NovelToon NovelToon

Di Istikharah Cinta

Hari pertama kuliah

Cuaca pagi ini sangat cerah, secerah hati Nahda yang sangat bahagia karena ayahnya pulang dan menghadiri acara wisudanya. Di tambah dia di terima di universitas paling populer yaitu Universitas Brahmawijaya yang terletak di kota Cendana yang tak jauh dari tempat tinggalnya yang lama, maka dari itu ia tinggal di sana agar lebih dekat untuk pergi ke kampusnya dan tentunya Hanif dan istri serta anaknya ikut tinggal bersama Nahda, karena Hanif tidak tega membiarkan Nahda tinggal sendiri di sana. Ia akan kuliah bersama-sama dengan ke empat sahabatnya yaitu Lina, Rida, Elin dan Viona, namun mereka mengambil jurusan yang berbeda. Dan kini Lina dan Rida sudah berhijab seperti Nahda, karena sering kali mereka menghadiri pengajian sedangkan Elin dan Viona belum.

Nahda mengambil jurusan ekonomika bisnis, Lina mengambil jurusan Matematika, Rida mengambil jurusan Fakultas kedokteran, Elin mengambil jurusan fakultas seni rupa dan desain dan Viona mengambil jurusan hukum.

"Akhirnya kita bisa bersama lagi." Kata Nahda.

"Iya jadi tambah rame sekarang." Kata Elin.

"Iya meski beda jurusan tapi masih bisa bersama." Kata Rida.

"Kita keliling bareng-bareng yuk!" Ajak Viona.

Mereka berkeliling universitas bersama-sama namun, sedang asik berkeliling mereka di hampiri oleh tiga orang yang tidak asing bagi mereka.

"Hei, coba lihat siapa ini." Kata Monica.

"Eh kalian sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarnya?" Tanya Nahda.

"Gak usah sok akrab deh, nanya-nanya kabar kita." Kata Racel.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Vero.

"Kuliahlah, mau apa memangnya." Jawab Nahda.

"Lo mau kuliah di sini? Gue kasih tahu ya, tempat ini gak cocok buat lo." Kata Monica.

"Oh ya, tapi buktinya aku di terima di sini." Kata Nahda.

"Heh, Mon. Kenapa masih julit aja sih lo jadi orang?" Tanya Viona.

"Kenapa, masalah buat lo?" Jawab Monica dan kembali bertanya.

"Iyalah. Karena lo terus aja julitin sahabat gue." Jawab Viona.

"Udahlah, kita pergi aja dari sini. Gak usah di ladeni." Kata Nahda.

"Heleh, pengecut." Kata Racel mengejek.

"Udahlah, Vi. Jangan terpancing emosi, ayo kita pergi saja!" Kata Elin sambil menarik tangan Viona yang mulai marah.

Nahda dan teman-teman segera pergi meninggalkan mereka bertiga karean tidak ingin berdebat lebih panjang di hari pertama kuliahnya.

.....

Iqbal dan Stevan sedang berjalan bersama sambil mengobrol menuju kelas mereka, dari arah yang berlawanan Nahda berjalan sendiri namun masih jauh. Keadaan di sana cukup ramai jadi Iqbal tidak melihat ke hadiran Nahda. Saat sudah dekat tiba-tiba tali sepatu Nahda lepas, ia pun berjongkok dan segera membetulkannya. Di saat itu juga Iqbal melewatinya, ia sempat menoleh ke arah Nahda namun, karena terhalang seseorang yang lewat juga jadi, Iqbal tidak tahu kalau itu adalah Nahda.

Setelah selesai membetulkan tali sepatunya, Nahda bangkit dan menoleh ke belakang. Karena ia mendengar suara seseorang yang familiar namun, tidak ia temukan orang yang ia cari.

"Tidak ada. Mungkin hanya perasaanku saja. Lagi pula mana mungkin dia disini, pasti kuliah di luar negeri." Kata Nahda kembali melanjutkan perjalanannya.

.....

Rida sedang berjalan dengan Riyan sambil asik mengobrol, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiri mereka.

"Riyan!" Panggil orang tersebut.

"Ada apa, Kak?" Tanya Riyan.

"Hai cantik, boleh kenalan gak?" Bukan menjawab pertanyaan Riyan, orang yang di panggil Riyan kak itu malah mengajak berkenalan dengan Rida.

"Di tanya juga, malah nanya orang lain." Protes Riyan.

"Terserah gue lah." Kata orang tersebut.

"Siapa nama kamu? Aku Aris kakaknya Riyan." Kata Aris memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangnnya namun, di tepis oleh Riyan.

"Bukan mahrom, gak boleh salaman." Kata Riyan.

"Aku Rida, Kak." Kata Rida sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Kamu nih pelit banget sih, punya temen cantik gak di kenalin ke kakak." Kata Aris.

"Terserah guelah." Kata Riyan.

"Em kamu ngambil jurusan apa, Rida?" Tanya Aris.

"Fakultas kedokteran, Kak." Jawab Rida.

"Wah sama, kita bareng aja yuk." Ajak Aris.

"Boleh." Kata Rida.

"Tunggu dulu, gak bisa gitulah! Meski satu jurusan tapikan beda kelas." Kata Riyan.

"Kenapa memangnya? Kamu mau ikut, kitakan beda jurusan." Kata Aris.

"Ayo Rida!" Ajak Aris.

"Iya, Kak." Kata Rida.

"Riyan, aku duluan ya." Kata Rida kepada Riyan, lalu pergi bersama Aris.

"Awas aja nanti kalau naksir Rida juga." Batin Riyan kesal.

Sebelum mereka sampai di kelas masing-masing, ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Rida, kamu kuliah di sini juga ternyata." Kata Rizal.

"Iya, Kak." Jawab Rida datar.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Rizal.

"Baik." Jawab Rida singkat.

"Siapa, Da?" Tanya Aris.

"Bukan siapa-siapa. Ayo, Kak kita harus ke kelas sekarang!" Ajak Rida pergi lebih dulu.

"Iya, tunggu!" Kata Aris sambil mengejar Rida.

"Apa dia masih membenciku? Dia berubah tidak seperti dulu. Aku merindukan dirimu yang dulu Rida, kenapa kamu berubah? Tapi itu memeng salahku, apa kamu tidak mau memaafkanku?" Batin Rizal sambil menatap kepergian Rida.

"Dulu dekat dengan teman sekelasnya, sekarang dengan siapa? Kenapa aku merasa cemburu? Apa aku menyukainya sekarang?" Lanjut Rizal di dalam hati sambil melanjutkan perjalanannya.

.....

Nahda sudah berada di kelas ia melihat orang yang tidak asing baginya, karena penasaran ia pun pergi menghampirinya.

"Zidan!" Panggil Nahda.

"Iya, eh ternyata kamu." Kata Zidan melihat siapa yang memanggilnya.

"Iya, kamu kuliah disini rupanya." Kata Nahda.

"Iya, bagaimana kabarmu?" Tanya Zidan.

"Alhamdulillah baik." Jawab Nahda.

"Bagaimana dengan Lina?" Tanya Zidan.

"Dia juga baik dan dia kuliah di sini juga." Jawab Nahda.

"Oh iya, dia ngambil jurusan apa?" Tanya Zidan.

"Matematika." Jawab Nahda.

"Oh, begitu."

"Iya, ya sudah aku akan ke tempat dudukku."

"Iya."

"Kalau jodoh emang gak kemana." Batin Zidan sambil tersenyum.

"Wah ternyata dia sudah 90% berubah." Batin Nahda.

....

Kini Lina dan Nahda sedang ada di perpustakaan mencari buku yang mereka butuhkan. Cukup lama mereka di perpustakaan untuk mencari buku namun belum nenemukan juga, mereka berdua berpencar karena memang perpustakaan di universitas ini sangat besar.

"Assalamualaikum." Ucap seorang pria menghampiri Lina.

"Waalaikumsalam." Balas Lina sambil menoleh ke arah orang tersebut untuk melihat siapa yang mengucapkan salam kepadanya.

"Lina, apa kabar?" Tanya Zidan.

"Zidan, alhamdulillah aku baik. Bagaimana denganmu?" Jawab Lina terkejut tidak menyangka bisa bertemu lagi dan kembali bertanya.

"Alhamdulillah aku baik juga." Jawab Zidan.

"Kamu ngambil jurusan apa di sini?" Tanya Zidan.

"Matematika." Jawab Lina.

"Hm, apa kamu ingin menjadi guru?" Tanya Zidan.

"Iya, aku ingin sekali menjadi guru matematika." Jawab Lina.

"Semoga cita-citamu tercapai, Lin." Kata Zidan.

"Amiin."

"Oh ya, apa kamu sudah menemukan buku yang kamu cari?" Tanya Zidan.

"Belum." Jawab Lina.

"Mau aku bantu." Tawar Zidan.

"Tidak perlu Zidan, aku akan mencarinya sendiri." Tolak Lina.

"Tidak apa-apa, Lin. Aku bantu ya." Kata Zidan memaksa.

"Ya sudah." Kata Lina pasrah.

"Buku apa yang kamu cari?" Tanya Zidan.

"Matematika dasar." Jawab Lina.

"Oke." Kata Zidan mulai mencari buku yang Lina cari.

"Itu dia bukunya." Kata Lina menunjuk buku yang ia cari.

"Biar aku ambilkan." Kata Zidan mengambilkan buku yang Lina tunjuk.

"Ini bukunya." Kata Zidan menyerahkan buku kepada Lina.

"Terima kasih, Zidan." Ucap Lina menerima buku tersebut.

"Sama-sama."

"Mau ke kantin gak?" Tanya Zidan.

"Iya." Jawab Lina.

"Ya udah bareng aja yuk!" Ajak Zidan.

"Kamu duluan aja, soalnya aku bareng Nahda tadi." Kata Lina.

"Ya sudah, kalau begitu aku duluan ya." Kata Zidan.

"Iya."

"Sampai jumpa lagi." Kata Zidan sambil tersenyum.

Lina senang bukan main, rasanya ingin melompat-lompat jika tidak ada orang di sana. Bagaimana tidak orang yang selama ini dia rindukan hadir seakan membawa harapan padanya.

.....

Nahda sendiri juga masih berkeliling mencari buku yang ia butuhkan namun tak kunjung ia temukan.

"Aku selalu saja kesulitan mencari buku di perpustakaan, menyebalkan." Gerutu Nahda dalam hati karena sudah merasa kelelahan berkeliling mencari buku.

"Sepertinya itu bukunya." Kata Nahda melihat buku yang ia cari, ia pun segera mengambilnya. Di saat waktu yang bersamaan Nahda ingin mengambil buku, ada tangan seseorang yang memegang buku tersebut.

Bersambung.....

Bertemu lagi

Di saat waktu yang bersamaan Nahda ingin mengambil buku, ada tangan seseorang yang memegang buku tersebut. Nahda pun terkejut langsung saja melepaskan buku itu.

"Maaf, Kak." Ucap Nahda sambil menunduk malu.

"Tidak apa-apa jika kamu membutuhkannya. Ini ambil saja." Kata orang tersebut.

"Tidak apa-apa, Kak. Kakak saja yang ambil." Kata Nahda mendongakkan kepalanya.

"Eh ternyata adik kecil." Kata orang itu setelah melihat wajah Nahda.

Orang itu tidak lain adalah Yusuf yang sering memanngil Nahda dengan sebutan adik kecil.

"Kak Yusuf." Kata Nahda melihat siapa orang tersebut.

"Kita bertemu lagi dan di perpustakaan lagi. Wah, sepertinya kita memang berjodoh." Kata Yusuf mengingat dulu di SMA pertama kalinya bertemu dengan Nahda di perpustakaan juga dan dia teringat kata-kata Nahda saat ia menyatakan perasaannya dulu.

Nahda hanya tersenyum kemudian menunduk menanggapi perkataan Yusuf.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Yusuf.

"Alhamdulillah baik, Kak. Bagaimana dengan, Kakak." Jawab Nahda kemudian bertanya kembali.

"Alhamdulillah, baik juga." Jawab Yusuf.

"Hari ini hari pertama kamu kuliah ya?" Tanya Yusuf.

"Iya, Kak." Jawab Nahda.

"Mengambil jurusan apa?" Tanya Yusuf.

"Ekonomika dan bisnis, Kak." Jawab Nahda.

"Kamu ingin jadi pembisnis?" Tanya Yusuf lagi.

"Iya, Kak."

"Sama kalau begitu. Oh iya ini bukunya buat kamu aja." Kata Yusuf menyodorkan buku yang ia ambil tadi.

"Tidak, Kak. Ambil aja." Tolak Nahda.

"Aku tidak terlalu membutuhkannya, untukmu saja." Kata Yusuf

"Ya sudah kalau kakak memaksa. Terima kasih." Kata Nahda pasrah dan mengambil buku tersebut.

"Sama-sama."

"Emmm, kamu sendirian aja kesini?" Tanya Yusuf.

"Tidak, aku bersama Lina tadi." Jawab Nahda.

"Nahda!" Panggil Lina sambil berjalan menghampirinya.

"Apa kamu sudah selesai?" Tanya Lina.

"Iya ini sudah selesai." Jawab Nahda sambil menunjukkan sebuah buku.

"Ya sudah, ayo kita kita ke kantin, aku sudah lapar." Kata Lina.

"Iya."

"Em, Kak. Kami pergi dulu ya, assalamualaikum." Kata Nahda berpamitan.

"Iya, waalaikumsalam."

"Dia semakin manis saja." Kata Yusuf sambil memandangi kepergian Nahda.

.....

Rida dan Aris berjalan bersama ingin pergi ke kantin dengan jarak yang dekat, tiba-tiba Riyan datang dan menyela dan membelah jarak di antara mereka.

"Apaan sih, Yan. Jangan menyela dong." Protes Aris.

"Terserah guelah." Kata Riyan.

Aris merasa kesal dengan tingkah adiknya itu, ia pun berpindah ke samping kanan Rida, agar tetap bisa dekat dengan Rida. Sedangkan Rida sendiri berada di tengah-tengah di antara mereka.

"Hihihi, kalian ini lucu sekali." Kata Rida terkekeh melihat tingkah kakak adik itu.

.....

Nahda dan Lina berjalan bersama sambil asik mengobrol tanpa sadar mereka melewati Iqbal yang sedang mengobrol dengan stevan menghadap ke arah lain, sehingga ia tidak tahu jika Nahda melintas di belakangnya. Namun ia masih bisa mendengar suaranya, karena itu ia langsung menoleh ke belakang dan mencari-cari suara yang ia rindukan.

"Kenapa aku merasa Nahda ada disini." Batin Iqbal sambil celingak-celinguk mencari seseorang namun tidak ia temukan.

"Mencari siapa, Bal?" Tanya Stevan.

"Tidak, tidak ada. Ke kantin yuk aku lapar!" Jawab Iqbal.

"Iya, aku juga merasa lapar." Kata Stevan.

....

Di kantin

Nahda dan Lina masing mengantri untuk mengambil makanan, ya karena kantin di universitas itu menyediakan menu prasmanan. Tanpa sengaja ada seseorang yang menyela antrian di belakang Nahda dan Ia terdorong ke depan menabrak seorang pria yang juga mengantri di depannya.

"Astaghfirulloh maaf, Kak. Aku tidak sengaja, ada orang yang mendorongku dari belakang." Ucap Nahda.

"Iya tidak apa-apa." Ucap pria itu sambil tersenyum ramah kepada Nahda.

"Hm aku tidak tahu jika di kampus kakekku ada gadis semanis dia, mungkin baru masuk kuliah." Batin pria tadi.

Setelah selesai mengantri Nahda dan Lina mencari tempat duduk yang kosong, kemudian tak jauh dari sana Viona melambaikan tangan memberi kode agar bergabung bersama dengannya. Nahda dan Lina pun segera menghampiri Viona.

"Sendiri aja, Vi?" Tanya Nahda duduk du hadapan Viona.

"Iya nih, gak tahu Elin kemana." Jawab Viona.

"Rida juga gak kelihatan, ada di mana ya." Kata Lina sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Rida.

"Mencari Rida ya, itu ada di sana." Kata Viona menunjuk ke arah Rida berada, sedang bersama Riyan dan Aris.

"Wah Rida dapat gebetan baru tuh." Kata Nahda.

"Hm kamu tahu, mereka itu saudara kakak dan adik. Lihat saja mereka berebut mencari perhatian dari Rida." Kata Viona.

"Wah cerita yang menarik." Kata Nahda sambil terkekeh.

"Hai, apa aku boleh bergabung dengan kalian?" Tanya seorang pria dengan membawa nampan berisi makanan.

"Iya tentu saja boleh, Kak." Jawab Viona.

"Kalian baru masuk kuliah hari ini ya?" Tanya pria tadi duduk di samping Viona.

"Iya, Kak." Jawab Viona.

"Kenalin aku Jevan." Kata pria tadi memperkenalkan diri.

"Hah, Jevan Angga Brahmawijaya? Cucu pemilik universitas ini?" Tanya Viona tak percaya.

"Iya."

"Wah gak nyangka bisa berkenalan dengan, Kakak." Kata Viona begitu bahagia.

"Oh iya namaku Viona dan ini teman-teman ku Lina dan Nahda." Lanjut Viona memperkenalkan diri dan ke dua temannya.

"Iya, senang berkenalan dengan kalian." Kata Jevan.

"Iya, Kak. Sama-sama." Ucap Nahda.

"Kamu manis sekali." Kata Jevan memuji Nahda.

"Terima kasih." Ucap Nahda sambil menunduk.

.....

Iqbal dan Stevan juga sudah memesan makanan dan sedang mencari tempat duduk, dan tak sengaja Iqbal melihat Nahda di sana. Namun karena belum yakin ia pun berhenti dan memperhatikannya dengan serius yang membuat Stevan menabraknya karena berhenti mendadak.

"Iqbal, kenapa berhenti mendadak?" Tanya Stevan.

"Itu memang Nahda, akhirnya kita bisa betemu lagi." Batin Iqbal sambil tersenyum bahagia.

"Liatin siapa sih, Bal?" Tanya Stevan melihat Iqbal yang memandangi seseorang sambil tersenyum.

"Siapa sih?" Tanya Stevan lagi karena belum menemukan seseorang yang di pandangi oleh Iqbal.

"Yang jelas ceweklah." Jawab Iqbal masih memandangi Nahda.

"Ya tapikan punya nama." Kata Stevan.

"Nanti kamu juga tahu, sekarang kita makan dulu." Kata Iqbal.

"Iya, tapi duduk di mana?" Tanya Stevan.

"Iqbal sebelah sini!" Teriak monica sambil melambaikan tangan

"Kita kesana saja." Jawab Iqbal.

"Sama Monica lagi." Kata Stevan.

"Sudahlah jangan cerewet, hanya sementara." Kata Iqbal.

Stevan pun pasrah mengikuti Iqbal, sebenarnya dia sangat malas bertemu dengan monica dan kedua temannya. Karena sifatnya yang lebay, banyak gaya dan sombong, terlebih Monica yang selalu saja mencari perhatian kepada Iqbal.

.....

Dengan samar-samar Nahda mendengar suara Monica memanggil Iqbal, ia pun segera menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Apa itu kak Iqbal?" Batin Nahda sambil memandangi seorang pria yang duduk di samping Monica. Dan secara kebetulan Iqbal juga menoleh ke arah Nahda, karena mengetahui itu Iqbal pun melambaikan tangan ke Nahda.

Nahda hanya tersenyum kemudian segera mengubah pandangannya kembali fokus pada makanannya namun senyumannya masih jelas terlihat.

"Ternyata memang kak Iqbal." Batin Nahda sambil masih tersenyum.

"Ada apa Nahda?" Tanya Viona bingung melihat tingkah Nahda.

"Tidak, tidak ada apa-apa." Jawab Nahda menetralkan ekspresinya.

"Heleh, tidak mungkin jika tidak ada apa-apa. Pasti ada sesuatu." Batin Viona yang sudah hafal dengan sifat Nahda.

Bersambung....

Terlalu berlebihan

Riyan dan Aris selalu saja bertengkar agar bisa dekat dengan Rida, karena merasa bosan Rida pun pergi meningalkan mereka untuk mencari Lina.

"Lina!" Panggil Rida.

"Iya, Rida." Sahut Lina.

"Kamu sendiri aja, Lin. Nahda kemana?" Tanya Rida.

"Iya nih, tuh lagi sama Viona dan Jevan." Kata Lina menunjuk ke arah orang yang di sebutkan oleh Lina.

"Itu Jevan Angga Brahmawijaya." Kata Rida tidak percaya.

"Iya."

"Wah Nahda itu ada apanya sih, bintang kampus bisa juga deket sama dia." Kata Rida kagum.

"Gak usah iri, bukannya kamu sendiri sudah punya dua pengawal. Di mana mereka?" Goda Lina.

"Apaan sih." Kata Rida.

.....

"Hmm, dia didekati bintang idola lagi. Mungkin karena dirimu terlalu istimewa. Apa aku pantas mendapatkanmu?" Batin Yusuf yang sejak tadi memperhatikan Nahda dari jauh.

.....

"Hei, Mon. Lihat itu." Kata Racel sambil menunjuk ke arah Nahda.

"Apa?" Tanya Monica.

"Cewek tengil itu, bagaimana bisa dia dekat dengan Jevan." Kata Monika melihat Nahda akrab dengan Jevan.

"Lo lupa apa, dia itukan licik." Kata Vero.

"Iya bener juga. Dasar cewek munafik." Kata Monica.

.....

"Mencari siapa sih, Bal. Dari tadi sibuk clingak-clinguk mulu?" Tanya Stevan heran dengan tingkah laku sahabatnya itu.

"Adalah." Jawab Iqbal masih sibuk mencari seseorang.

"Nah itu dia. Tapi kenapa Jevan sejak tadi ada bersamanya? Hmm dan Nahda juga akrab dengannya, apa Nahda sudah melupakan aku? Bagaimana cara mencari tahunya?" Batin Iqbal sambil melihat Nahda.

"Siapa sih yang kamu lihatin? Viona? Atau temannya Viona?" Tanya Stevan bingung kepada sahabatnya itu, namun tidak di respon.

"Aku punya ide." Kata Iqbal tiba-tiba sambil tersenyum senang dan pergi begitu saja meninggalkan Stevan tanpa berpamitan lebih dulu.

"Heh, di tanya malah pergi. Entah ada apa dengannya, menjadi aneh sejak tadi pagi." Gerutu Stevan.

.....

"Assalamualaikum." Salam seseorang kepada Lina dan Rida.

"Waalaikumsalam." Balas Lina dan Rida bersama.

"Zidan, kamu kuliah di sini juga?" Tanya Rida.

"Iya, bagaimana kabarmu?" Tanya Zidan duduk di bangku sebelah Lina.

"Alhamdulillah, baik. Bagaimana denganmu?" Jawab Rida kemudian bertanya kembali.

"Alhamdulillah, baik juga." Jawab Zidan.

"Kelihatan lebih kalem, beda banget sama yang dulu." Kata Rida.

"Alhamdulillah, sedikit-sedikit aku belajar berubah." Kata Zidan.

"Hmm, bagus kalau begitu." Kata Rida.

Sedangkan Lina hanya menyimak saja.

"Rida, ternyata kamu ada di sini." Kata Aris duduk di samping Rida namun tetap menyisakan celah untuk menjaga jarak.

"Iya." Kata Rida.

"Zidan, gak nyangka kita bisa bertemu di sini. Gimana kabarnya, bro?" Tanya Riyan duduk di samping Zidan.

"Alhamdulillah, baik. Bagaimana denganmu?" Jawab Zidan kemudian bertanya kembali.

"Alhamdulillah, baik juga." Jawab Riyan.

"Sekarang kamu sudah berubah ya." Kata Riyan.

"Iya, dan kamu masih sama aja kaya dulu." Kata Zidan.

"Hahaha." Tawa Zidan dan Riyan bersama.

.....

Iqbal sudah kembali dengan membawa sebuah gitar, ia kemudian duduk di sebuah bangku halaman kampus tidak jauh dari Nahda berada.

"Mau ngapain kamu, Bal?" Tanya Stevan.

"Konser." Jawab Iqbal.

Du dururururu dururururuu rurururu

Iqbal mulai memetik gitarnya dan menarik perhatian beberapa orang yang ada di sana terutama para wanita, termasuk Nahda.

"Nahda, itu Iqbal. Tenyata dia kuliah di sini juga." Kata Viona.

"Siapa Iqbal?" Tanya Jevan.

"Iqbal adalah..." Jawab Viona namun di sela oleh Nahda.

"Teman lamanya Viona." Kata Nahda sambil menatap Viona.

"Iya benar, dulu aku dengannya satu SMA." Jelas Viona.

"Ooo begitu." Kata Jevan mengerti.

"Lina, lihat itu Kak Iqbal." Kata Rida menunjuk ke arah Iqbal.

"Iya benar juga, ternyata kuliah di sini juga." Kata Lina.

Satu persatu para wanita mendekati Iqbal ketika ia mulai bernyanyi, Nahda dan teman-temannya pun tidak mau kalah ikut mengerumuni Iqbal. Bahkan Monica malah duduk di samping Iqbal, namun Iqbal malah memanfaatkan situasi ini untuk melihat reaksi Nahda.

*

Saatku jumpa dirinya

Di suatu suasana

Terasa getaran dalam dada

*

Di lirik ini, Iqbal masih fokus melihat gitarnya.

*

Kucoba mendekatinya

Kutatap dirinya

Oh dia sungguh mempesona

*

Di lirik ini Iqbal sambil melihat Nahda yang membuatnya tersenyum kemudian menunduk karena malu. Iqbal yang mengetahui itu pun ikut tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya di lirik berikutnya.

*

Ingin aku menyapanyanya

Menyapa dirinya

Bercanda tawa dengan dirinya

Namun apa yang ku rasa

Aku tak kuasa

Aku tak tahu harus berkata apa

Inikah namanya cinta

Oh inikah cinta

Cinta pada jumpa pertama

Inikah rasanya cinta

Oh inikah cinta

Terasa bahagia saat jumpa

Dengan dirinya

*

Di lirik berikutnya Iqbal pura-pura mencuri pandangan dengan Monica untuk memanas-manasi Nahda.

*

Kujumpa dia berikutnya

Suasana berbeda

Getaran itu masih ada

Aku dekati dirinya

Kutatap wajahnya

Oh dia tetap mempesona

Ingin aku menyapanya

Menyapa dirinya

Bercanda tawa dengan dirinya

Namun apa yang ku rasa

Aku tak kuasa

Aku tak tahu harus berkata apa

Inikah namanya cinta

Oh inikah cinta

Cinta pada jumpa pertama

Inikah rasanya cinta

Oh inikah cinta

Terasa bahagia saat jumpa

Dengan dirinya

*

Di lirik berikutnya Iqbal berjalan sambil berkeliling mencari perhatian dari para wanita yang ada di sana.

*

Rindu terasa

Dikala diri ini ingin jumpa

Ingin selalu bersama

Bersama dalam segala suasana

*

Di lirik ini Nahda mulai merasa kesal kerena tingkah Iqbal yang mencari perhatian dan tebar pesona kepada semua wanita yang ada di sana. Sedangkan Iqbal semakin bersemangat saja melihat reaksi Nahda.

*

Inikah namanya cinta

Oh inikah cinta

Cinta pada jumpa pertama

Inikah rasanya cinta

Oh inikah cinta

Terasa bahagia saat jumpa

Dengan dirinya

Dengan dirinya

*

"Dasar playboy, katanya cinta tapi malah tebar pesona ke semua wanita. Huh." Kata Nahda kesal kemudian langsung pergi begitu saja.

Plok plok plok

Semua orang bertepuk tangan sebagai apresiasi atas penampilan Iqbal yang mampu menghibur mereka.

"Eh, Nahda mana?" Tanya Rida.

"Sepertinya dia cemburu." Jawab Viona berbisik.

"Wah benar juga, kisah ini pasti akan sangat seru." Kata Rida berbisik kepada Viona.

"Ya kamu benar." Kata Viona berbisik juga.

"Kalian ngapain bisik-bisik?" Tanya Lina heran.

"Ada deh." Jawab Rida dan Viona bersama.

"Hmm, aku di lupain nih." Kata Lina tersinggung.

"Hahaha." Tawa Viona dan Rida bersama.

"Gak kok, Lin. Ayo kita cari Nahda!" Kata Rida.

"Untuk apa?" Tanya Lina.

"Nanti juga tahu." Kata Rida menarik tangan Lina.

"Iqbal kamu sangat keren. Nyanyi lagi dong." Kata Monica.

Karena acara konser itu selesai Iqbal pun bergegas mencari Nahda tanpa memperdulikan Monica.

"Iqbal, mau kemana?" Tanya Monica.

"Iqbal!" Teriak Monica memanggil Iqbal yang pergi begitu saja tanpa memperdulikan dirinya, namun tidak di respon.

"Kok aku di cuekin sih. Kenapa pergi gitu aja? Mau pergi kemana coba." Gerutu Monica.

.....

Dengan langkah cepat Nahda berjalan sambil mengoceh karena kesal.

"Dih, nyebelin banget sih tuh cowok. Aku kira dia berbeda dari yang lain, tapi sama aja. Playboy."

"Apa maksudnya coba, tadi sok-sokkan melihat aku segala. Sengaja ya tuh orang, buat menunjukkan dirinya itu populer gitu."

"Kenapa aku bisa suka dengan cowok munafik kaya dia. Menyebalkan." Gerutu Nahda sepanjang perjalanannya, tanpa dia sadari Iqbal mengikutinya dari belakang dan mendengar ocehannya sabil menahan tawa.

"Tunggu sebentar." Kata Nahda tiba-tiba berhenti mendadak hingga membuat Iqbal terkejut dan hampir saja menabrak Nahda.

"Kenapa aku ke arah sini?" Kata Nahda bingung karena tanpa sadar dia salah arah kemudian ia membalikkan badannya.

"Hai." Ucap Iqbal sambil tersenyum.

Nahda hanya menatap tajam Iqbal sebentar dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu kata pun.

"Sepertinya aku terlalu berlebihan." Kata Iqbal melihat kemarahan Nahda.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!