Disebuah gedung berlantai delapan terlihat seorang lelaki paruh baya menatap kearah luar, melihat hiruk pikuk ibukota dari jendela kaca kantornya dengan tajam.
“Aku tak mungkin salah. Wanita itu pasti Alresta”, gumannya tajam.
Sambil memasukkan tangan kirinya kedalam saku celana, tangan kananya mengelus dagunya dengan tatapan tajam seperti elang yang sedang memburu mangsanya.
“Aku harus menyelidiki lebih dalam mengenai mereka. Keberanian gadis itu dan sorot matanya, jika benar itu mereka maka akan sangat membahayakan posisiku”, gumannya lagi sambil berusaha mengingat detail semua kejadian sore kemarin.
Saat ini Wu Xiang sedang menggali semua informasi mengenai keluarga Raisa karena dia merasa jika ibu gadis itu adalah istri kakak tirinya yang dibuang mamanya dimasa lalu.
Kakak ipar dari kakak tiri yang sengaja dilenyapkan oleh mamanya demi bisa membuatnya menjadi pemimpin keluarga Wu seperti sekarang.
Dia sama sekali tak menyangka jika ternyata aksi mamanya untuk melenyapkan kakak tirinya tiga puluh tahun yang lalu ternyata gagal setelah dia tanpa sengaja bertemu dengannya di ibukota ketika sedang meninjau proyek.
Untungnya Wu Xiang tak bertatap muka secara langsung dengan kakak tirinya itu sehingga lelaki itu tak mengenali dirinya.
Karena takut posisinya terancam jika kakak tirinya itu kembali kerumah utama maka Wu Xiang beserta sang mama pun kembali membuat rencana jahat untuk melenyapkannya bersama dengan keluarga kecilnya.
Tapi sekarang, disaat dia dan mamanya sudah tenang karena telah memastikan jika pewaris sah keluarga Wu telah mati kini dia kembali bertemu dengan wanita yang mirip sekali dengan istri kakak tirinya tersebut.
Jika mereka sampai kembali, tentunya hal itu bisa mengoyakan posisinya sebagai pemimpin keluara Wu saat ini.
Apalagi jika kakeknya tahu jika kematian sang kakak dan menghilangnya keberadaan lelaki itu selama puluhan tahun adalah ulah mamanya, bukan tidak mungkin mereka akan ditendang dari keluarga Wu tanpa mendapatkan apa–apa.
“Tidak. Semua hal yang sudah aku dapatkan dengan susah payah ini tak akan aku biarkan hilang begitu saja”, batin Wu Xiang bergejolak.
Untuk memastikan langkahnya, Wu Xiang lebih dulu mencari tahu mengenai keluarga Raisa yang dia duga merupakan keluarga dari kakak tirinya tersebut.
Tringgg
Satu pesan yang masuk kedalam ponselnya membuatnya tertegun sejenak.
Kelegaan dan kekhawatiran bercampur menjadi satu.
Dari laporan anak buahnya disebutkan jika Reliana Weinler adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Suaminya meninggal karena kecelakaan ketika dia hamil Raisa anak keduanya.
Tak ada foto ataupun keterangan lain selain nama suami Reliana, Adrian Putra.
Wu Xiang sedikit tercengang karena dari informasi yang didapatkan anak buahnya, Reliana jelas bukan Alresta karena istri kakak tirinya itu yatim piatu dan besar dipanti asuhan.
Sementara ibunya Raisa merupakan anak kedua Weinler yang artinya dia memiliki keluarga meski hubungan mereka tidak harmonis.
“Tapi kenapa wajah wanita itu sama dengan Alresta”, guman Wu Xiang sambil mengkerutkan keningnya cukup dalam.
“Tidak mungkin kan jika Alresta memiliki saudara kembar”, gumannya lagi bermonolog.
Melihat latar belakang Reliana dengan Alresta yang jauh berbeda membuat hati Wu Xiang sedikit lega.
“Mungkin aku saja yang terlalu banyak pikiran sehingga memikirkan hal yang tidak–tidak”, gumannya menghela nafas berat.
Wu Xiang pun segera balik ke meja kerjanya dan kembali menyibukkan diri dengan berkas yang menumpuk tinggi diatas mejanya, berusaha untuk menekan kegelisahan hatinya.
“Tetap awasi mereka secara diam–diam dan laporkan padaku begitu ada hal yang mencurigakan”, perintah Wu Xiang tegas.
Setelah mengirim pesan ke anak buahnya, Wu Xiang pun melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda beberapa waktu tadi.
Sementara itu disebuah bank swasta terlihat sepasang ibu dan anak sedang mengantri untuk mencairkan cek dan memasukkannya kedalam buku tabungan mereka.
Karena adanya Reliana yang menyebutkan jika mereka mendapatkan uang tersebut hasil jual tanah, maka pihak bank pun tak lagi menanyai mereka.
Dalam kesempatan tersebut Raisa juga mencairkan cek miliknya dan memasukkannya kedalam buku tabungannya.
Karena datang bersama sang ibu maka pihak bank mengira jika kedua cek tersebut merupakan hasil transaksi ibunya karena nama orang yang menandatanganinya merupakan orang yang sama.
Setelah mengkonfirmasi dengan pemilik cek maka pegawai bank pun segera mencairkannya dan memasukkan uang tersebut kedalam buku tabungan Reliana dan Raisa.
Reliana berjalan sedikit linglung sambil buku tabungannya yang kini sudah mencapai angka sembilan digit.
Suatu hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya jika dia akan menerima uang sebesar itu dalam hidupnya.
Sebagai single mom dengan dua orang anak tentunya tak mudah bagi Reliana yang hanya tamatan SMU untuk bisa membesarkan mereka seorang diri tanpa ada bantuan financial dan dukungan dari siapapun.
Selama ini pendapatannya hanya lewat di dalam rekeningnya karena akan langsung habis untuk biaya kehidupan sehari–hari dan keperluan pendidikan anak–anaknya.
Meski Raymond kini sudah berkerja, namun Reliana juga tak bisa menabung banyak karena dia menggunakannya untuk menambah modal diwarung makan miliknya yang sekarang sudah lebih besar daripada sebelumnya.
Setelah dari bank, Reliana kembali kewarungnya yang selama dia pergi dijaga oleh Raymond sementara Raisa pulang kerumah untuk belajar karena sebentar lagi ujian akhir semester akan segera dilangsungkan.
Dalam perjalan pulang, Raisa mengamati jika ada seseorang yang terus mengawasi pergerakannya sejak kemarin.
Meski dia tak tahu siapa, namun Raisa tak bisa menurunkan kewaspadaannya apalagi jika hal ini menyangkut nyawanya.
“Hanya ada dua orang yang sudah aku singgung selama aku kembali hidup, Akbar dan keluarga Wu”, batin Raisa curiga.
Melihat jika orang tersebut hanya mengawasinya dari kejauhan Raisa pun berusaha untuk tak perduli agar mata–mata yang dikirim tak menyadari jika pergerakannya telah terbaca.
Sementara itu dirumah sakit tampak Akbar masih tergolek lemas diatas ranjang didalam ruangan VVIP rumah sakit swasta terbesar di ibukota.
Akibat cengkeraman dan tendangan yang dilakukan Raisa, tulang kaki dan telapak tangan kanannya remuk sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk memulihkannya kembali.
“Apa kamu yakin jika dia hanya gadis biasa yang baru pertama kali ikut balapan liar ?”, tanya Akbar tak percaya.
“Meski aku dan Fandi tak percaya, tapi kenyataan yang ada memang seperti itu adanya”, ucap Akmal sambil menghembuskan nafas dengan berat.
“Jika menurut data yang ada, gadis itu mulai berubah setelah dia mengalami koma selama dua hari akibat tercebur kedalam kolam. Apakah selama dia tercebur otaknya bermasalah sehingga membangkitkan sisi lain dalam dirinya", ucap Fandi curiga.
“Bipolar”, ucap Akmal berspekulasi.
“Bisa jadi. Karena sangat tidak mungkin kepribadian seseorang bisa berubah secepat itu jika dia tak memiliki kepribadian ganda”, ucap Fandi tajam.
Akbar dan Akmal hanya bisa mengangguk–angguk setuju akan spekulasi yang diberikan oleh Fandi tersebut karena berdasarkan data yang mereka terima memang Raisa sebelum koma sangat pengecut dan cupu.
Namun setelah bangun dia seperti singa ganas yang mengintai mangsanya dengan cermat sebelum memangsanya.
Dan hal itu sudah Akbar alami dalam balapan liar yang membuatnya kalah dan malu hingga pada akhirnya membawanya tinggal dirumah sakit karena tak bisa mengontrol emosinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Naraa 🌻
ternyata dia bukan darah asli keturunan keluarga WU udh jahat dr emaknya yg nurun sampe ke cucu nya, ga heran
2024-02-10
0
Ibuk'e Denia
semangat terus thor
2023-12-12
0
Yusrina Ina
D tunggu lagi upnya author 🥰
semangat terus 💪💪💪
2023-12-12
0