Menagih hutang

Rida sedang duduk di bangku halaman sendirian sambil memainkan ponselnya, tak lama kemudian Rizal datang menghampirinya dan duduk di bangku sebelahnya.

"Ehem." Rizal berdehem memberi kode kepada Rida.

Sedangkan Rida menoleh sebentar melihat siapa orang yang berdeham kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Kok sendiri aja? Kedua bodyguardmu kemana?" Tanya Rizal sambil melihat Rida.

"Apaan sih." Jawab Rida tetap fokus pada ponselnya.

"Memang begitukan faktanya." Kata Rizal masih melihat Rida.

"Ada perlu apa menemuiku?" Tanya Rida tanpa mengalihkan pandangannya.

"Jawaban." Jawab Rizal mengalihkan pandangannya lurus kedepan.

"Tidak lelah memangnya?" Tanya Rida lagi.

"Tidak, sudah menjadi kebiasaanku." Jawab Rizal masih memandang ke arah depan.

"Dasar aneh." Kata Rida melihat Rizal sebentar.

"Yaa, aku memang aneh. Itu juga karena dirimu." Kata Rizal tetap memandang ke arah depan.

"Hah, apaan sih. Kenapa menyalahkan aku?" Tanya Rida heran sambil melihat Rizal.

"Aku tidak menyalahkanmu." Jawab Rizal masih dalam posisi yang sama.

"Lalu itu tadi apa?" Tanya Rida masih melihat Rizal.

"Fakta. Apa kamu masih tidak mau memaafkanku?" Jawab Rizal kemudian bertanya kembali sambil melihat ke arah Rida.

"Jika aku memaafkanmu, apakah kamu akan berhenti menggangguku lagi?" Tanya Rida.

"Yaa mungkin saja begitu." Jawab Rizal kembali memandang ke arah depan.

"Tapi kenapa?" Tanya Rida lagi.

"Karena aku merasa sangat bersalah kepadamu." Jawab Rizal masih memandang ke arah depan.

"Hanya itu?" Tanya Rida masih melihat ke arah Rizal.

"Iya, memangnya apa lagi?" Jawab Rizal kemudian bertanya kembali dalam posisi yang sama, memandang ke arah depan.

"Sebenarnya tidak hanya itu, aku merindukan dirimu yang dulu, Rida. Tapi kamu membenciku sekarang, tidak apa, aku akan memendam perasaan ini untuk menebus kesalahanku dulu" Batin Rizal.

"Aku memaafkanmu." Kata Rida setelah diam beberapa saat dan pandangannya melihat lurus ke depan.

"Terima kasih. Aku tidak akan mengganggumu lagi." Ucap Rizal kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Rida.

"Sebenarnya aku masih merindukanmu, Kak. Tapi mau bagaimana lagi, kau tidak ingin membuka hatimu lagi." Batin Rida sambil melihat kepergian Rizal dan tidak ia sadari air matanya menetes.

"Rida, sedang apa menyendiri di sini?" Tanya Riyan tiba-tiba sudah duduk di samping Rida.

"Tidak, aku menunggu Lina." Jawab Rida sambil menghapus air matanya dengan cepat.

"Apa kamu menangis?" Tanya Riyan.

"Tidak, hanya terkena debu." Jawab Rida.

"Tumben kak Aris tidak bersama denganmu?" Tanya Riyan.

"Tidak tahu dia pergi kemana." Jawab Rida.

"Baguslah kalau begitu." Kata Riyan.

"Kenapa memangnya?" Tanya Rida heran.

"Tidak ada yang ngajak ribut." Jawab Riyan.

"Hahaha. Masa sama saudara sendiri ribut terus." Kata Rida sambil tertawa.

.....

Lina berjalan sendiri hendak pergi ke perpustakaan, tiba-tiba saja Ifan sudah berjalan di samping Lina tanpa ia sadari.

"Lina, mau pergi kemana?" Tanya Ifan.

"Eh Ifan, aku ingin pergi ke perpustakaan." Jawab Lina sambil melihat siapa yang bertanya kepadanya.

"Kalau begitu bareng ya, aku juga ingin pergi ke perpustakaan." Kata Ifan.

"Iya, Fan." Kata Lina.

Mereka pun pergi ke perpustakaan bersama-sama sambil mengobrol. Sesampainya di perpustakaan ternyata Zidan menunggu Lina sejak tadi.

"Zidan, kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu perpustakaan?" Tanya Lina heran.

"Menunggumu." Jawab Zidan sambil tersenyum.

Lina hanya tersenyum menanggapinya kemudian menunduk karena malu.

"Ehem." Ifan berdehem karena di abaikan.

"Eh Ifan, kamu kuliah di sini juga. Bagaimana kabarmu?" Tanya Zidan.

"Untuk apa kamu menanyakan kabarku? Tidak usah sok akrab deh." Jawab Ifan ketus.

"Kamu masih belum berubah ternyata." Kata Zidan sambil tersenyum.

"Ada apa dengannya?" Tanya Ifan kepada Lina heran karena gaya bicaranya Zidan tidak seperti dulu.

"Tanya saja sendiri kepada orangnya langsung." Jawab Lina.

"Zidaaann!" Teriak seseorang menghampiri Zidan.

"Ada apa?" Tanya Zidan kepada orang tersebut.

"Aku mencarimu sejak tadi, ternyata kamu ada di sini." Jawab orang tersebut.

"Memangnya ada apa mencariku?" Tanya Zidan lagi.

"Aku ingin mengajakmu ke kantin." Jawab orang tersebut sambil tersenyum manis.

"Siapa gadis ini? Sepertinya dia sangat dekat dengan Zidan." Batin Lina.

"Kamu bisa pergi sendirikan." Kata Zidan.

"Iyaa tapi, aku ingin pergi bersama denganmu. Pasti kamu juga belum makankan, ayo kita pergi ke kantin sekarang!" Kata orang tadi sambil menarik tangan Zidan mengajaknya ke kantin.

"Lutfia, jangan menarik tanganku!" Kata Zidan melepaskan tangan orang yang menariknya bernama lutfia itu.

"Siapa peduli, sudah ayo!" Kata Lutfia kembali menarik tangan Zidan.

"Lutfia? Hmm nama yang bagus, dia juga cantik dan sepertinya sangat dekat dengan Zidan." Kata Ifan sengaja untuk memanas-manasi Lina.

Dan benar saja Lina terlihat kesal dan pergi masuk ke perpustakaan dengan langkah cepat.

"Lina terlihat kesal, apa memang dia menyukai Zidan? Atau mereka memang punya hubungan?" Batin Ifan.

.....

Nahda dan teman-temannya sudah berkumpul di meja kantin sedang asik menyantap makanan mereka sambil bercanda tawa. Jevan pun ikut bergabung dengan mereka, tidak lupa dengan Riyan dan Aris yang setia di samping Rida. Lina juga sudah berada di sana bersama dengan Ifan.

"Ehem, dengan mbak Nahda." Kata Iqbal tiba-tiba duduk di samping Nahda.

"Iya, ada perlu apa?" Tanya Nahda melihat sebentar melihat siapa yang bicara dan kembali fokus pada makanannya.

"Saya ingin menagih hutang." Jawab Iqbal.

"Hutang? Hutang apa? Saya tidak pernah berhutang kepada siapa pun." Tanya Nahda bingung.

"Menikahimu." Kata Iqbal berbisik.

Uhukk uhukk uhukk

Nahda tersedak kerena terkejut mendengar bisikan kata dari Iqbal.

"Pelan-pelan makannya, ini minum dulu." Kata Iqbal mengambilkan minum untuk Nahda.

"Baiklah, bisa kita lanjautkan pembicaraan kita?" Tanya Iqbal setelah Nahda selesai minum.

"Maaf, saya permisi ke toilet dulu." Jawab Nahda sambil berdiri kemudian pergi secepatnya.

Iqbal hanya tersenyum melihat tingkah Nahda.

"Kamu ngomong apa sama Nahda, Bal?" Tanya Viona penasaran.

"Bukan apa-apa." Jawab Iqbal santay kemudian meminum minuman milik Nahda.

"Baikalah aku pergi, sampai jumpa semuanya." Kata Iqbal kemudian pergi dari sana.

"Apa mereka berdua punya hubungan?" Tanya Jevan kepada Viona.

Bukannya menjawab, Viona malah bicara sendiri.

"Apa yang di katakan Iqbal? Aku benar-benar pesaran."

"Sebenarnya mereka punya rahasia apa sih?" Tanya Elin yang tak kalah penasarannya.

"Hmm, aku juga sangat penasaran." Kata Rida ikut nimbrung percakapan Viona dan Elin.

"Ada apa sih? Kok pada serius gitu, memang mereka itu siapa?" Tanya Aris heran dengan orang-orang yang ada di sana.

"Lina, memang Nahda punya hubungan apa dengan orang tadi, maksudku Iqbal?" Tanya Ifan kepada Lina yang ikut-ikutan penasaran.

Lina hanya menggelengkan kepala saja menanggapinya.

.....

"Kenapa aku bisa lupa, apa benar dia ingin menikahiku? Tapikan aku baru saja masuk kuliah. Yang benar saja, kenapa aku di pertemukan dengannya secepat ini. Aku harus bagaimana sekarang." Kata Nahda bicara sendiri di toilet.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!