Sudahlah, aku lelah

Nahda dan teman-temannya sedang berada di lokasi penganjian di dekat kampus di mana mereka kuliah, seperti yang sudah mereka rencanakan dan kini mereka sedang mencari tempat duduk.

"Akhirnya aku bisa ikut juga." Kata Viona.

"Alhamdulillah, Allah memberimu kesempatan untuk datang kesini." Kata Nahda.

"Iya, Na. Alahamdulillah." Ucap Viona sambil tersenyum.

"Eh, coba lihat itu. Bukankah itu Lutfia, dia datang kesini juga." Kata Rida sambil menunjuk keberadaan Lutfia.

"Ya, sudah tentu Zidan yang mengajaknya." Kata Nahda.

"Apa dia benar-benar tobat sekarang?" Tanya Rida.

"Semoga saja begitu." Kata Nahda.

"Aku penasaran, sebenarnya Lutfia kenapa tiba-tiba mau merubah ya?" Tanya Rida.

"Sudahlah, kita datang kesini untuk belajar ilmu agama. Bukan mencari tahu urusan orang lain untuk bahan gibah." Kata Lina.

"Eh, iya ya. Astaghfirulloh." Ucap Rida.

"Ridakan orangnya emang kemal (kepo maksimal)." Kata Nahda.

"Hehe. Gak tahu aku suka penasaran, udah bawaan dari lahir kali ya." Kata Rida terkekeh sendiri.

Acara pengajian itu pun di mulai, perempuan dan laki-laki di tempatkan sendiri-sendiri dengan di beri pembatas, yang laki-laki ditempatkan di depan sementara yang perempuan di belakang. Begitu banyak orang yang menghadirinya, karena pengisi ceramahnya adalah ustadz yang cukup populer, sudah beberapa kota dan daerah yang ia jelajahi untuk mengisi acara pengajian. Acara diawali dengan sambutan lebih dulu, dan di lanjut dengan hadroh, istigosah, di lanjut acara intinya yaitu ceramah dari ustadz tersebut dan di akhiri doa bersama.

.....

Setelah sekian lama acara pengajian berlangsung, akhirnya acara itu pun selesai juga. Orang-orang yang menghadirinya mulai berhamburan membubarkan diri, termasuk Nahda dan teman-temannya.

"Eh, tunggu sebentar!" Kata Lina berhenti sambil memeriksa tas selempang yang ia bawa.

"Ada apa, Lin?" Tanya Rida.

"Sepertinya hpku ketinggalan, sebentar ya aku ambil dulu." Jawab Lina sambil pergi kembali ke tempat duduknya tadi.

"Kenapa dia ceroboh sekali." Kata Rida.

"Assalamualaikum, kalian sudah mau pulang ya." Sapa Iqbal tiba-tiba datang.

"Waalaikumsalam." Ucap Nahda, Viona, Elin dan Rida bersama.

"Eh, Iqbal ternyata. Kamu kesini juga?" Tanya Viona.

"Iya." Jawab Iqbal.

"Ya udah, aku duluan ya. Assalamualaikum." Kata Iqbal berpamitan kemudian pergi lebih dulu.

"Waalaikumsalam."

"Nahda, Iqbal gantengkan ya, pake baju koko sama peci gitu." Kata Viona menggoda Nahda.

"Apaan sih." Kata Nahda kesal.

"Hihihi." Tawa Viona

"Cieee, ketemu calon imam." Kata Viona lagi masih asik menggoda Nahda.

"Harusnya tadi kamu menyapanya seperti ini, assalamualaikum calon imamku." Kata Viona.

"Oh iya, aku ingat kamu pernah menyanyikan lagu itu. Iyakan?" Lanjut Viona.

"Jangan sok tahu." Kata Nahda kesal.

"Aku tahu, buktinya pipimu memerah." Kata Viona.

"Sudahlah, Vi. Jangan menggodaku terus." Kata Nahda kesal.

"Abis kamu itu gemesin sih." Kata Viona sambil mencubit kedua pipi Nahda.

"Aduh, sakit tahu." Kata Nahda kesal sambil menggosok-gosok kedua pipinya.

"Hihihi." Tawa Viona, Elin dan Rida bersama.

"Lina mana sih, kok belum kembali?" Tanya Nahda.

"Iya, ya. Aku akan menyusulnya, kalian pulang saja dulu." Kata Rida.

"Tidak apa-apa, kami bisa menunggu." Kata Elin.

"Ya sudah kalau begitu, tapi kalau kalian menunggu lama, kalian pergi saja dulu." Kata Rida.

"Ayo kita pulang saja dulu, El! Aku sudah lelah." Kata Viona sambil bersandar di bahu Elin.

"Kau ini." Kata Elin kepada Viona

"Tidak apa-apa, kalian duluan saja!" Kata Rida.

"Ya sudah kalau begitu, kamu pulang dulu. Assalamualaukum." Kata Elin.

"Waalaikumsalam." Ucap Rida dan Nahda.

"Kamu tidak ikut pulang, Na?" Tanya Rida.

"Aku akan ikut denganmu, mungkin saja Lina bertemu Lutfia." Jawab Nahda.

"Oh iya, benar juga." Kata Rida kemudian pergi menyusul Lina bersama Nahda.

.....

"Dimana ya? Seingatku, aku tadi duduk disini. Apa mungkin sudah di ambil orang?" Kata Lina sambil sibuk mencari ponselnya.

"Hah, sudahlah. Mungkin memang sudah di ambil orang." Kata Lina menyerah.

"Mereka pasti sudah lama menunggu." Kata Lina kemudian pergi kembali ke teman-temannya, namun baru beberapa langkah ada seseorang yang memanggilnya.

"Lina!"

"Zidan." Kata Lina setelah tahu siapa yang memanggilnya.

"Kamu belum pulang?" Tanya Zidan.

"Em, iya aku mencari hpku tadi ketinggalan." Jawab Lina.

"Oh begitu, apa sudah ketemu?" Tanya Zidan.

"Tidak, mungkin sudah di ambil orang." Jawab Lina.

"Mencari ini." Kata Lutfia tiba-tiba datang sambil memperlihatkan sebuah ponsel.

"Lutfia, apa kamu mengambil hpnya Lina?" Tanya Zidan sambil menatap tajam.

"Dia sendiri yang menjatuhkannya." Jawab Lutfia.

"Nih, ku kembalikan." Kata Lutfia sambil melempar ponsel ke arah Lina.

"Aduh." Kata Lina mengaduh kesakitan, karena ponsel yang Lutfia lempar mengenai dahinya.

"Lutfia, kenapa kamu melemparnya? Kamu bisa memberikannya secara baik-baik." Kata Zidan marah.

"Bela saja terus." Kata Lutfia kesal sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Lina, apa kamu baik-baik saja? Itu dahimu merah." Tanya Zidan.

"Tidak apa-apa." Jawab Lina sambil mengambil ponselnya.

"Maaf, aku pergi dulu. Assalamualaikum." Ucap Lina kemudian segera pergi, karena tidak ingin terlibat masalah dengan Lutfia lagi.

"Waalaikumsalam." Ucap Zidan sambil melihat kepergian Lina.

"Kasihan dia. Maaf, Lin. Aku tidak bermaksud membuatmu terluka." Batin Zidan.

#

"Lina kenapa lama sekali?" Tanya Rida setelah bertemu dengan Lina.

"Itu dahimu kenapa?" Tanya Nahda sambil menunjuk dahi Lina yang memerah.

"Maaf, aku perlu mencarinya dan terbentur kursi saat mengambilnya." Jawab Lina.

"Kau tidak pandai berbohong, katakan saja itu Lutfia yang melakukannya, iyakan?" Tanya Rida.

"Benar begitu, Lin?" Tanya Nahda.

"Tidak, kalian jangan berprasangka buruk." Jawab Lina.

"Cobaku lihat." Kata Rida sambil menarik kepala Lina untuk melihat luka di dahinya.

"Aduh, kepalaku jangan di tarik." Protes Lina.

"Aku hanya memeriksanya." Kata Rida.

"Ya sudah, ayo kita pulang!" Ajak Nahda.

"Iya."

#

"Berhenti melihatnya!" Kata Lutfia kepada Zidan.

"Jadi kau mengajakku kemari, hanya agar bisa bertemu dengannya begitu." Lanjut Lutfia.

"Apa?" Tanya Zidan.

"Kau sudah berjanji untuk tidak menemuinyakan, lalu ini apa? Kau mengingkari janjimu." Kata Lutfia.

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya." Jelas Zidan.

"Oh ya, apa kau pikir aku akan percaya padamu? Kenapa kamu mempermainkan aku seperti ini?" Tanya Lutfia kesal.

"Kamu ini bicara apa? Aku mengajakmu kesini untuk belajar ilmu agama, kamu salah paham. Kenapa kamu tidak bisa mengerti?" Jelas Zidan.

"Begitukah. Sudah cukup, di hatimu hanya ada Lina. Kau membohongiku, kau bilang ingin memberiku kesempatan, tapi kenyataannya." Kata Lutfia sambil berlinangan air mata.

"Jika kau sudah tahu, kenapa memaksaku? Sudahlah, aku lelah." Kata Zidan kesal kemudian segera pergi meninggalkan Lutfia tanpa peduli dengannya yang sedang menangis.

"Zidan!" Teriak Lutfia.

"Hiks hiks hiks. Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Aku sudah melakukan semua yang kau minta tapi, kau malah mempermainkan aku. Hiks hiks" Kata Lutfia bicara sendiri sambil menangis.

"Ini semua karena perempuan itu, sudah cukup aku bersabar. Aku tidak akan membiarkanmu kali ini. Kau harus merasakan akibat dari rasa sakit yang aku rasakan." Kata Lutfia sambil menghapus air matanya.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!