Assalamualaikum ukhti

Di kamarnya Nahda sedang bersiap-siap untuk berangkat kuliah, seperti biasa ia mengenakan gamis dan hijab instan yang lebar menutupi dada. Kali ini ia memakai gamis berwarna biru muda yang senada dengan hijabnya, yang terlihat cocok di pakainya menampakkan aura kecantikannya. Ia hanya memakai bedak tipis dan pelembar bibir yang transparan, meski begitu ia terlihat cantik tanpa memakai riasan sekalipun, kecantikannya alami memang.

Setelah selesai ia segera keluar kamar sambil mengendap-ngendap agar tidak ketahuan adik kecilnya yang suka menghambat kepergiannya untuk kuliah. Siapa lagi kalau bukan anak dari omnya Hanif yang di beri nama Aziz, kini usianya sudah satu setengah tahun.

"Hmm kayaknya aman." Kata Nahda melihat-lihat keadaan sekitar.

"Mbaaakk!" Teriak Aziz memangil Nahda sambil berlari menghampirinya.

"Haduh, bakal telat nih." Kata Nahda.

"Mana mbak, mana, itut." Kata Aziz dengan bahasanya sambil minta gendong.

"Gak bisa, mbak mau kuliah dulu. Nanti aja ya kalau mbak udah pulang main sama mbak." Jelas Nahda.

"Ndak mau, itut mbak, itut." Kata Aziz sambil memeluk Nahda di gendongannya.

"Bunda! Aziz ni, aku mau berangkat kuliah." Kata Nahda mencari Syifa.

"Haduh maaf, Na. Bunda ke toilet sebentar tadi." Kata Syifa.

"Ayo sini nak, mbaknya mau kuliah dulu." Kata Syifa hendak mengambil Aziz dari gendongan Nahda.

"Ndak mau, ndak mau." Kata Azis semakin mengeratkan pelukannya.

"Eh gak boleh gitu. Nanti kalau mbk udah pulang main sama mbknya, sekarang sama bunda dulu ya." Kata Syifa lagi.

"Ndak mau, ndak mau." Kata Aziz sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kemarin itu di beliin robot-robotan sama Ayah, kita lihat yuk." Kata Syifa masih berusaha membujuk putranya.

"Ndak mau." Kata Aziz tetap tidak mau lepas dari gendongan Nahda.

"Haduh makin panjang nih ceritanya." Kata Nahda.

"Ya udah kalau gitu ikut nganterin mbk deh, tapi ganti baju dulu ya." Bujuk Syifa lagi.

"Ndak mau." Kata Aziz tetap menolak.

"Ayo lah nak, kasihan mbknya itu."

"Ndak mau."

"Ya udahlah bunda kita berangkat sekarang, nanti telat." Kata Nahda.

"Ya udah kalau begitu, bunda ambil kunci rumah dulu." Kata Syifa pasrah.

Akhirnya Syifa menuruti permintaan putranya untuk mengantar Nahda ke kampus dengan naik taxi online yang sudah Nahda pesan.

.....

Rida sudah sampai di kampus, ia berjalan sendiri di halaman untuk menuju ke kelasnya. Tiba-tiba saja ada yang datang menghampiri dan menyapanya.

"Assalamualaikum cantik, selamat pagi." Sapa Aris sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam, Kak." Balas Rida sambil tersenyum juga.

"Sendiri aja, Temanmu mana?" Tanya Aris.

"Iya, sepertinya belum sampai." Jawab Rida.

"Hai hai hai, haaii. Selamat pagi." Kata Riyan tiba-tiba datang dan seperti biasanya ia menyela di tengah membelah jarak antara Rida dan Aris.

"Kebiasaan deh, kamu bisa berjalan di sebelah sana." Protes Aris.

"Terserah guelah." Kata Riyan.

"Nyebelin banget sih." Kata Aris sambil berjalan merubah posisinya di samping kanan Rida.

Rida hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kakak beradik itu.

Seperti biasa juga mereka berjalan bertiga dengan posisi Rida di tengah dan Riyan dan Aris selalu saja berdebat, sedangkan Rida hanya menyimaknya saja. Di saat itu mereka berpapasan dengan Rizal yang berjalan berlawanan arah dengan mereka. Rizal melihat Rida sebentar kemudian fokus pada jalan yang akan ia lewati, karena tahu Rida melihat dirinya juga, maka dari itu ia segera mengalihkan pandangannya. Sedangkan Rida melihat Rizal cukup lama hingga menengok ke belakang, tanpa menyadari bahwa Rizal melihat dirinya juga sebelumnya.

"Apakah dia benar-benar tidak peduli padaku." Batin Rida

"Ada apa, Rida?" Tanya Aris ikut menengok ke belakang melihat kearah pandangan Rida. Begitu juga dengan Riyan.

"Tidak, tidak ada apa-apa." Jawab Rida.

"Kenapa Rida melihat Rizal seperti itu? Apakah dia masih belum melupakannya?" Batin Riyan.

.....

Lina juga sudah sampai di kampus, ia baru saja turun dari mobil. Di saat ia akan memasuki kampus tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dan menghampirinya.

"Lina!" Seru seseorang.

"Eh, Zidan." Kata Lina melihat siapa yang memanggilnya.

"Kamu baru sampai ya?" Tanya Zidan.

"Iya." Jawab Lina.

"Ya udah, kita masuk yuk!" Ajak Zidan.

"Iya."

"Emm, kamu sendiri aja?" Tanya Lina.

"Iya, aku memang selalu sendirikan. Memangnya aku bersama siapa, kamu bertanya seperti itu?" Jawab Zidan kemudian kembali bertanya.

"Teman perempuanmu waktu itu." Jawab Lina.

"Teman perempuan? Oh waktu di depan perpustakaan itu?" Tanya Zidan.

"Iya."

"Entahlah, siapa peduli." Kata Zidan.

"Aku hanya peduli padamu saja." Kata Zidan pelan.

"Apa? Kamu mengatakan sesuatu?" Tanya Lina.

"Tidak, memangnya aku mengatakan apa?" Jawab Zidan kemudian bertanya kembali.

"Jika aku mendengarnya dengan jelas, kenapa aku bertanya, Zidan." Jawab Lina.

"Hehehe."

"Malah tertawa." Kata Lina.

.....

Akhirnya Nahda pun sampai di kampus setelah bekerja keras memisahkan dirinya dari adik kecilnya Aziz. Dan ternyata di depan gerbang kampus Iqbal sudah menunggunya sejak tadi.

"Assalamualaikum ukhti." Ucap Iqbal sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Waalaikumsalam Akhi." Balas Nahda sambil mengatupkan kedua tangannya juga.

"Lama sekali, kenapa baru datang?" Tanya Iqbal.

"Kenapa memangnya?" Tanya Balik Nahda.

"Aku menunggumu sejak tadi." Jawab Iqbal.

"Untuk apa?" Tanya Nahda.

"Untuk menyapa calon bidadari cantikku ini." Jawab Iqbal.

"Apaan sih, Kak. Jangan terlalu berlebihan." Kata Nahda sambil menunduk malu.

"Tidak berlebihan, kamu memang cantik dan manis." Kata Iqbal memuji Nahda.

"Gombal." Kata Nahda.

"Oh ya, tapi kenapa pipimu memerah." Goda Iqbal.

"Entahlah." Kata Nahda langsung pergi begitu saja meninggalkan Iqbal.

"Dia sangat menggemaskan." Kata Iqbal sambil berjalan menyusul Nahda.

"Nahda, tunggu!" Kata Iqbal sambil berjalan mengejar Nahda.

"Kenapa aku di tinggal?" Kata Iqbal lagi namun tidak di gubris oleh Nahda.

"Nahda!" Seru Iqbal.

#

"Aku bener-bener gak nyangka, bagaimana bisa Iqbal suka sama cewek tengil itu." Kata Monica melihat kedekatan Iqbal dan Nahda.

"Aku juga heran deh, selera Iqbal aneh banget." Kata Racel.

"Tapi aku gak akan biarin hubungan mereka berlanjut." Kata Monica.

"Apa yang ingin kamu lakukan, Mon?" Tanya Vero.

.....

"Liatin siapa, Yus? Serius banget." Tanya Indra.

"Hmm, aku hanya bisa memandanginya saja dari jauh." Kata Yusuf.

"Kamu ini, jika memang serius kenapa tidak di lamar saja." Kata Indra.

"Yang benar ajalah, dia baru masuk kuliah dan aku juga masih kuliah belum punya pekerjaan." Protes Yusuf.

"Yaa, akukan hanya memberi saran, dari pada di lihatin saja." Kata Indra.

"Aku tidak yakin, Dra. Lihat saja dia terlihat dekat dengan Iqbal, sepertinya mereka saling menyukai." Kata Yusuf kemudian pergi meninggalkan Indra.

"Hah, dia galau lagi." Kata Indra melihat kepergian Yusuf yang terlihat lesu.

"Hmm, bagaimana Nahda bisa di sukai banyak orang? Apa rahasianya ya? Sedangkan diriku, tidak ada satu pun cewek yang suka sama aku. Padahal aku juga tampan dan pintar, lalu apa masalahnya?" Kata Indra bicara sendiri.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!