Diammu berarti iya

Rida dan Lina berangkat ke kampus bersama, saat berjalan memasuki kampus sambil asik mengobrol, tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak Lina.

Brukk

Lina terjatuh.

"Aduh." Ucap Lina ketika terjatuh.

"Lina!" Kata Rida melihat Lina terjatuh dan segera membantunya berdiri.

"Eh maaf, sengaja." Kata orang yang menabrak Lina.

"Ternyata lutfia." Batin Lina melihat siapa yang telah menabraknya.

"Siapa kamu? Kenapa menabrak Lina?" Tanya Rida.

"Siapa aku itu tidaklah penting, salah sendiri kenapa berjalan di depanku." Jawab Lutfia.

"Bukannya minta maaf malah menyalahkan. Apa sebenarnya yang kamu mau?" Tanya Rida.

"Mudah saja. Katakan pada temanmu itu untuk menjauhi Zidan." Jawab Lutfia.

"Apa?" Tanya Rida masih sedikit bingung.

"Masih kurang jelas, apa telingamu itu tuli?" Tanya Lutfia.

"Bukan aku tapi kamu yang tuli dan bukan telingamu yang tuli tapi hatimu. Memangnya kamu ini siapa melarang Lina untuk dekat dengan Zidan?" Jawab Rida kemudian kembali bertanya.

"Aku adalah tunangannya Zidan jadi, jangan jadi pelakor." Jawab Lutfia.

"Seenaknya saja bilang temanku pelakor. Lihatlah dirimu itu, dari penampilanmu itu bisa di bilang pelakor." Protes Rida sambil menunjuk pakaian Lutfia yang memakai celana jean pendek yang ketat dan kaos lengan pendek yang ketat juga menampilkan lekuk tubuhnya.

"Dari pada kalian terlihat alim dari luar tapi, aslinya iblis." Kata Lutfia.

"Apa katamu, sepertinya mulutmu itu perlu ku perbaiki." Kata Rida emosi hendak memukul Lutfia namun, di hentikan oleh Lina.

"Rida, jangan. Sudahlah biarkan saja dia." Kata Lina.

"Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut?" Tanya Nahda tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Orang ini sudah menghina kita." Jawab Rida sambil menunjuk Lutfia.

"Lutfia, ada masalah apa kamu dengan mereka?" Tanya Nahda kepada Lutfia.

"Kamu kenal dia, Na?" Tanya Rida kepada Nahda.

"Iya aku sekelas dengannya." Jawab Nahda.

"Oh jadi kalian berteman, pantas saja sama." Kata Lutfia.

"Apanya yang sama?" Tanya Nahda.

"Kunti berkedok Ukhti." Jawab Lutfia mengejek.

"Dari pada kamu siluman ular." Kata Rida tidak mau kalah.

"Apa kamu bilang, sini kalau berani." Tantang Lutfia.

"Siapa takut." Kata Rida menerima tantangan dari Lutfia.

"Heh sudah jangan ribut, kita sedang di kampus." Kata Nahda menghentikan mereka.

"Lutfia, sedang apa kamu?" Tanya Zidan tiba-tiba saja datang menghampiri mereka.

"Tidak ada." Jawab Lutfia kemudian pergi begitu saja.

"Apa yang dia katakan kepada kalian?" Tanya Zidan.

"Dia tadi..." Jawab Rida namun di sela oleh Lina.

"Tidak, Zidan. Tidak ada apa-apa." Kata Lina.

"Ya sudah kalau begitu, aku duluan ya." Kata Zidan.

"Iya." Ucap Lina, Rida dan Nahda bersama.

"Lina, kenapa kamu hanya diam saja sejak tadi? Siluman ular itu sudah menghina kita tadi." Kata Rida kesal.

"Kenapa malah marah kepadaku? Bukannya aku takut tapi, aku malas meladeni orang seperti dia." Kata Lina.

"Assalamualaikum, para Ukhti yang cantik. Sedang apa berkumpul di sini?" Tanya Iqbal tiba-tiba saja muncul.

"Tidak ada apa-apa." Ucap Nahda, Rida dan Lina bersama kemudian membubarkan diri menuju kelas masing-masing.

"Eh kok aku di tinggal sendiri. Nahda, tunggu!" Kata Iqbal kemudian ingin mengejar Nahda namun, baru beberapa langkah tiba-tiba saja Monica datang menghentikan Iqbal.

"Selamat pagi, Iqbal." Sapa Monica sambil bergelayut manja di lengan Iqbal.

"Apaan sih, Mon. Lepasin." Kata Iqbal melepas tangan Monica.

"Untuk apa kamu mengejar Nahda, lihat dia tidak peduli denganmu." Kata Monica.

"Kamu itu tidak tahu apa pun, jadi jangan sok tahu dan menjauhlah dariku." Kata Iqbal kemudian pergi meninggalkan Monica.

"Bagaimana pun caranya, kamu harus jadi milikku, hanya milikku. Dan aku tidak akan membiarkan Nahda mendekatimu, tidak akan." Kata Monica.

.....

Rida sedang duduk sendiri di bangku halaman sambil menikmati sejuknya udara di bawah pohon rindang yang tumbuh di sana. Tanpa ia sadari bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Kak Rizal." Batin Rida menoleh kearah kirinya melihat Rizal sedang sibuk bermain ponsel. Bahkan Rizal pun tidak tahu kalau Rida duduk di sampingnya. Mereka duduk di masing-masing ujung bangku yang sepanjang sekitar kurang lebih dua meteran.

"Eh bukannya itu Rida ya." Kata Rizal melihat ke samping kanannya, setelah lelah memainkan ponselnya lalu melihat-lihat sekitarnya.

"Dia hanya sendiri."

"Apa aku sapa saja ya."

"Hah tidak." Kata Rizal di dalam hati sambil sedikit-sedikit menengok ke arah Rida.

"Hmm Kak Rizal hanya diam saja." Batin Rida melihat ke arah Rizal sebentar.

"Apa dia tidak tahu aku ada di sini." Batin Rida lagi lalu melihat ke arah Rizal dan ternyata bersamaan dengan Rizal yang melihat dirinya juga. Seketika itu keduanya langsung mengalihkan pandangan.

"Haduh aku ketahuan telah mencuri pandangan pada Kak Rizal." Batin Rida.

"Aku ketahuan kalau memperhatikannya. Kenapa aku jadi canggung begini?" Batin Rizal.

Setelah beberapa saat mereka kembali saling mencuri pandangan tanpa ada yang berani bicara. Dan tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka.

"Aku pergi sajalah dari sini." Batin Rizal sambil berdiri kemudian pergi dari sana.

"Aku jadi malu, sebaiknya aku pergi saja dari sini." Batin Rida sambil berdiri kemudian pergi dari sana juga secara bersamaan dengan Rizal. Setelah beberapa langkah mereka kembali melihat ke arah satu sama lain.

"Kenapa dia masih melihatku?" Batin Rizal kemudian melanjutkan langkahnya.

"Seharusnya aku tidak melihatnya." Batin Rida.

"Sebenarnya ada apa ini, sangat aneh. Kenapa aku jadi begitu canggung saat bertemu kak Rizal." Batin Rida masih berdiri di tempat.

#

"Siapa laki-laki itu?" Tanya Aris.

"Namanya Rizal, dulu waktu sma Rida menyukainya, tapi dia menyukai Nahda." Jawab Riyan.

"Lalu kenapa mereka saling mencuri pandangan begitu?" Tanya Aris lagi.

"Mungkin Rida masih menyukainya dan Rizal mungkin saja mulai menyukai Rida." Jawab Riyan.

"Aku tambah pesaing lagi nih ceritanya." Kata Aris.

"Aku sangat membencinya, karena dia selalu saja membuat Rida sedih. Aku tidak akan membiarkan dia mendekati Rida dan membuatnya sedih lagi." Kata Riyan.

"Dia juga sudah membuat Rida sakit hati karena modusnya." Lanjut Riyan.

"Benarkah, keterlaluan. Aku akan ikut denganmu, mari kita bersama membasmi parasit itu." Kata Aris.

"Yaa, Kakak benar. Aku setuju, entah bagaimana Rida masih menyukainya." Kata Riyan.

.....

Lina sedang duduk di bangku perpustakaan sambil membuka buku namun, bukannya di baca tapi Lina hanya sibuk dengan lamunannya.

"Apa benar Lutfia dan Zidan sudah bertunangan?"

"Lutfia memang lebih cantik dariku."

"Lagi pula apakah Zidan benar menyukaiku?"

"Mungkin saja tidak, lalu kenapa dia sering bicara padaku."

"Apa perasaanku yang terlalu berlebihan?"

"Hah, mungkin aku yang terlalu mengharapkannya."

"Lina!" Panggil seseorang pelan duduk di samping Lina

"Linaaa!" Panggilnya lagi.

"Hei." Ucap orang itu sambil menepuk buku di hadapannya.

"Eh Ifan." Kata Lina melihat siapa yang menepuk bukunya.

"Mikirin apa?" Tanya Ifan.

"Tidak, tidak apa-apa." Jawab Lina.

"Zidan ya?" Tanya Ifan lagi.

"Bukan." Jawab Lina.

"Atau mikirin aku?" Tanya Ifan.

"Apaan sih, Fan. Gr deh." Jawab Lina.

"Ya siapa tahu gitu." Kata Ifan.

"Jawab dengan jujur. Apa kamu menyukai Zidan?" Tanya Ifan memastikan kecurigaannya selama ini. Namun Lina hanya diam tidak ingin menjawab pertanyaan dari Ifan.

"Diammu berarti iya." Kata Ifan kemudian pergi begitu saja. Sedangkan Lina hanya memandangi kepergiannya.

"Hah, entahlah. Fokus saja pada kuliahmu jangan pikir yang macam-macam." Batin Lina mengingatkan dirinya sendiri.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!