Ngebet minta nikah muda

Nahda sedang sibuk mengerjakan tugas di meja belajarnya, setelah selesai ia menyandarkan punggungnya di kursi yang ia duduki sejak tadi. Karena merasa haus, ia pun pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

"Kamu belum tidur, Na?" Tanya Hanif yang sedang mengambil air munum juga di dapur.

"Belum, Om. Baru saja selesai mengerjakan tugas." Jawab Nahda.

"Ya sudah istirahatlah, jangan malam-malam tidurnya." Kata Hanif.

"Iya, Om. Aku kembali ke kamar dulu." Kata Nahda.

"Iya."

Sesampainya di kamar Nahda langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memeriksa ponselnya sebelum tidur, karena ada beberapa pesan yang masuk. Sebagian dari teman-temannya dan dari grub kampusnya namun ada nomor asing yang mengirim pesan padanya.

》"Assalamualaikum, Ukhti. Ini Akhi."

"Akhi, berarti kak Iqbal. Dari mana dia dapat nomorku, pasti Viona." Batin Nahda setelah membaca pesan tersebut dan segera membalasnya.

》"Waalaikumsalam, Akhi."

》"Ini Kak Iqbalkan, dapat nomorku dari mana?"

#

Iqbal sedang berbaring di atas tempat tidur sambil memeluk guling dan menatap layar ponselnya untuk menunggu balasan pesan dari Nahda.

Ting

Suara notifikasi pesan di ponsel Iqbal. Senang bukan main akhirnya orang yang Iqbal tunggu-tunggu membalas pesannya juga, ia pun segera membalasnya.

》"Iya ini aku, aku dapat nomormu dari Viona."

#

"Sudahku duga, pasti Viona yang memberikannya." Batin Nahda setelah membaca pesan dari Iqbal.

》"Kak Iqbal ada perlu apa ngechat aku?" Tanya Nahda.

》"Ya chatingan sama kamulah, apa tidak boleh?" Jawab Iqbal dan bertanya kembali.

》"Tidak boleh jika tidak ada perkara yang penting, karena bukan mahrom. Terlebih kita saling menyukai." Jawab Nahda.

》"Begitu ya, ukhti."

》"Iya, akhi."

"Susah juga ya komunikasi sama orang yang tahu ilmu agama. Aku nanya apa ya?" Kata Iqbal sambil berpikir.

#

Nahda masih menunggu pesan dari Iqbal namun, tidak ada pesan lagi yang masuk setelah lima menit ia menunggu.

"Sepertinya sudah tidak ngechat lagi." Batin Nahda dan hendak meletakkan ponselnya namun, ada pesan baru lagi yang masuk.

》"Ukhti, akhi ingin belajar ilmu agama juga. Apa ukhti mau mengajari akhi?"

Nahda tersenyum membaca pesan dari Iqbal, ia pun segera membalasnya.

》"Akhi bisa belajar lewat medsos, banyak kok akun dahwah di medsos, seperti di instagram, facebook, youtube. Gunakan medsos untuk hal-hal yang bermanfaat, karena kita akan di mintai pertanggung jawaban di akhirat nanti. Dan coba Akhi sempatkan waktu untuk menghadiri pengajian, dua hari lagi akan ada pengajian yang akan di adakan di dekat kampus."

#

"Apa dia belajar dari medsos juga, hebat bisa memanfaatkan medsos sebaik itu." Batin Iqbal setelah membaca pesan dari Nahda dan segera membalasnya.

》"Terima kasih ukhti atas sarannya."

》"Sama-sama Akhi."

"Dia memang istri idaman, aku nanya apa lagi ya."

》"Kalau boleh tahu sekarang ukhti sedang apa?"

》"Mau tidur, akhi."

》"Ya sudah kalau begitu, ini sudah malam beristirahatlah, maaf ya sudah mengganggu. Sampai ketemu besok, assalamualaikum."

》"Waalaikumsalam."

"Rasanya aku ingin segera menikahinya saja biar bisa selalu bersama, gak enak rasanya terus menahan perasaan begini." Batin Iqbal.

#

Nahda tersenyum bahagia karena mengetahui orang yang ia sukai mau belajar ilmu agama.

"Semoga saja dia serius ingin belajar agama, dan suatu saat nanti kita bisa membina rumah tangga di jalan Allah."

"Astaghfirulloh, kumat deh menghayalnya. Itu mah pikirnya nanti aja, sekarang fokus kuliah dulu."

"Dasar aku ini, ayo tidur sudah malam." Batin Nahda memarahi dirinya sendiri.

"Huft, kenapa aku jadi tidak bisa tidur? Jam berapa sekarang." Kata Nahda sambil duduk karena sejak tadi belum bisa tidur dan meraih ponselnya.

"Sudah jam sebelas malam, aku sama sekali tidak mengantuk." Kata Nahda setelah melihat jam di ponselnya, kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil air wudu dan melaksanakan sholat sunah untuk menenangkan hatinya yang gelisah memikirkan Iqbal.

Setelah salam selesai, ia berdzikir singkat kemudian membaca doa dan tak lupa dengan menyebutkan satu nama yang selalu mengusik hatinya.

"Ya Allah, jagalah hati ini agar tidak tersesat karena rasa cinta yang Engkau anugerahkan kepadaku dan jagalah hati orang yang selalu mengusik hati ini. Ya Allah entah bagaimana aku bisa mencintainya, aku pasrah dengan apa yang Engkau tentukan untukku. Aku percaya Engkau tahu yang terbaik untukku tapi, bisakah aku meminta untuk bisa bersama dengan Kak Iqbal suatu saat nanti. Aamiin."

Setelah sekesai Nahda segera berbaring di tempat tidur, kemudian memanjatkan doa sebelum tidur dan memejamkan matanya, setelah beberapa menit akhirnya ia bisa tidur juga.

.....

Waktu cepat berlalu, azan subuh telah berkumandang membangunkan orang-orang muslim untuk melaksanakan kewajibannya. Nahda juga sudah bangun dan bersiap-siap untuk melaksanakan sholat berjamaah bersama Hanif dan Syifa, sedangkan Aziz masih tidur pulas.

Begitu juga dengan Iqbal ia juga sudah bangun untuk melaksanakan sholat subuh, bedanya ia melaksanakannya sendiri. Meski Iqbal anak dari orang kaya yang terkenal namun, ia tidak meninggalkan kewajibannya sebagai orang muslim, dan papanyalah yang mengajarinya untuk tidak meninggalkan kewajibannya meski sedang sibuk sekali pun.

Setelah selesai Iqbal duduk di tempat tidur sambil memeriksa ponselnya, ada beberapa pesan yang masuk namun ia abaikan saja, karena itu pesan dari Monica.

"Ck, kenapa Monica yang muncul? Lagi pula Nahda gak akan ngechat kalau gak ada yang perting." Kata Iqbal bicara sendiri.

"Aku ingin ngechat Nahda tapi, aku bertanya apa ya?" Kata Iqbal sambil berpikir.

"Apa aku tagih saja janjinya itu ya, tapi. Gak lah nanti aja aku ngomong langsung saat di kampus."

"Hmm, apa aku bilang aja ya sama papa dan mama, mungkin saja mereka setuju jika aku nikah muda." Batin Iqbal sambil tersenyum kemudian pergi bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, ia berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya. Ia menata rambutnya dengan gaya ala-ala orang korea side bangs dengan memakai kemeja berwarna navi dengan bawahan berwarna hitam, serta tak lupa dengan arlojinya berwarna hitam.

"Oke, udah ganteng gak kalah sama oppa-oppa korea, haha." Kata Iqbal terkekeh sendiri melihat penampilannya di cermin, kemudian pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama papa dan mamanya.

"Ma! Pa!" Kata Iqbal memanggil kedua orang tuanya secara bergantian.

"Hmm." Sahut Candra sambil mengunyah makanannya.

"Ada apa sayang?" Tanya Rita.

"Kalau aku nikah muda boleh atau tidak?" Tanya Iqbal.

"Apa, Nikah?" Tanya Rita terkejut.

"Kamu serius." Kata Candra memastikan.

"Iya, aku serius." Jawab Iqbal serius.

"Usiamu baru 19 tahun kuliah aja dulu yang bener, membina rumah tangga itu gak gampang, Bal." Kata Candra.

"Bener itu kata papamu, jangan buru-buru. Lebih baik tunangan saja dulu jika memang perlu." Kata Rita.

"Memangnya Mama setuju kalau aku tunangan sekarang?" Tanya Iqbal.

"Ya tergantung bagaimana dan siapa ceweknya." Jawab Rita.

"Memangnya gadis mana sih yang menarik hatimu sampai ngebet minta nikah muda?" Tanya Candra.

"Iya, mama juga penasaran. Selama inikan kamu gak pernah deket sama cewek." Kata Rita.

"Ada deh, nanti Iqbal kenalin. Yang jelas dia sangat istimewa." Jawab Iqbal sambil tersenyum.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!