Menagih janji

Hari ini Iqbal begitu bersemangat pergi ke kampus, ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Nahda dan menagih janjinya itu. Setelah sampai di kampus ia melihat arlojinya, jam menunjukkan pukul 06:45 dan biasanya Nahda sampai di kampus pukul tujuh. Mengetahui itu Iqbal memutuskan untuk menunggu Nahda di depan pintu gerbang setelah memarkirkan mobilnya di parkiran.

Setelah berdiri di depan gerbang kampus selama sekian menit, Akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu pun tiba juga.

"Assalamualaikum, ukhti." Ucap Iqbal menyapa Nahda.

"Waalaikumsalam, Akhi." Ucap Nahda.

"Kak Iqbal, sedang apa berdiri disini?" Tanya Nahda yang melihat Iqbal berdiri sejak tadi.

"Menunggumu." Jawab Iqbal.

"Apa ada sesuatu yang penting?" Tanya Nahda.

"Iya, bisa kita bicara dulu. Kelas akan di mulai setengah jam lagi, jadi masih ada waktu." Jawab Iqbal.

"Em, iya. Kita bicara di halaman kampus." Kata Nahda setuju dan berjalan lebih dulu.

"Baik ukhti." Kata Iqbal mengikuti Nahda dari belakang.

"Kak Iqbal mau bicara apa ya, bagaimana jika dia menagih janjinya itu? Aku harus bagaimana, nanti kalau teman-temanku dengar bagaimana? Bisa viral nanti." Batin Nahda sambil celingak-celinguk melihat keadaan sekitar, memastikan jika teman-temannya tidak ada di dekatnya.

"Mencari siapa?" Tanya Iqbal.

"Tidak, aku hanya tidak melihat salah satu temanku. Mereka ada dimana ya?" Jawab Nahda.

"Tenang saja, kita tidak hanya berdua disini. Banyak orang yang berkeliaran di sekitar kita." Kata Iqbal.

"Iya, Kak."

"Jadi, Kak Iqbal ingin bicara apa?" Tanya Nahda setelah sampai di halaman kampus.

"Em, begini. Aku ingin menagih janji itu." Jawab Iqbal.

"Sudahku duga." Batin Nahda.

"Hehe, begini. Apa itu tidak terlalu cepat, maksudnya usia kita masih sangat muda dan aku baru saja masuk kuliah." Kata Nahda.

"Iya itu memang benar tapi, bagaimana dengan hati kita yang tidak jelas ini. Maksudku bukankah tidak baik jika kita sering berinteraksi seperti ini." Jelas Iqbal.

"Ya, kalau dipikir-pikir itu memang benar. Tapi aku belum siap untuk itu, Kak." Kata Nahda sambil menunduk.

"Lalu bagaimana dengan janji itu? Kamu bilang jika aku serius dengan perasaanku kamu memintaku untuk menikahimu setelah kita bertemu lagi." Kata Iqbal.

"Kak Iqbal, serius ingin menikah denganku." Kata Nahda memastikan.

"Iya, aku serius." Kata Iqbal.

"Apa, kalian berdua akan segera menikah?" Kata Viona yang tiba-tiba muncul.

"Aduh-aduh ada yang ngebet pengen nikah muda nih. Hahaha." Kata Viona menggoda Nahda dan Iqbal.

"Kapan nyebar undangannya, aku di undang gak?" Lanjut Viona.

"Tuh kan bener, haduh kacau nih. Si Viona gak bisa diem lagi, aku kan jadi malu." Batin Nahda.

"Apaan sih, Vi. Kita belum mau nikah." Kata Nahda.

"Terus tadi itu apa? Emang kalian bener nih, mau nikah muda?" Tanya Viona.

"Kenapa memangnya, apa salah jika kita nikah muda?" Tanya Iqbal.

"Ya tidak, aku hanya bertanya saja." Jawab Viona.

"Em, kelas sebentar lagi akan di mulai, aku akan ke kelas sekarang. Kita bahas lagi nanti, Kak. Permisi." Kata Nahda kemudian cepat-cepat pergi dari sana.

"Eh, Nahda tunggu! Kelasnya 15 menit lagi baru dimulai, masih ada waktu." Kata Iqbal ingin menghentikan Nahda namun tidak di respon sama sekali.

"Yah, Calon pengantin wanitanya malah kabur. Hahaha." Kata Viona terkekeh melihat tingkah Nahda.

"Itukan gara-gara kamu." Kata Iqbal.

"Hehe, abis kalian ini main rahasia-rahasiaan sih. Salah sendiri ngapain juga bahas di kampus." Kata Viona.

"Ya mau bagaimana, kamu tahu sendirikan Nahda gak akan mau aku ajak keluar." Kata Iqbal.

"Ya samperin ke rumahnyalah." Kata Viona.

"Iya, ya. Kenapa gak kepikiran." Kata Iqbal.

"Emangnya apa kamu berani ke rumahnya?" Tanya Viona.

"Beranilah. Masa Iqbal Adi Irawan gak berani ngelamar cewek, di ketawain kucing nanti." Kata Iqbal.

"Hahaha. Nah, begitu baru laki-laki. Mantap, aku tunggu hasil." Kata Viona sambil mengacungkan dua jempol.

"Tapi, kenapa kamu ngebet mau nikahin Nahda?" Tanya Viona.

"Kenapa? Jomblo kesepian, kalau iri bilang aja." Kata Iqbal sambil berjalan meninggalkan Viona.

"Sembarangan ngatain aku jomblo kesepian." Kata Viona kemudian pergi juga dari sana, tanpa menyadari ada beberapa pasang telinga yang mendengarkan pembicaraan mereka.

"Jadi mereka akan menikah. Tapi Nahda juga pernah bilang padaku jika kita berjodoh akan bertemu lagi, dan kita memang bertemu lagi. Tapi untuk apa jika dia menikah dengan orang lain?" Batin Yusuf yang tak sengaja mendengarkan pembicaraan Nahda dan Iqbal sejak tadi.

"Mungkin aku saja yang terlalu berharap. Tidak semua mimpi itu jadi nyata, dan semua ini hanyalah mimpi. Hanya mimpi." Batin Yusuf sambil berjalan pelan menuju kelasnya dengan di selimuti oleh rasa kecewa.

#

"Oh, jadi waktu itu kak Iqbal bilang itu sama Nahda. Pantas saja Nahda terkejut." Kata Lina yang ikut menguping pembicaraan Nahda dengan Iqbal.

"Wah, apa mereka benar-benar akan menikah ya?" Kata Rida.

"Semoga saja begitu. Jangan sampai Nahda senasip denganku." Kata Lina pelan.

"Sabar, Lin." Kata Rida sambil merangkul sahabatnya itu.

#

"Serius! Iqbal akan menikahi Nahda, yang benar saja. Gak, ini gak bisa di biarin. Aku yang seharusnya nikah sama Iqbal, bukan Nahda." Kata Monika kesal.

"Aku harus cari cara buat memisahkan mereka, sebelum menikah."

.....

Zidan sedang menemani Lutfia di mall membeli pakaian muslim untuk di pakai olehnya sesuai dengan perjanjiannya kemarin, itu pun di paksa oleh Lutfia, sebenarnya ia sangat malas jika harus bersamanya. Lutfia sering membantah pakaian yang di pilihkan oleh Zidan, sedangkan Zidan sendiri mencoba untuk tetap sabar mendengarkan ocehan dari Lutfia. Meski rasanya ia ingin pergi meninggalkannya saja, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memerhatikan mereka.

"Jadi Zidan menerima perjodohan itu, lalu mengapa waktu itu ia mengungkapkan perasaannya padaku? Untuk apa? Apakah yang di katakan itu benar, atau hanya kata-kata palsu?" Batin Lina kesal.

"Astaghfirulloh, aku ini bicara apa sih. Tentu saja Zidan terpaksa, mana mungkin dia membohongiku." Batin Lina tersadar dari prasangka buruknya terhadap Zidan.

"Hutf. Reza mana sih, dari tadi belum kelihatan?" Kata Lina sambil celingak-celinguk mencari adiknya.

"Kak Lina, aku sudah dapat barangnya. Ayo kita pulang sekarang!" Kata Reza tiba-tiba ada di belakang Lina.

"Iya."

#

"Lina." Gumam Zidan pelan sambil menoleh ke arah Lina.

"Melihat siapa?" Tanya Lutfia setelah kembali dari ruang ganti.

"Tidak ada." Jawab Zidan.

"Pakai yang ini saja ya, aku nyaman pakainya." Kata Lutfia sambil memperlihatkan pakaian berjilbab moderen dengan memakai celana jean serta kaos panjang yang pas di badannya, tak lupa pasmina yang di selempangkan ke belakang memperlihatkan bagian dadanya yang ia kenakan.

"Lutfia, perempuan itu pakai rok bukan pakai celana, bajunya jangan ngepas gitu dan itu jilbabnya juga kurang panjang."

"Tapi itu mereka berjilbab pakai celana, bajunya juga ngepas dan jilbabnya juga pendek." Kata Lutfia sambil menunjuk beberapa pembeli dengan menggunakan pakaian yang sama dengannya.

"Itu contoh yang salah jangan di tiru, apa bedanya memakai jilbab dengan tidak jika masih terlihat lekuk tubuhnya. Percuma." Kata Zidan sangat menekan untuk kata-kata terakhirnya.

"Cepet ganti yang aku pilih tadi! Sok-sokan mau jadi istriku, susah banget di atur." Kata Zidan kesal.

"Iya-iya, aku ganti." Kata Lutfia pasrah.

Setelah beberapa menit kemudian Lutfia kembali dengan pakaian yang berbeda, ia mengenakan gamis longgar berwarna ungu tua dengan khimar yang berwarna senada dengan gamisnya.

"Nah, begini baru bener. Ayo kita pulang sekarang!" Kata Zidan kemudian pergi, di ikuti oleh Lutfia di belakangnya sambil menutupi sebagian wajahnya dengan jilbabnya karena malu.

"Beli pakaian aja lama banget, buang-buang waktuku saja." Gerutu Zidan sambil berjalan keluar dari mall.

"Ih, nyebelin banget sih. Kalau bukan karena cinta udahku tendang tuh orang." Batin lutfia kesal mendengar ocehan Zidan.

"Dia jadi berubah setelah mengenal cewek kampungan itu, awas aja tuh cewek."

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!