Di Istikharah Cinta

Di Istikharah Cinta

Hari pertama kuliah

Cuaca pagi ini sangat cerah, secerah hati Nahda yang sangat bahagia karena ayahnya pulang dan menghadiri acara wisudanya. Di tambah dia di terima di universitas paling populer yaitu Universitas Brahmawijaya yang terletak di kota Cendana yang tak jauh dari tempat tinggalnya yang lama, maka dari itu ia tinggal di sana agar lebih dekat untuk pergi ke kampusnya dan tentunya Hanif dan istri serta anaknya ikut tinggal bersama Nahda, karena Hanif tidak tega membiarkan Nahda tinggal sendiri di sana. Ia akan kuliah bersama-sama dengan ke empat sahabatnya yaitu Lina, Rida, Elin dan Viona, namun mereka mengambil jurusan yang berbeda. Dan kini Lina dan Rida sudah berhijab seperti Nahda, karena sering kali mereka menghadiri pengajian sedangkan Elin dan Viona belum.

Nahda mengambil jurusan ekonomika bisnis, Lina mengambil jurusan Matematika, Rida mengambil jurusan Fakultas kedokteran, Elin mengambil jurusan fakultas seni rupa dan desain dan Viona mengambil jurusan hukum.

"Akhirnya kita bisa bersama lagi." Kata Nahda.

"Iya jadi tambah rame sekarang." Kata Elin.

"Iya meski beda jurusan tapi masih bisa bersama." Kata Rida.

"Kita keliling bareng-bareng yuk!" Ajak Viona.

Mereka berkeliling universitas bersama-sama namun, sedang asik berkeliling mereka di hampiri oleh tiga orang yang tidak asing bagi mereka.

"Hei, coba lihat siapa ini." Kata Monica.

"Eh kalian sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarnya?" Tanya Nahda.

"Gak usah sok akrab deh, nanya-nanya kabar kita." Kata Racel.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Vero.

"Kuliahlah, mau apa memangnya." Jawab Nahda.

"Lo mau kuliah di sini? Gue kasih tahu ya, tempat ini gak cocok buat lo." Kata Monica.

"Oh ya, tapi buktinya aku di terima di sini." Kata Nahda.

"Heh, Mon. Kenapa masih julit aja sih lo jadi orang?" Tanya Viona.

"Kenapa, masalah buat lo?" Jawab Monica dan kembali bertanya.

"Iyalah. Karena lo terus aja julitin sahabat gue." Jawab Viona.

"Udahlah, kita pergi aja dari sini. Gak usah di ladeni." Kata Nahda.

"Heleh, pengecut." Kata Racel mengejek.

"Udahlah, Vi. Jangan terpancing emosi, ayo kita pergi saja!" Kata Elin sambil menarik tangan Viona yang mulai marah.

Nahda dan teman-teman segera pergi meninggalkan mereka bertiga karean tidak ingin berdebat lebih panjang di hari pertama kuliahnya.

.....

Iqbal dan Stevan sedang berjalan bersama sambil mengobrol menuju kelas mereka, dari arah yang berlawanan Nahda berjalan sendiri namun masih jauh. Keadaan di sana cukup ramai jadi Iqbal tidak melihat ke hadiran Nahda. Saat sudah dekat tiba-tiba tali sepatu Nahda lepas, ia pun berjongkok dan segera membetulkannya. Di saat itu juga Iqbal melewatinya, ia sempat menoleh ke arah Nahda namun, karena terhalang seseorang yang lewat juga jadi, Iqbal tidak tahu kalau itu adalah Nahda.

Setelah selesai membetulkan tali sepatunya, Nahda bangkit dan menoleh ke belakang. Karena ia mendengar suara seseorang yang familiar namun, tidak ia temukan orang yang ia cari.

"Tidak ada. Mungkin hanya perasaanku saja. Lagi pula mana mungkin dia disini, pasti kuliah di luar negeri." Kata Nahda kembali melanjutkan perjalanannya.

.....

Rida sedang berjalan dengan Riyan sambil asik mengobrol, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri mereka.

"Riyan!" Panggil orang tersebut.

"Ada apa, Kak?" Tanya Riyan.

"Hai cantik, boleh kenalan gak?" Bukan menjawab pertanyaan Riyan, orang yang di panggil Riyan kak itu malah mengajak berkenalan dengan Rida.

"Di tanya juga, malah nanya orang lain." Protes Riyan.

"Terserah gue lah." Kata orang tersebut.

"Siapa nama kamu? Aku Aris kakaknya Riyan." Kata Aris memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangnnya namun, di tepis oleh Riyan.

"Bukan mahrom, gak boleh salaman." Kata Riyan.

"Aku Rida, Kak." Kata Rida sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Kamu nih pelit banget sih, punya temen cantik gak di kenalin ke kakak." Kata Aris.

"Terserah guelah." Kata Riyan.

"Em kamu ngambil jurusan apa, Rida?" Tanya Aris.

"Fakultas kedokteran, Kak." Jawab Rida.

"Wah sama, kita bareng aja yuk." Ajak Aris.

"Boleh." Kata Rida.

"Tunggu dulu, gak bisa gitulah! Meski satu jurusan tapikan beda kelas." Kata Riyan.

"Kenapa memangnya? Kamu mau ikut, kitakan beda jurusan." Kata Aris.

"Ayo Rida!" Ajak Aris.

"Iya, Kak." Kata Rida.

"Riyan, aku duluan ya." Kata Rida kepada Riyan, lalu pergi bersama Aris.

"Awas aja nanti kalau naksir Rida juga." Batin Riyan kesal.

Sebelum mereka sampai di kelas masing-masing, ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Rida, kamu kuliah di sini juga ternyata." Kata Rizal.

"Iya, Kak." Jawab Rida datar.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Rizal.

"Baik." Jawab Rida singkat.

"Siapa, Da?" Tanya Aris.

"Bukan siapa-siapa. Ayo, Kak kita harus ke kelas sekarang!" Ajak Rida pergi lebih dulu.

"Iya, tunggu!" Kata Aris sambil mengejar Rida.

"Apa dia masih membenciku? Dia berubah tidak seperti dulu. Aku merindukan dirimu yang dulu Rida, kenapa kamu berubah? Tapi itu memeng salahku, apa kamu tidak mau memaafkanku?" Batin Rizal sambil menatap kepergian Rida.

"Dulu dekat dengan teman sekelasnya, sekarang dengan siapa? Kenapa aku merasa cemburu? Apa aku menyukainya sekarang?" Lanjut Rizal di dalam hati sambil melanjutkan perjalanannya.

.....

Nahda sudah berada di kelas ia melihat orang yang tidak asing baginya, karena penasaran ia pun pergi menghampirinya.

"Zidan!" Panggil Nahda.

"Iya, eh ternyata kamu." Kata Zidan melihat siapa yang memanggilnya.

"Iya, kamu kuliah disini rupanya." Kata Nahda.

"Iya, bagaimana kabarmu?" Tanya Zidan.

"Alhamdulillah baik." Jawab Nahda.

"Bagaimana dengan Lina?" Tanya Zidan.

"Dia juga baik dan dia kuliah di sini juga." Jawab Nahda.

"Oh iya, dia ngambil jurusan apa?" Tanya Zidan.

"Matematika." Jawab Nahda.

"Oh, begitu."

"Iya, ya sudah aku akan ke tempat dudukku."

"Iya."

"Kalau jodoh emang gak kemana." Batin Zidan sambil tersenyum.

"Wah ternyata dia sudah 90% berubah." Batin Nahda.

....

Kini Lina dan Nahda sedang ada di perpustakaan mencari buku yang mereka butuhkan. Cukup lama mereka di perpustakaan untuk mencari buku namun belum nenemukan juga, mereka berdua berpencar karena memang perpustakaan di universitas ini sangat besar.

"Assalamualaikum." Ucap seorang pria menghampiri Lina.

"Waalaikumsalam." Balas Lina sambil menoleh ke arah orang tersebut untuk melihat siapa yang mengucapkan salam kepadanya.

"Lina, apa kabar?" Tanya Zidan.

"Zidan, alhamdulillah aku baik. Bagaimana denganmu?" Jawab Lina terkejut tidak menyangka bisa bertemu lagi dan kembali bertanya.

"Alhamdulillah aku baik juga." Jawab Zidan.

"Kamu ngambil jurusan apa di sini?" Tanya Zidan.

"Matematika." Jawab Lina.

"Hm, apa kamu ingin menjadi guru?" Tanya Zidan.

"Iya, aku ingin sekali menjadi guru matematika." Jawab Lina.

"Semoga cita-citamu tercapai, Lin." Kata Zidan.

"Amiin."

"Oh ya, apa kamu sudah menemukan buku yang kamu cari?" Tanya Zidan.

"Belum." Jawab Lina.

"Mau aku bantu." Tawar Zidan.

"Tidak perlu Zidan, aku akan mencarinya sendiri." Tolak Lina.

"Tidak apa-apa, Lin. Aku bantu ya." Kata Zidan memaksa.

"Ya sudah." Kata Lina pasrah.

"Buku apa yang kamu cari?" Tanya Zidan.

"Matematika dasar." Jawab Lina.

"Oke." Kata Zidan mulai mencari buku yang Lina cari.

"Itu dia bukunya." Kata Lina menunjuk buku yang ia cari.

"Biar aku ambilkan." Kata Zidan mengambilkan buku yang Lina tunjuk.

"Ini bukunya." Kata Zidan menyerahkan buku kepada Lina.

"Terima kasih, Zidan." Ucap Lina menerima buku tersebut.

"Sama-sama."

"Mau ke kantin gak?" Tanya Zidan.

"Iya." Jawab Lina.

"Ya udah bareng aja yuk!" Ajak Zidan.

"Kamu duluan aja, soalnya aku bareng Nahda tadi." Kata Lina.

"Ya sudah, kalau begitu aku duluan ya." Kata Zidan.

"Iya."

"Sampai jumpa lagi." Kata Zidan sambil tersenyum.

Lina senang bukan main, rasanya ingin melompat-lompat jika tidak ada orang di sana. Bagaimana tidak orang yang selama ini dia rindukan hadir seakan membawa harapan padanya.

.....

Nahda sendiri juga masih berkeliling mencari buku yang ia butuhkan namun tak kunjung ia temukan.

"Aku selalu saja kesulitan mencari buku di perpustakaan, menyebalkan." Gerutu Nahda dalam hati karena sudah merasa kelelahan berkeliling mencari buku.

"Sepertinya itu bukunya." Kata Nahda melihat buku yang ia cari, ia pun segera mengambilnya. Di saat waktu yang bersamaan Nahda ingin mengambil buku, ada tangan seseorang yang memegang buku tersebut.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!