
Karena Bagas telah mensterilkan lorong yang dia gunakan untuk berbicara dengan Raisa maka tak ada seorang pun yang bisa untuk mendekatinya ataupun mencuri dengar percakapan keduanya.
"Katakan dengan jelas apa maumu karena aku tak memiliki waktu banyak sekarang", ucap Raisa dengan nada dingin.
Bagas sedikit terkejut karena tak menyangka jika rumor yang dia dengar pagi ini benar adanya yang mengatakan jika Raisa telah berubah.
Bukan hanya tak ada tatapan memuja dari kedua mata gadis itu seperti sebelumnya, tapi aura dingin yang terpancar dari tubuhnya membuat hati Bagas bertanya-tanya apa air kolam yang dingin telah membekukan hati gadis itu yang semula untuknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!