Karena aku mencintaimu Rida

Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya Nahda dan Viona menemukan orang yang mereka cari.

"Itu dia Iqbal, tapi bersama Monica. Bagaimana sekarang?" Kata Viona sambil menunjuk ke arah Iqbal.

"Tunggu saja dulu setelah Kak Monica pergi." Kata Nahda.

"Hah, kamu ini tidak usah memanggilnya kak." Protes Viona.

"Diakan memang lebih tua dariku." Jelas Nahda.

#

"Apa orang tuamu mau menerimanya? Kamu belum tahu dia yang sebenarnya itu seperti apa, dia terlihat baik sekarang tapi kamu tidak akan tahu sisi lain darinya, jadi pikirkan lebih dulu sebelum mengambil keputusan." Kata Monica sambil berjalan di samping Iqbal namun, orang yang di ajak bicara tidak merespon sama sekali, malah mempercepat langkahnya.

"Iqbal!" Teriak Monica memanggil Iqbal, namun tetap saja tidak di respon.

"Tidak. Tidak bisa. Iqbal tidak boleh menikah dengan Nahda, aku harus melakukan sesuatu." Kata Monica kemudian pergi dari sana.

#

"Monica sudah pergi, ayo!" Kata Viona sambil menarik tangan Nahda.

"Tapi, Vi. Ini sudah waktunya masuk." Kata Nahda.

"Benarkah? Hah, ini semua gara-gara Monica." Kata Viona sambil melihat jam tangan miliknya yang ia pakai.

"Sudahlah, ayo kita ke kelas saja!" Kata Nahda.

"Lalu kamu bagaimana?" Tanya Viona.

"Entahlah, aku pikir nanti saja." Jawab Nahda

"Kamukan punya nomornya, bisa ngomong lewat telpon atau chat." Kata Viona.

"Iya, juga sih."

"Tapi kamu harus hati-hati sama Monica, kamu tahu sendirikan sifatnya bagaimana." Kata Viona.

"Iya, lagi pula memangnya dia mau berbuat apa?" Tanya Nahda heran.

"Kamu gak akan pernah tahu apa yang bisa dia lakukan. Jika dendam menguasai seseorang, pasti gelap hatinya bisa berbuat apa pun." Jawab Viona

"Benar juga sih." Kata Nahda.

.....

Setelah pelajaran terakhir selesai, Iqbal segera menemui Viona untuk menanyakan alamat rumahnya Nahda.

"Viona, bisa kau berikan alamat rumah Nahda sekarang." Kata Iqbal.

"Maaf aku buru-buru, nanti saja ya ku kirim lewat pesan." Kata Viona sambil berjalan meninggalkan Iqbal.

"Tapi Viona, aku butuh sekarang." Kata Iqbal lagi, namun tidak di respon oleh Viona.

"Ya sudahlah."

"Oh iya, bukankah nanti akan ada pengajian. Tentu saja Nahda akan menghadirinya, jadi besok sajalah aku pergi kerumahnya." Kata Iqbal teringat sesuatu.

.....

Rida sedang berjalan keluar kampus sendiri, tanpa sadar jika dirinya berjalan beriringan dengan Rizal. Begitu pun dengan Rizal, ia juga tak sadar jika berjalan beriringan dengan Rida. Tanpa sengaja ada seseorang yang berlari dari arah belakang Rizal dan menabrak dirinya, akhirnya dirinya terdorong ke arah Rida dan tak sengaja memeluk Rida.

"Eh."

"Astaghfirulloh." Ucap Rida terkejut.

"Maaf Rida, maaf, sungguh aku tidak sengaja. Ada yang mendorongku dari belakang, aku tidak bohong. Sungguh aku tidak sengaja, maafkan aku." Kata Rizal sambil mengangkat kedua tangannya, karena panik tidak sengaja memeluk Rida.

"E-i-iya. Tidak apa-apa, Kak." Kata Rida gugup.

"Em, aku pergi dulu." Kata Rida ingin pergi dulu, namun langkahnya terhenti karena seperti ada yang menarik jilbabnya.

"Aduh."

"Eh. E-Rida, jilbabmu nyangkut di resliting jaketku." Kata Rizal.

"Benarkah?" Tanya Rida pelan sambil menoleh ke belakang sebentar.

"Aku akan melepasnya, kamu diam saja di situ ya." Kata Rizal segera melepaskan ujung jilbab Rida.

"Aduh, kenapa susah sekali." Kata Rizal pelan kesulitan melepaskan ujung jilbab Rida yang nyangkut di resliting jaketnya.

"Ayolah, bagamana ini? Aku sangat gugup." Batin Rizal.

"Kenapa lama sekali?" Bakin Rida dengan perasaan yang tidak karuan.

"Huh, akhirnya." Kata Rizal setelah berhasil melepaskan ujung jilbab Rida.

"Sudah terlepas, kamu bisa pergi sekarang. Sekali lagi aku minta maaf ya." Kata Rizal.

"Iya, Kak. Terima kasih." Ucap Rida kemudian langsung pergi meninggalkan Rizal.

"Huft, kenapa ini terjadi padaku? Dan sepertinya aku mulai merindukannya." Batin Rizal sambil menatap kepergian Rida.

#

Tanpa mereka sadari Riyan sedang memperhatikan mereka sejak tadi.

"Apa ini? Mereka bermain drama lagi. Apa mereka pikir ini lokasi suting?" Kata Riyan kesal kemudian bergegas menghampiri Rida.

"Rida!" Teriak Riyan memanggil Rida.

"Sedang apa kau dengannya?" Tanya Riyan sambil berjalan beriringan dengan Rida.

"Hah, siapa?" Tanya Rida heran.

"Aku melihatnya sejak tadi, masih tanya siapa." Jawab Riyan kesal.

"Jika sudah melihatnya, kenapa bertanya?" Tanya Rida kesal.

"Jadi sebenarnya kamu ini sudah melupakan dia atau belum?" Tanya Riyan masih sedikit kesal.

"Kenapa kamu selalu menanyakan itu, apa urusanmu?" Kata Rida bertanya kembali masih kesal.

"Karena aku peduli padamu." Jawab Riyan kesal.

"Peduli. Selalu ikut campur urusan orang itu di namakan peduli. Aku baru tahu." Kata Rida.

"Kamu ini kenapa?" Tanya Riyan.

"Kamu yang kenapa? Selalu saja marah-marah tidak jelas, jika aku bertemu dengan kak Rizal. Lagi pula kamu itukan bukan siapa-siapa aku." Kata Rida kesal.

"Tentu saja aku marah, karena aku mencintaimu, Rida! Aku cemburu melihahatmu bersama laki-laki lain, kamu saja yang tidak peka." Kata Riyan kemudian menutup mulutnya, karena baru sadar jika dirinya mengatakan perasaan yang ia pendam selama ini.

"Apa?" Tanya Rida tak percaya.

"Tidak, lupakan saja." Jawab Riyan sambil menyilangkan kedua tangannya dan memalingkan wajahnya.

"Sejak kapan, Yan?" Tanya Rida.

"Sejak sebelum kamu kenal Rizal dan aku hanya jadi ladang curhatmu saja. Menyebalkan." Jawab Riyan ketus dan masih dalam posisi yang sama.

"Maaf, Yan. Aku tidak menyadari itu." Ucap Rida pelan.

"Maaf katamu. Seandainya kau menyadari itu, apa kau akan membuka hatimu untuk ku?" Tanya Riyan namun tidak di jawab oleh Rida.

"Tidakkan. Di hatimu hanya ada Rizal saja, iyakan." Kata Riyan menebak jawaban Rida dari pertanyaannya.

"Aku tersiksa dengan perasanku sendiri." Kata Riyan lagi.

"Jika begitu, berhentilah mencintaiku. Maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu dan menyakiti hatimu hingga saat ini." Kata Rida.

"Apa kamu pikir mudah? Melakukan sesuatu itu tidak semudah mengatakannya, tahu." Kata Riyan kesal.

"Iya, aku tahu itu. Tapi jika ada usaha, niat dan tekat pasti bisa." Kata Rida.

"Huft." Riyan menghela napas kasar.

"Apa kamu benar-benar tidak bisa membuka hatimu untuk orang lain, Da?" Tanya Riyan pelan.

"Aku tidak tahu, aku masih ingin fokus untuk kuliah dan belum memikirkan itu." Jawab Rida.

"Tapi saranku, sebaiknya berhentilah mencintaiku dan cobalah untuk melupakan aku." Lanjut Rida.

"Kenapa?" Tanya Riyan.

"Karena aku tidak bisa memberimu harapan, kamu sudah begitu baik padaku. Aku tidak ingin terus menyakiti hatimu." Jawab Rida.

"Terima kasih karena selama ini kamu selalu ada untukku dan menjadi teman yang baik untukku." Lanjut Rida.

"Sekali lagi aku minta maaf, Yan. Aku pergi dulu, assalamualaikum." Ucap Rida kemudian pergi meninggalkan Riyan.

"Waalaikumsalam." Ucap Riyan pelan sambil menatap kepergian Rida.

"Huft. Entahlah." Kata Riyan kemudian pergi dari sana.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!