MENIKAHI PERAWAN TUA

MENIKAHI PERAWAN TUA

PERGI SELAMANYA

Kebahagian yang Ifal dan Ratna rasakan tidak ternilai rasanya saat pernikahan yang sudah dua tahun dijalani penuh cinta akhirnya mendapatkan kabar kehamilan.

Ratna menjalani kehamilan dengan penuh kebahagian, begitupun dengan Ifal yang pergi pagi untuk bekerja pulangnya langsung bertemu istrinya.

Rumah kecil keduanya penuh kebahagian, tapi semuanya berubah saat hari Ratna melahirkan.

Tangisan Ifal pecah memeluk bayinya yang baru saja lahir, tangisan bayi perempuan juga terdengar.

"Sabar Fal," bujuk Ibunya yang memeluk erat Putranya.

"Ya allah, sabar Bu." Bapak Ratna memeluk istrinya yang jatuh pingsan.

Kepala dokter menggeleng, Ratna dinyatakan meninggal setelah satu jam ditangani setelah lahiran, dia mengalami pendarahan hebat.

"Tidak, Ratna wanita yang kuat." Ifal langsung memberikan anaknya kepada ibunya lari ke dalam ruangan melihat istrinya sudah ditutupi kain putih.

Tangisannya pecah memeluk wanita yang sangat dicintainya, wanita yang sabar, baik, juga penuh cinta.

"Sayang bangun, bagiamana aku dan anak kita. Kamu tidak boleh pergi meninggalkan kami."

"Istighfar Nak," tegur bapak.

Tubuh Ifal terlalu lemas, istrinya meninggal setelah melahirkan anak pertama mereka, buah hati yang dinantikan selama dua tahun ini.

Teriakkan seorang wanita terdengar saat tiba di kamar duka, membuka penutup wajah melihat adik perempuannya terbaring tidak berdaya.

"Ratna, buka mata kamu. Jangan bercanda, Kakak tidak suka melihatnya." Mata Relin berkaca-kaca menyentuh tangan adiknya yang sudah dingin.

Bapak memeluk Relin, memintanya sabar. Ini sudah takdirnya Allah sehingga keluarga harus menerima.

Tangisan bayi terdengar, Relin menatap bayi yang sedang digendong oleh Ibunya Ifal. Terlihat sekali bayi merasakan kesedihan.

Keluarga besar pulang membawa Ratna kembali, tapi dia tidak pulang ke rumah yang biasanya menjadi tempat bersenda gurau bersama suaminya.

"Sayang, maafkan aku. Waktu kita begitu singkat," ucap Ifal masih belum bisa ikhlas sepenuhnya.

Punggung Ifal diusap oleh Bapak Ratna menguatkan. Dia lelaki yang kuat, harus ikhlas.

"Kita antarkan Ratna ke tempat peristirahatan terakhirnya sebelum langit gelap." Bapak mengusap keranda yang berisikan anaknya.

Di mobil yang berbeda Relin mengusap wajahnya yang mencoba kontrol diri, adik yang begitu disayanginya pergi begitu cepat.

"Lin, bagaimana nasib anaknya Ratna?"

"Kita ambil saja Bu, Relin bisa menghidupinya."

"Masalahnya Ifal setuju tidak?" Ibu mengusap air matanya melihat bayi yang ada pada besannya.

Seluruh keluarga berkumpul di rumah menyambut kedatangan jenazah yang akan segera dimakamkan.

"Kasihan Ifal, dia masih muda sudah jadi duda, Ratna juga masih muda sudah meninggal. Beda sekali dengan Relin yang sudah tiga puluh tahun belum menikah," sindir keluarga dari Ratna yang tahu betul bedanya Ratna dan Relin.

Ratna wanita lembut yang penuh kasian sayang, sedangkan Relin wanita keras yang menghabiskan waktunya untuk bekerja, dia begitu terkenal dengan kemapanannya, tapi tidak luput dari sindiran orang karena belum juga menikah.

"Bagaimana nasib anaknya Ratna, Ifal harus menikah lagi," ucap salah satu keluarga.

"Sudah jangan membicarakan baik dan buruk apalagi membandingkan, kita sedang berduka," tegur seorang wanita tua yang merasa risih mendengar omongan soal Ratna dan Relin.

Kedua memang memiliki sikap yang berbeda, tapi saling menyayangi. Relin tidak segan membantu Ratna tanpa dia minta, membelikan segala kebutuhan adiknya yang sedang hamil. Selama mengandung peran Relin sangat banyak.

Pakaian hitam terbalut di tubuh Relin, hijab menutupi kepalanya. Dia meneteskan air mata teringat adiknya yang selalu menegurnya untuk berhijab.

"Kak Relin cantik berhijab," kata yang selalu Ratna ucapkan tiap kali melihat kakak perempuannya menggunakan hijab jika ada acara di rumah keluarga.

"Na, kenapa begitu cepat. Kak Lin rindu kamu,' batin Relin tidak bisa menhan air matanya.

Ibu Relin jatuh pingsan berkali-kali tidak sanggup ditinggalkan putri bungsunya, tidak sanggup menemani Ratna sampai ke tempat peristirahatan terakhir.

''Kat Lin, Ratna sudah menjadi penghuni syurga," ucap Bibi Relin yang mengusap punggung perawan tua yang sibuk bekerja.

Segala prose pemakaman dilakukan, Ifal menatap wajah istrinya untuk terkahir kalinya, dia melihat wanita yang paling dicintainya pergi untuk selamanya.

Relin mengusap wajah adiknya, masih belum rela ditinggalkan oleh Ratna. Tidak ada yang memahami dirinya selain Ratna, dia satu-satunya orang yang tidak akan bertanya kapan menikah, sudah tua belum berumah tangga, nanti tidak punya anak dan banyak perutnya yang terasa seperti sindiran.

"Sudah Lin, ikhlaskan. Bibi memeluk Relin agar membiarkan kain kafan menutupi Ratna seutuhnya.

Air mata Ifal jatuh di pipinya, matanya terpejam masih teringat senyuman istrinya yang begitu indah, wanita surga yang sellau ada di hatinya.

"Aku sangat mencintaimu Na, tapi Allah lebih sayang kamu. Terima kasih sudah berjuang memberikan kesempatan aku menjadi seorang ayah." Bibir Ifal bergetar mengusap air matanya.

Hujan gerimis turun, tapi tidak mengurungkan proses pemakaman Ratna yang dilakukan cukup cepat. Tidak ada keluarga yang harus ditunggu karena seluruh keluarga hadir.

"Na, kakak pasti akan merindukan kamu," batin Relin memeluk batu nisan.

Ifal juga duduk mengusap gundukan tanah. Saat ini dia tidak bisa memeluk wanita yang dicintainya lagi, hanya kenangan yang tersisa.

"Sayang, aku rindu. Ratna aku sangat merindukan kamu," batin Ifal yang meletakkan kepalanya di gundukan tanah.

Pertama kalinya bagi Relin melihat wajah Ifal suami adiknya dari jarak yang begitu dekat, dia wanita yang sangat cuek dan tidak menyukai pria sebaik apapun.

"Ifal ikhlas, jangan ditangisi lagi." Ibu Ifal mengusap punggung anaknya yang memeluk erat makam istrinya.

"Sekarang Ifal harus bagaimana Bu, aku harus mulai dari mana?"

"Ibu tahu kamu sedang berduka, tapi pikirkan juga nasib anakmu. Dia juga sama sedang kehilangan," tegur Ibu yang kasihan terhadap cucu perempuannya.

Mata Ibu menatap Relin yang masih duduk meremas tangannya, terlihat ada gelang yang Relin genggam. Hubungannya dengan Ratna begitu dekat membuatnya begitu kehilangan.

"Jangan menangis, kamu pasti Relin yang sering Ratna ceritakan. Kakak perempuannya yang paling baik," puji Ibu yang mengusap wajah Relin lembut,

"Maafkan segala salah dan khilaf Ratna ya Bu, doakan adik kesayangan Relin dilapangkan kuburnya, ditempatkan di sisi orang yang beriman." Tangisan Relin pecah, dia tidak kuasa menahan kesedihannya lagi sampai ambruk pingsan

Ibu kaget meminta Ifal segera bangun membawa Relin yang jatuh pingsan ke mobil. Cepat Ifal berdiri mengusap air matanya menggendong Relin yang akhirnya pingsan setelah berjuang untuk kuat dan menahan diri untuk ikhlas meskipun itu sulit.

"Fal, Ibu tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya, tapi ibu harus mengatakan. Kenapa kamu tidak menikahi saudaranya Ratna, dia satu-satunya yang pantas untuk menjaga putrimu dan Ratna," ucapan Ibu yang mengejutkan Ifal dan bapaknya mata Relin masih belum sadarkan diri di mobil.

"Bu, apa yang kamu katakan," tegur Bapak tidak setuju.

"Apa Ifal bisa menjaganya sendiri, apa Bapak rela anaknya Ratna dijaga orang lain, apa Bapak dan Ifal bisa terima jika anak itu tubuh tanpa seorang ibu." Tatapan ibu serius meminta Ifal memikirkannya.

***

Follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Xera

Xera

baru baca,, sangay menyentuh sekali

2024-04-24

0

G

G

lanjut thor

2024-04-15

0

G

G

kok blm up thor?

2024-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!