Gagal move on

Zidan tidak bisa bicara lagi dengan Lina, ia hanya bisa melihatnya dari jauh saja. Belum lama ia bisa melepas rasa rindunya kepada pujaan hatinya itu, kini ia harus kembali menahan rasa rindunya lagi. Bahkan ia sering tidak fokus saat jam pelajaran, terlebih Lutfia yang selalu mengikutinya kemana pun ia pergi. Bahkan perjodohan mereka di lanjutkan oleh kedua orang tua mereka.

"Otakku tidak bisa berhenti memikirkan Lina, aku harus bagaimana. Dia selalu menghindariku." Batin Zidan sambil duduk melamun di kelasnya.

"Sepertinya dia memilih untuk mundur, lalu aku bagaimana? Aku tidak mau jika harus di jodohkan dengan Lutfia."

"Aku jadi pusing sendiri, aku harus cari cara untuk menyelesaikan masalah ini." Batin Zidan sambil menunduk dan memengang kepalanya dengan kedua tangannya.

"Hah, entahlah." Kata Zidan sambil menghela napas, kemudian ia mengambil ponselnya. Ia menelusuri kata-kata motivasi di media sosial untuk mencari petunjuk, agar bisa menyelesaikan masalahnya.

"Walau di genggam kuat, andai ia bukan milik kita, ia akan terlepas jua. Walau di tolak ketepi, andai ia untuk kita, ia akan datang jua. Itulah yang namanya jodoh." Batin Zidan membaca quotes yang ada di ponselnya.

"Apa benar begitu ya?" Tanya Zidan dalam hati sambil terhayut dalam lamunannya.

Setelah beberapa saat melamun ia kembali melihat ponselnya kembali.

"Allah telah mengatur semuanya, dan tidak akan pernah salah. Termasuk urusan jodoh."

"Jangan risau dalam urusan jodoh, Allah telah menyiapkannya untukmu. Isi penantianmu dengan belajar memantaskan diri."

"Jodohmu adalah cerminan dari dirimu, jika ingin mendapatkan jodoh yang baik maka terus perbaiki dirimu menjadi lebih baik."

"Percayalah, Allah tahu yang terbaik untukmu."

"Hmm, benar juga ya. Ngapain sih aku harus pusing-pusing mikirin ini, kalau emang jodoh pasti nanti akan bersama. Aku malah jadi bucin begini, Astaghfirulloh." Batin Zidan tersadar dengan apa yang ia lakukan.

"Lagi pula aku juga baru masuk kuliah dan masih perlu belajar ilmu agama lebih banyak lagi, malah mengejar cinta yang gak jelas. Emang dasar Zidan." Batin Zidan terkekeh sendiri.

.....

Rida sedang berjalan menuju ke kelasnya dengan membawa beberapa buku di tanganya, di arah yang berlawanan Rizal sedang berjalan terburu-buru dan tidak sengaja menabrak Rida yang membuat buku Rida jatuh.

"Eh maaf-maaf, aku gak sengaja." Kata Rizal kemudian mengambil buku-buku yang jatuh tanpa melihat siapa pemiliknya.

"Iya, tidak apa-apa." Kata Rida juga mengambil bukunya yang jatuh tanpa melihat siapa yang menabraknya. Ketika tinggal satu buku yang tersisa, tanpa sengaja mereka mengambilnya secara bersama. Seketika itu mereka pun saling memandang satu sama lain.

"Rida." Batin Rizal setelah melihat siapa pemilik buku itu.

"Kak Rizal." Batin Rida setelah melihat siapa yang menabraknya.

"Heh, hati-hati kalau jalan." Kata Aris tiba-tiba datang dan mengambil buku yang di pegang oleh Rida.

"Jangan asal nabrak orang aja." Kata Riyan juga ikut-ikutan, ia merebut buku yang Rizal pegang.

"Rida kamu tidak apa-apakan." Kata Aris.

"Apa kamu terluka." Kata Riyan.

"Kalian ini kenapa? Dia tidak sengaja dan sudah meminta maaf. Dia juga sudah membantuku mengambil bukunya." Jelas Rida.

"Tahu dari mana kamu, kalau dia tidak sengaja." Kata Aris.

"Iya, dia itu cuma modus aja. Jangan percaya." Kata Riyan.

"Heh, kamu jangan coba-coba mendekati Rida." Kata Aris.

"Iya, jangan sakiti dia lagi." Kata Riyan.

"Kalian ini bicara apa sih. Sudah ayo kita pergi!" Kata Rida sambil menarik lengan jaket yang Riyan dan Aris pakai dan mengajaknya pergi dari sana.

"Dasar Aneh." Kata Rizal kemudian pergi dari sana.

#

"Rida, kenapa menarik kami? Kita belum selesai memarahi orang itu." Protes Aris.

"Untuk apa?" Tanya Rida heran.

"Untuk menjagamu agar tidak tersakiti lagi." Jawab Riyan.

"Tersakiti dari siapa?" Tanya Rida.

"Orang tadi." Jawab Aris.

"Memang Kakak tahu dia itu siapa?" Tanya Rida.

"Tahu, namanya Rizal dan dia pernah menyakiti hatimukan." Jawab Aris.

"Rida, aku ingin tanya padamu. Apa kamu masih mencintainya?" Tanya Riyan namun tidak di jawab oleh Rida.

"Diammu berarti iya." Kata Riyan.

"Tidak." Kata Rida.

"Lalu kenapa kamu baik padanya?" Tanya Riyan lagi.

"Ya, karena aku sudah memaafkannya." Jawab Rida.

"Kamu memaafkannya begitu saja." Kata Aris.

"Iya, menyimpan dendam itu tidak baik." Kata Rida.

"Kamu yakin jika sudah tidak mencintainya lagi." Kata Riyan.

"Yakin." Kata Rida.

"Kalian ini kenapa sih? Gak usah ikut campur urusanku, kalian ini bukan siapa-siapa, jadi kalian gak punya hak buat ikut campur urusanku." Kata Rida kesal.

"Maaf Rida, bukan begitu." Ucap Aris.

"Tapi kita berteman, tentu saja aku peduli padamu. Aku hanya tidak ining kamu tersakiti lagi olehnya seperti dulu, jadi mulai jangan menemuinya lagi." Kata Riyan.

"Iya, terima kasih. Lagi pula siapa sih yang menemuinya, aku dengannya selalu saja bertemu tanpa sengaja." Protes Rida.

"Benarkah, kenapa begitu?" Tanya Aris.

"Gak tahu, jodoh kali." Jawab Rida kemudian pergi meninggalkan Riyan dan Aris.

......

Nahda sedang duduk di bangku halaman kampus sambil berbincang-bincang.

"Rida, kenapa Lina sering menyendiri sekarang? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Nahda.

"Iya, kamu tahu perempuan yang bernama Lutfia itukan. Dia penyebabnya." Jawab Rida.

"Apa yang dia lakukan?" Tanya Nahda.

"Dia kemarin maki-maki Lina, kacamatanya saja di buang olehnya. Dan dia mengaku katanya calon istrinya Zidan, dia bilang mereka sudah di jodohkan sejak kecil dan mengancam Lina agar tidak bicara dengan Zidan lagi." Jawab Rida.

"Kenapa orang seperti itu ada di mana-mana. Membuat pusing saja." Kata Nahda.

"Entahlah, mungkin memang begitu isinya dunia." Kata Rida.

"Kak Iqbal kemana, kok tidak terlihat?" Tanya Rida.

"Tidak tahu, biarkan saja." Jawab Nahda.

"Kamu senasip juga dengan Lina." Kata Rida.

"Entahlah, sebenarnya aku bingung. Kenapa aku bertemu dengannya sekarang, aku jadi lebih sulit mengendalikan perasaanku. Lebih baik mencintai dalam diam saja, dari pada saling berkomunikasi. Aku jadi tidak fokus belajar dan terbayang-bayang dosa terus." Kata Nahda.

"Siapa yang tahu dengan takdir seseorang." Kata Rida.

"Iya sih." Kata Nahda.

"Pindah universitas saja kalau begitu." Kata Rida.

"Pindah kemana, sejak dulu aku sangat ingin kuliah di sini. Dan aku di terima di sini rasanya aku sangat bahagia karena impianku tercapai. Masa pindah gitu aja." Jelas Nahda.

"Ya, aku hanya memberi saran." Kata Rida.

"Ya, aku pikir dia kuliah di luar negeri, ternyata kuliah di sini. Kalau tahu begitu aku juga tidak akan kuliah disini." Kata Nahda.

"Entah bagaimana nanti jika dia tetap menagih janji itu, aku belum siap menikah sekarang." Batin Nahda sambil menatap lurus kedepan.

"Aku pun tidak mengerti kenapa aku juga bertemu dengan kak Rizal disini. Kami juga sering kali bertemu dengan tidak disengaja, dan aku jadi begitu canggung." Kata Rida.

"Hah, apa kamu masih?" Tanya Nahda menggantungkan katanya.

"Entahlah, aku tidak mengerti, rasanya sulit untuk melupakannya. Aku jadi gagal move on terus." Jawab Rida sambil menatap lurus kedepan.

"Sepertinya kita perlu obat hati lagi. Kalau gak salah akan ada pengajian di sekitar sini." Kata Nahda.

"Oh iya, kapan?" Tanya Rida.

"Sebentar ku lihat dulu." Jawab Nahda sambil memeriksa ponselnya.

"Tiga hari lagi." Lanjut Nahda.

"Kalau begitu kita akan menghadirinya nanti." Kata Rida.

"Itu pasti, kapan lagi kita bisa belajar ilmu agama." Kata Nahda.

"Iya benar."

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!