Tunangan

Seperti biasa ketika sore hari Zidan pergi ke masjid dekat rumahnya, untuk mengajari anak-anak mengaji setelah solat asar hingga selesai. Karena dua tahun lalu ia pindah dari sma ke pondok pesantren dan neneknyalah yang memasukkannya kesana, itu pun tanpa persetujuan orang tuanya. Karena orang tuanya lebih mementingkan pekerjaannya dan jarang sekali meluangkan waktu untuk Zidan. Neneknya yang mengetahui itu dan melihat Zidan jadi anak yang tidak terurus, berusaha membujuknya untuk masuk ke pondok pesantren agar hidupnya bisa tertata. Sebenarnya ia masih ingin di pondok namun, karena orang tuanya memaksanya pulang dan kuliah, untuk melanjutkan bisnis milik papanya nantinya. Zidan pun terpaksa menuruti kemauan orang tuanya karena ia adalah anak tunggal.

"Assalamualaikum." Ucap Zidan sambil membuka pintu rumah setelah selesai mengajar ngaji anak-anak di masjid.

"Waalaikumsalam. Zidan, kamu sudah pulang." Kata Mila sambil menghampiri putranya.

"Mama, tumben udah pulang." Kata Zidan melihat siapa yang menjawab salamnya dan mencium punggung tangan ibunya.

"Hai, Zidan." Sapa Lutfia yang tiba-tiba datang.

"Lutfia, kamu ada disini." Kata Zidan.

"Iya, papa dan mamaku juga ada disini. Mereka sedang membicarakan pertunangan kita." Jelas Lutfia.

"Apa?" Tanya Zidan terkejut.

"Begini sayang, karena usia kalian masih sangat muda jadi kami memutuskan agar kalian tunangan saja dulu, dan menikahkan kalian setelah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan nanti." Jelas Mila.

"Lutfia, aku ingin bicara dengan Mama. Bisa kamu pergi dulu." Kata Zidan kepada Lutfia.

"Iya, aku tunggu di sana ya." Kata Lutfia sambil tersenyum kemudian pergi.

"Mama, kenapa gak bilang dulu sama aku?" Tanya Zidan.

"Kan mama baru saja mengatakannya." Jawab Mila.

"Tapi, Ma. Aku gak mau di jodohin sama Lutfia, lagian kenapa sih harus ada perjodohan segala. Ini udah modern, Ma. Udah gak jaman, biarkan aku memilih pasangan hidupku sendiri." Jelas Zidan.

"Kenapa memangnya? Kamu sudah berteman sejak kecil dengannya jadi, kamu pasti sudah mengenalnya dengan baikkan." Kata Mila.

"Justru itu, Ma. Aku gak mau." Kata Zidan.

"Apa kurangnya dia, cantik, pintar, berpendidikan dan baik." Kata Mila.

"Baik apanya, Mama belum mengenalnya. Dia seringkali menghina orang, akhlaknya sangat minim." Kata Zidan.

"Nanti kamu bisa membimbingnya setelah menikah." Kata Mila.

"Aku tidak yakin." Kata Zidan.

"Ma, Zidan mana?" Tanya Davit tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Ada disini, Pa." Jawab Mila.

"Zidan, ayo! Kamu sudah di tunggu." Kata Davit.

"Pa! Ma! Untuk kali ini saja aku mohon biarkan aku memilih pasangan hidupku sendiri, selama ini aku sudah menuruti kemauan kalian." Kata Zidan memohon.

"Tidak bisa." Kata Davit.

"Pa!"

"Papa bilang tidak, ya tidak." Kata Davit.

"Sudahlah, menurut saja. Lagi pula Lutfia sangat mencintaimu, dia hanya ingin menikah denganmu. Yakinlah dia pasti bisa berubah." Kata Mila lembut untuk berusaha membujuk putranya.

"Huft." Zidan menghela napas pasrah dan mengikuti kemauan kedua orang tuanya.

.....

Lina sedang duduk bersandar di tempat tidurnya sambil melamun, kadang senyum-senyum sendiri tidak jelas. Ia teringat momen-momen bersama Zidan saat di sma dulu, yang suka menjahilinya. Namun tiba-tiba saja raut wajahnya jadi sedih teringat jika pujaan hatinya itu akan di jodohkan dengan orang lain.

"Jadi begini ya rasanya jatuh cinta dan harus kehilangan. Sedih juga ternyata." Batin Lina sambil menatap lurus kedepan.

"Untuk apa hati ini mencintainya jika tidak akan memilikinya?"

"Masa kalimat mencintai tidak harus memiliki itu berlaku."

"Mikirin apa sih aku ini. Astaghfirulloh." Ucap Lina sambil memukul pelan kepalanya dengan bantal beberapa kali.

"Kenapa bayangannya Zidan tidak mau pergi? Kapan pun dan di mana pun aku berada pasti otakku isinya hanya Zidan. Tidak bisakah dia pergi dari pikiranku."

"Aku jadi pusing sendiri, bagaimana caranya melupakannya?" Kata Lina uring-uringan sendiri seperti cacing kepanasan.

"Ya Allah hapuskanlah rasa cinta ini dari hatiku jika aku tidak bisa bersamanya kelak, aku lelah memendam perasaan ini terus." Batin Lina sambil berbaring memeluk guling.

......

Zidan masih terus berpikir bagaimana caranya agar dirinya terbebas dari perjodohan ini sambil menyimak percakapan dari kedua orang tuanya dan kedua orang tua Lutfia.

"Zidan, mereka sudah menentukan tanggalnya, dan untuk membeli cincinnya kapan? Kita pergi bersama-sama ya." Kata Lutfia penuh semangat.

"Sebentar." Jawab Zidan.

"Maaf saya ingin menyampaikan sesuatu, saya keberatan dengan perjodohan ini." Kata Zidan mengungkapkan isi hatinya kepada kedua orang tuanya Lutfia.

"Zidan!" Kata Davit.

"Lho kenapa, Nak Zidan? Kalian sudah berteman sejak kecilkan." Tanya Dewi yang merupakan ibunya Lutfia.

"Iya, kenapa Zidan? Aku sangat mencintaimu, jika kamu tidak mau menikah denganku aku akan mati saja." Kata Lutfia sambil mengambil pisau buah yang ada di depannya.

"Lutfia!" Teriak Zidan sambil merebut pisau yang di pegang oleh Lutfia.

"Kamu ini bicara apa? Jangan bercanda, itu tidak lucu." Kata Zidan sambil menatap tajam Lutfia.

"Aku tidak bercanda, lalu kenapa kamu tidak mau menikah denganku? Apa kamu masih mencintai gadis kampungan itu?" Tanya Lutfia kesal.

"Dia bukan gadis kampungan, kamu itu yang kampungan. Tidak bisa menjaga sikap dan ucapanmu." Kata Zidan kesal.

"Ya aku minta maaf, aku janji aku akan berubah." Kata Lutfia pelan.

"Oke, aku pegang kata-katamu dan aku mau menikah denganmu tapi dengan syarat. Yang pertama kamu ubah gaya penampilanmu dengan lebih tertutup dan berjilbab." Kata Zidan.

"Maksudnya aku harus memakai pakaian seperti gadis kampungan itu, yang benar saja." Kata Lutfia.

"Kamu itu wanita muslim, wajib menutup aurat." Kata Zidan.

"Tapi panas jika pakai pakaian seperti itu dan pasti teman-temanku akan menertawakan aku." Kata Lutfia.

"Jika tidak mau, ya sudah." Kata Zidan sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Sebenarnya kamu itu serius mau menikahiku atau hanya ingin mempermainkanku saja?" Tanya Lutfia kesal.

"Sekarang aku yang bertanya, kamu itu serius mencintauku atau tidak?" Tanya Zidak tidak mau kalah.

"Tentu saja aku serius." Jawab Lutfia.

"Lalu apa tujuanmu ingin menikah denganku?" Tanya Zidan lagi.

"Kenapa kamu bertanya begitu?" Tanya Davit.

"Apa salahnya, setiap pernikahan pasti ada tunjuannyakan." Jawab Zidan santai.

"Baiklah akan ku lanjutkan saja syaratnya, bukan hanya menutup aurat saja, kamu harus rajin solat lima waktu, baca Quran juga dan sering-sering datang ke pengajian biar kamu bisa belajar ilmu agama." Kata Zidan.

"Sebanyak itu." Protes Lutfia.

"Kenapa, tidak sanggup? Itu sudah menjadi kewajibanmu, lagi pula itu juga untuk kebaikanmu sendiri." Kata Zidan.

"Yang di katakan Zidan itu benar, turuti saja. Papa sangat senang bisa memilihkanmu calon suami yang baik, seperti Zidan." Kata Budi.

"Tapi, Pa. Itu terlalu banyak, bagaimana aku bisa mengatur waktunya. Aku juga harus kuliah, belum lagi nanti jika mengerjakan tugas di rumah." Protes Lutfia.

"Kamu bilang kamu mencintaikukan, maka dari itu buktikan jangan hanya sekedar kata-kata saja. Cinta itu butuh perjuangan dan pengorbanan." Kata Zidan.

"Jika kamu bisa berubah maka aku akan langsung menikahimu tanpa bertunangan tapi, jika tidak ya jangan berharab, kamu bunuh diri pun aku tidak peduli. Lagi pula itu atas kemauanmu sendiri dan kamu yang merugikan dirimu sendiri." Lanjut Zidan.

"Zidan!" Kata Davit membentak putranya.

"Aku hanya memberi nasehat, Pa." Jelas Zidan.

"Lagi pula aku tidak yakin jika dia berani bunuh diri." Batin Zidan.

"Oke, siapa takut. Aku akan melakukan apa yang kamu katakan tadi tapi, kamu juga harus tepati janjimu untuk menikahiku jika aku berhasil berubah." Kata Lutfia.

"Ya tentu saja aku akan menepati janjiku." Kata Zidan.

"Akanku lihat seberapa seriusmu untuk berubah, aku yakin pasti bakal putus di tengah jalan." Batin Zidan.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!