Dasar cewek munafik

Seperti biasa setiap sore hari Nahda menghabiskan waktu bersama adik kecilnya Aziz.

"Bunda!" Teriak Nahda memanggil Syifa sedang di dapur.

"Iya, Na." Sahut Syifa dari dapur.

"Aziz aku ajak main keluar sebentar ya, Bun." Kata Nahda sambil mengendong Aziz.

"Iya, hati-hati ya." Kata Syifa.

"Iya. Assalamualakum."

"Waalaikumsalam."

Nahda membawa Aziz ke taman khusus untuk anak-anak bermain. Sesampainya di sana Aziz langsung turun dan berlari begitu saja.

"Aziz, jangan lari nanti jatuh!" Teriak Nahda sambil mengejar Aziz.

Aziz tidak mendengarkan ia terus saja berlari hingga benabrak seorang pria.

"Eh hati-hati, Dek." Kata pria itu menangkap Aziz yang hampir terjatuh.

"Hueee.." Aziz menangis karena terkejut.

"Cup cup jangan nangis, gak papa kok." Ucap pria itu sambil menggendong Aziz untuk menenangkannya.

"Aziz, makanya jangan lari." Kata Nahda menghampiri Aziz yang di gendong seorang pria. Pria itu pun segera membalik badannya setelah mendengar suara Nahda.

"Nahda." Kata Yusuf setelah melihat siapa pemilik suara itu.

"Loh, Kak Yusuf ternyata." Kata Nahda setelah tahu siapa orang yang menggendong Aziz.

"Cup cup jangan nangis, gak papa ini mbak ada di sini." Kata Nahda menghibur Aziz yang masih menangis di gendongan Yusuf.

"Iya udah jangan nangis ya, itu ada mbaknya." Kata Yusuf.

"Sini Aziz sama mbak." Kata Nahda mengambil Aziz dari Yusuf.

"Udah gak papa kok, apa ada yang sakit?" Tanya Nahda.

Aziz menjawabnya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya udah kita duduk dulu ya." Kata Nahda duduk di bangku dengan Aziz di pangkunya.

"Cucu, mimik." Ucap Aziz.

"Aziz mau mimik susu, sebentar mbak ambilkan." Kata Nahda sambil mengambil sebotol susu yang ia bawa di tasnya.

"Ini dia susunya." Kata Nahda sambil memberikan susu ke Aziz.

"Kakak, gak capek berdiri di situ?" Tanya Nahda.

"Hm, iya." Jawab Yusuf kemudian duduk di samping Nahda.

"Anak ini siapa, Na." Tanya Yusuf.

"Ini adek sepupuku." Jawab Nahda.

"Dia suka main sama kamu ya?" Tanya Yusuf.

"Iya, Kak. Sering banget kalau aku mau pergi, dia pasti minta gendong. Apa lagi kalau mau kuliah harus diam-diam perginya." Jawab Nahda.

"Saking sayangnya sama mbaknya sih." Kata Yusuf.

"Aku juga sayang sama kamu, Nahda." Batin Yusuf.

"Kakak sedang apa di sini?" Tanya Nahda.

"Tidak, hanya mengenang masa kecil." Jawab Yusuf.

"Hm iya juga ya, aku jadi teringat bunda." Kata Nahda.

"Memangnya bunda kamu sudah tidak ada?" Tanya Yusuf.

"Iya, beliau meninggal saat aku baru masuk sma." Jawab Nahda.

"Hm aku juga rindu dengan ayahku, bahkan aku tidak tahu wajahnya seperti apa. Beliau sudah meninggal sebelum aku lahir dan ibu juga tidak menyimpan fotonya." Kata Yusuf.

Seketika itu hening tidak ada lagi percakapan di antara mereka, hanya sibuk dengan lamunan mereka masing-masing.

"Mbak." Kata Aziz setelah puas minum susu.

"Iya, Dek. Adek mau main apa?" Tanya Aziz.

"Itu." Jawab Aziz sambil menunjuk prosotan.

"Prosotannya tinggi, Dek. Gimana mainnya." Kata Nahda binggung.

"Kalau main sama kakak mau gak?" Tanya Yusuf sambil tersenyum.

Aziz hanya memandangi Yusuf cukup lama kemudian memandang Nahda seakan minta izin.

"Boleh kok, kalau adek mau." Kata Nahda mengerti maksud Aziz.

Aziz pun segera minta di gendong oleh Yusuf.

"Ayo kita naik prosotan." Kata Yusuf sambil menggendong Aziz menaiki prosotan.

"Ayo kita meluncur." Kata Yusuf siap meluncur di atas prosotan dengan Aziz di pangkuannya.

"Hahahaha." Tawa Aziz senang.

"Lagi, lagi, lagi." Kata Aziz.

"Iya kita naik lagi." Kata Yusuf.

Sedangkan Nahda hanya melihat dari tempat ia duduk tadi.

"Hm, bagaimana Aziz mau main sama kak Yusuf ya? Padahal Aziz belum pernah melihatnya. Mungkin kak Yusuf itu di sukai anak kecil." Kata Nahda sambil terus memandangi Yusuf dan Aziz.

"Adek udah mainnya, nanti kakaknya capek." Kata Nahda menghampiri mereka setelah cukup lama.

"Lagi, lagi, lagi." Kata Aziz.

"Gak papa kok, Na. Asik juga main prosotan. Udah berapa tahun ya, terakhir kali kayaknya kelas tiga sd." Kata Yusuf.

"Mbak, mau ikut main juga gak seru loh." Kata Yusuf dengan suara menirukan anak kecil.

"Hihihi, kakak ini ada-ada aja." Kata Nahda terkekeh melihat tingkah Yusuf.

"Adek udah mainya, ayo kita pulang! Nanti di cariin ayah. Ayah pasti udah pulang." Kata Nahda membujuk Aziz.

"Ndak mau, lagi, lagi, lagi." Kata Aziz.

"Ayo, Dek. Kasihan itu kakaknya udah capek, udah sore juga. Waktunya mandi, di marahin bunda lo nanti." Kata Nahda masih berusaha membujuk Aziz.

"Udah ya, besok main lagi. Sekarang pulang dulu, ya." Kata Yusuf ikut membujuk Aziz.

"Ndak mau." Kata Aziz tetap menolak.

"Adek gak boleh gitu, ayo kita pulang!" Kata Nahda.

"Ndak mau." Kata Aziz sambil memeluk erat Yusuf.

"Ya udah gini aja deh, kakak anterin pulang gimana." Kata Yusuf.

"Jangan, Kak. Jadi ngrepotin Kakak nantinya." Kata Nahda.

"Gak kok, aku seneng juga main sama Aziz. Aku jadi terhibur." Kata Yusuf.

"Ya sudahlah, maaf ya, Kak. Jadi ngrepotin." Kata Nahda.

"Gak apa-apa, ayo kita pulang! Eh maksudnya aku anterin pulang." Kata Yusuf.

"Iya, Kak."

"Haduh, udah kaya jadi keluarga beneran." Batin Yusuf senang bukan main bisa bersama Nahda.

.....

Keesokan harinya di universitas Brahmawijaya begitu ramai sedang membicarakan sebuah foto yang beredar, membuat banyak orang heboh terutama penggemarnya Iqbal.

"Bukankan ini Inisial N, kekasihnya Iqbal."

"Iya bener, bagaimana bisa dengan laki-laki ini."

"Mereka sudah menikah, dan sudah punya anak juga."

"Apa-apaan ini. Penghianatan ini namanya."

"Aku gak bisa terima ini."

"Iya, aku juga."

.....

"Iqbal!" Teriak Monica memanggil Iqbal.

"Ada apa?" Tanya Iqbal datar.

"Apa kamu tahu berita heboh hari ini?" Tanya Monica.

"Berita apa?" Tanya Iqbal.

"Tentang Nahda." Jawab Monica.

"Memangnya Nahda kenapa?" Tanya Iqbal.

"Lihat ini." Jawab Monica sambil menyodorkan ponselnya.

"Siapa laki-laki dan anak kecil ini? Nahda tidak mungkin menghianatiku. Jika memang begitu dia pasti sudah mengatakannya kepadaku. Tapi bagaimana Nahda bersama laki-laki itu." Batin Iqbal berfikir sambil memandangi foto Nahda bersama seorang laki-laki dan anak kecil di ponsel Monica.

"Sebaiknya aku bertanya langsung saja." Batin Iqbal lagi.

"Ini ponselmu, ku kembalikan." Kata Iqbal mengembalikan ponsel milik Monica kemudian pergi begitu saja.

.....

Nahda setelah sampai di kampus tidak sengaja berpapasan dengan Yusuf, akhirnya mereka pun memasuki kampus bersama-sama. Seketika itu banyak orang yang menghampiri mereka dan bertanya-tanya layaknya wartawan.

"Wah jadi benar kalian sudah menikah."

"Sejak kapan kalian menikah?"

"Wah jangan-jangan kalian terciduk ya, bisa nikah muda."

"Trus mana anaknya gak di ajak kuliah."

"Apa?" Kata Nahda dan Yusuf heran sambil saling memandang.

"Bukankah kamu itu kekasihnya Iqbal, bagaimana kamu bisa menikah dengannya?"

"Apa kamu menghianatinya? Tega sekali kamu."

"Kekasihnya Iqbal? Jadi benar mereka punya hubungan." Batin Yusuf.

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Nahda binggung.

"Halah, gak usah pura-pura deh. Dasar cewek munafik." Kata seorang perempuan sambil mendorong Nahda.

Nahda pun terdorong hampir saja jatuh, untung saja Yusuf dengan sigap menahan Nahda agar tidak terjatuh. Kemudian mereka melempari Nahda dan Yusuf dengan makanan dan minuman yang mereka pegang.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!