Apa yang akan dia lakukan

Monica sedang mengorol bersama kedua temannya di kelas.

"Rencana kamu gagal tuh, Mon. Lihat saja Nahda malah semakin akrab dengan Iqbal." Kata Racel.

"Tidak sepenuhnya gagal, dia sudah mendapatkan hadiah dari penggemarnya Iqbalkan." Kata Monica.

"Iya tapi tetap saja Iqbal itu percaya sama Nahda." Kata Vero.

"Bener tuh, Nahda itu juga pinter. Jadi kamu harus lebih pinter dari Nahda." Kata Racel.

"Iya kamu benar." Kata Monica.

"Lalu apa kamu sudah punya rencana, Mon?" Tanya Vero.

"Belum, aku akan lihat situasinya lebih dulu." Jawab monica.

.....

Nahda sedang duduk di bangku halaman sambil mengobrol bersama Elin dan Viona. Kemudian Jevan datang bergabung bersama mereka.

"Hai, sedang apa kalian?" Tanya Jevan duduk di samping Nahda namun tetap menjaga jarak.

"Kami sedang mengobrol saja." Jawab Nahda.

"Kemana aja kok baru kelihatan?" Tanya Viona.

"Ada urusan di kantor." Jawab Jevan

"Kamu kuliah sambil kerja?" Tanya Viona.

"Iya." Jawab Jevan.

"Sama dong." Kata Viona.

"Benarkah?" Tanya Jevan.

"Iya, aku yatim piatu dari kecil, jadi cari uang sendiri." Jawab Viona.

"Wah jadi kamu sangat mandiri ya. Hidupmu waktu kecil pasti berat banget. Kamu hebat bisa bertahan sampai kuliah." Kata Jevan memuji Viona.

"Hehe iya." Kata Viona tersipu malu karena di puji oleh Jevan.

Nahda dan Elin tersenyum lucu melihat tingkah Viona.

"Kalau kamu bagaimana, Nahda?" Tanya Jevan.

"Alhamdulillah, masih ada ayah, om, tante dan adik sepupu." Jawab Nahda.

"Oo begitu." Kata Jevan.

"Lalu kalian tinggal bersama?" Tanya Jevan.

"Tidak, aku tinggal bersama Om ku, sedangkan Ayahku dinas di luar kota." Jawab Nahda.

"Ayahmu tentara ya?" Tanya Jevan.

"Iya." Jawab Nahda.

"Kamu tidak ingin menjadi tentara juga." Kata Jevan.

"Tidak, lagi pula mana ada tentara kecil dan pendek kaya aku." Kata Nahda.

"Hehehe." Jevan tertawa kecil mendengar penjelasan Nahda.

"Ada. Tentara di hatiku." Kata Iqbal tiba-tiba sudah duduk di samping Jevan.

Seketika itu mereka langsung menoleh ke arah sumber suara itu.

"Lebay kamu, Bal." Kata Viona.

"Kenapa, iri bilang aja." Kata Iqbal ketus sambil melipat kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa dia?" Tanya Elin heran dengan sikap Iqbal.

"Hmm, sepertinya ada yang cemburu nih." Kata Viona mengerti sikap Iqbal.

"Dia siapa?" Tanya jevan kepada Nahda sambil menunjuk Iqbal.

"Kakakku." Jawab Nahda asal.

"Oo kakaknya, tapi sejak kapan kamu punya kakak?" Tanya Jevan.

"Sejak hari ini." Jawab Nahda.

"Nahda, kenapa kamu menyebutku begitu?" Tanya Iqbal tidak terima.

"Ya memang kakakku-kan, usiamu lebih tua satu tahun dariku." Jawab Nahda.

"Tidak, aku tidak mau jadi kakakmu." Protes Iqbal.

"Lalu mau jadi apa?" Tanya Nahda.

"Entahlah." Jawab Iqbal kesal.

"Kakakmu itu lucu ya." Kata jevan.

"Iya benar." Kata Nahda.

"Jangan terlalu dekat dengannya." Kata Iqbal ketus.

"Kenapa, dia temanku." Kata Nahda.

"Nahda!" Kata Iqbal kesal sambil menatap Nahda karena sudah terbakar cemburu.

"Hehehe, iya iya." Kata Nahda sambil berdiri dan pergi dari sana, kemudian di ikuti oleh Iqbal.

"Hahaha. Mereka sangat lucu." Kata Viona.

"Jadi mereka memang jadian ya?" Tanya Jevan.

"Tidak, tapi saling mencintai." Jawab Viona.

"Hmm, sayang sekali." Ucap jevan kecewa kerena orang yang ia sukai sudah mencintai orang lain.

"Kenapa? Apa kamu menyukainya?" Tanya Viona.

Jevan tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum saja.

"Aku pergi dulu ya." Kata Jevan sambil berdiri, kemudian melangkah pergi.

"Jadi dia menyukai Nahda." Kata Viona sambil cemberut.

"Apa kamu menyukai Jevan?" Tanya Elin.

"Hmm."

"Sudahlah lupakan saja, fokus saja dengan kuliahmu. Nanti kamu bisa jadi lemah karena mengenal cinta." Kata Elin menasehati Viona.

"Sok tahu. Cinta itu sangat indah, mana mungkin membuatku lemah? Lagi pula memangnya kamu sudah pernah mengalaminya apa?" Tanya Viona.

"Pernah."

"Hah, kapan? Dengan siapa? Kok aku gak tahu." Kata Viona terkejut.

"Ada deh." Jawab Elin.

"Heleh, paling cuma ngarang." Kata Viona.

......

Lina sedang di perpustakaan sedang sibuk membaca buku, duduk di bangku sendiri saja. Zidan yang melihat itu pun datang mengahampirinya.

"Assalamualaikum, Ukhti." Sapa Zidan diduk di samping Lina namun masih menjaga jarak.

"Waalaikumsalam." Jawab Lina menoleh sebentar kemudian fokus membaca lagi.

"Sendiri saja." Kata Zidan.

"Iya." Kata Lina masih fokus bembaca.

"Teman-temanmu pergi kemana?" Tanya Zidan.

"Tidak tahu." Jawab Lina tetap fokus membaca.

"Kok cuek, kenapa?" Tanya Zidan.

"Gak papa." Jawab Lina.

"Hmm, apa karena Lutfia? Dia bicara apa padamu?" Tanya Zidan namun tidak di jawab oleh Lina.

"Apa dia menghinamu lagi?" Tanya Zidan lagi namun Lina tetap diam.

"Jangan dengarkan apa yang dia katakan, sifatnya memang seperti itu." Kata Zidan lagi namun tetap tidak di respon.

"Lina!" Kata Zidan masih berusaha bicara namun Lina tetap diam.

"Oke. Aku tidak tahu apa yang di katakan Lutfia kepadamu. Aku tahu dia sangat membencimu, karena aku dekat denganmu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku hanya menyukai satu wanita saja dan itu kamu, Lin." Kata Zidan.

Deg

Lina terkejut mendengar perkataan Zidan namun dia tetap menetralkan perasaannya dengan tetap fokus pada bukunya.

"Aku juga tidak tahu pasti bagaimana perasaanmu kepadaku, mungkin kamu hanya menganggapku teman. Tapi tidak apa, aku ikhlas menerimanya. Terima kasih atas semuanya." Lanjut Zidan tapi tetap saja tidak mendapat respon dari Lina.

"Ya sudah jika kamu ingin sendiri, maaf sudah mengganggumu. Aku akan pergi, assalamualaikum." Kata Zidan lagi kemudian pergi karena tidak mendapat respon dari Lina dengan perasaan sedih, seakan ia di tolak begitu saja.

"Waalaikumsalam." Ucap Lina pelan.

"Kenapa kalimat itu menyedihkan, seperti kata perpisahan. Dan kenapa juga air mataku menetes. Zidan maafkan aku." Batin Lina sambil menangis dalam diam.

.....

Zidan sedang merenung di dalam kelasnya.

"Waktu masih sma dulu aku tahu kamu juga menyukaikukan, kemarin kamu juga baik. Tapi ada apa dengan hari ini, kamu berubah tidak seperti kemarin. Sebenarnya apa yang terjadi, pasti karena lutfia. Apa yang dia katakan kepada Lina. Tapi segala sesuatu bisa berubah seiring berjalannya waktu, mungkin juga perasaanmu begitu." Batin Zidan duduk bersandar di kursi sambil melipat kedua tangannya dengan pandangan lurus ke depan.

"Kenapa Zidan terlihat sedih begitu." Batin Nahda melihat Zidan dari tempat duduknya.

"Zidan ternyata kamu ada disini." Kata Lutfia tiba-tiba datang dan duduk di samping Zidan.

"Hah, kunti itu datang lagi." Batin Nahda melihat Lutfia.

"Aku ingin tanya padamu, apa yang kamu katakan kepada Lina?" Tanya Zidan.

"Apa, aku tidak mengatakan apa-apa." Jawab Lutfia.

"Jangan bohong." Kata Zidan.

"Kenapa kamu sangat peduli padanya?" Tanya Lutfia.

"Karena aku mencintainya." Jawab Zidan.

"Apa, jangan bercanda Zidan." Kata Lutfia.

"Aku tidak bercanda, sejak sma aku mencintainya dan sampai sekarang perasaan itu tidak berubah." Jelas Zidan.

"Zidan, apa kamu lupa, kita sudah di jodohkan sejak kecil." Kata Lutfia.

"Aku tidak peduli dengan perjodohan itu dan aku memanggapmu sebagai teman, tidak lebih." Kata Zidan kemudian pergi ke luar kelas.

"Zidan!" Teriak Lutfia memanggil Zidan namun tidak di respon.

"Bagaimana Zidan bisa mencintai perempuan seperti dia, aku tidak akan membiarkan mereka bersama." Kata Lutfia kemudian pergi keluar kelas.

"Apa yang akan dia lakukan?" Kata Nahda juga ikut pergi keluar kelas.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!