ORANGTUA DAN MERTUA

Air mata Ifal menetes saat melihat rumahnya sekarang sunyi tanpa suara Ratna yang biasanya menyambut kepulangannya.

"Di mana kamar Relin, Fal."

Cepat Ifal mengusap air matanya yang jauh, mencoba tenang karena tidak ingin membuat Relin juga sedih.

"Mbak Relin, Ifal mau minta maaf sebelumnya karena melibatkan dalam maslaah ini. Ifal sangat mencintai Ratna, tidak mudah digantikan ...."

"Aku tidak menggantikan siapapun Fal, keberadaan ku di sini bukan untuk kamu, bukan menggantikan Ratna sebagai istri, tapi aku hanya menjalankan kewajiban sebagai seorang kakak." Mata Relin berkaca-kaca, dia tidak bisa menjadi istri yang baik karena tujuan pernikahan bukan untuk melanjutkan rumah tangga, tapi mengurus Rania.

Jika nanti ada wanita yang bisa membuat Ifal siap melanjutkan hidupnya, siap menikah lagi dengan wanita pilihannya maka Relin siap menceraikan.

Tugas Relin hanya membesarkan Rania, sisanya masih sama seperti sebelumnya. Dia wanita mandiri, sudah biasa mengurus hidupnya.

"Di mana kamar aku?" tanya Relin kedua kalinya.

"Mbak tidur di kamar Ratna bersama Rania, sedangkan Ifal di kamar satunya. Rumah ini hanya ada dua kamar."

"Kamu saja di kamar Ratna, aku yang mengunakan kamar satunya. Lebih baik kamu istirahat," pinta Relin yang bisa mengurus segalanya.

Bayi kecil yang baru hitungan minggu diletakkan di atas ranjang yang lusuh, lama Relin menatap wajah Rania yang begitu malang.

"Nia, kamu tidak lahir dari rahim Bunda, tapi percaya Bunda akan mencintai kamu seperti Ibu Ratna." Air mata Relin jatuh kembali, bohong jika dirinya kuat, sungguh hati Relin tidak baik-baik saja.

Pernikahan yang seharusnya tidak terjadi harus dijalaninya, tapi siapa yang bisa dirinya salahkan.

"Ya allah, ujian ini terlalu berat." Dada Relin sedak kehabisan udara.

Tangisan Rania terdengar, langsung ditepuk pelan agar tidur kembali. Rani tidak rewel sejak bayi, jika dia menangis pasti karena kainnya basah atau haus.

"Tidak ada waktu lagi untuk menangis, sekarang harus fokus mengurus kamu." Kecupan mendarat di pipi Rania yang sudah tidur kembali.

Ketukan pintu kamar Ifal terdengar, dia memang tidak tidur karena merindukan Ratan masih memeluk fotonya erat.

Foto langsung disimpan di bawah bantal, Relin melangkah pergi karena pintu lama terbuka.

"Mbak membutuhkan sesuatu?" tanya Ifal.

"Sampai kapan kamu akan menangis, Rania saja tidak cengeng," tegur Relin yang langsung melangkah pergi sambil membawa botol susu.

Semalaman Relin terjaga membuat desain baju karena dia menjalankan bisnis butik, sekaligus menjadi desainer utama di butik pribadinya.

"Apa Rania rewel, Mbak?"

"Tidak, aku hanya tergantung suara lamu yang tidak kedap suara, kamar kita bersebelahan jadi berisik," balas Relin yang terlihat baik-baik saja.

Tidak heran dia disebut wanita tangguh karena sangat hebat menutupi sakitnya, terlihat kuat dengan banyaknya pekerjaan dan masalah.

"Kamu kerja tidak hari ini? Jangan terlalu lama libur nanti dipecat," tegur Relin yang sebenarnya tidak tahu Ifal kerja apa.

"Aku shif malam Mbak, apa Mbak Relin mau kerja, Rania bisa tinggal bersamaku," ucap Ifal yang merasa tidak enak merepotkan.

Sesuatu diletakkan di ranjang, Ifal mengambil kertas yang tertulis daftar kebutuhan Rania dan rumah.

"Besok ada Mbak Atik yang akan membantu di sini karena dia sebelumnya pernah kerja di rumahku, kebetulan rumahnya dekat sini."

"Maaf Mbak, Ifal harus jujur soal keuangan yang tidak baik-baik saja. Motor Ifal masih kredit, jika harus bayar pembantu dan membeli bahana makanan ini sepertinya tidak cukup," ujarnya jujur karena kehidupannya dengan Ratna begitu sederhana.

Helaan napas Relin terdengar, dia tidak mempermasalahkan berapa gaji Ifal, tapi jangan pernah melarangnya untuk bekerja, dan Rania menjadi prioritas utama Relin.

"Soal pembantu aku yang urus soalnya biaya makan kamu yang urus, kita bisa bagi rata."

"Mbak, Ifal bertanggung jawab atas keperluan Mbak, dan Rania ...."

"Tidak perlu menghiraukan aku, penuhi tanggung jawab kamu sebagai ayah. Aku sudah biasa menanggung hidup sendiri." Relin meminta Ifal menjaga Rania, dia pulang siang.

Kepala Ifa tertunduk, duduk dipinggir ranjang dengan perasaan sedih. Dirinya yang terlahir dari keluarga biasa, hanya lulusan SMA apa pantas hidup bersama Relin yang lulusan S2.

Ratna banyak cerita soal hebatnya Mbak Relin yang sudah pintar sejak kecil, dia lulus kuliah menggunakan beasiswa hingga lanjut S2 di luar negeri punya bisnis sendiri, meskipun Ifal tidak tahu kerja apa.

"Ya allah, aku tidak mampu menafkahi keluarga, apa layak dibilang suami," batin Ifal yang ingat beberapa kali Ratna meminjam uang kepada Relin, terkadang Relin yang datang memberikan uang dan kebutuhan pokok.

Selama Ratna hamil, Relin berperan besar memenuhi segala kebutuhan, dan dia yang membelikan semua kebutuhan baby yang akan lahir.

"Fal, sarapan sudah aku siapkan di dapur, kamu makan dulu. Jam delapan Rania bangun, jangan lupa dimandikan, minum susu. Smeuanya sudah aku siapkan."

"Iya Mbak, hati-hati di jalan." Ifal tersenyum mantap Relin yang sudah rapi untuk ke kantornya.

Di depan rumah sudah menunggu ibu mertua Relin yang tersenyum lebar. Rumahnya tidak terlalu jauh sehingga dia langsung datang.

"Kamu mau kerja, Lin?"

"Iya Tante, aku permisi dulu."

"Nia sudah mandi belum, bagaimana jika Ibu tinggal bersama kalian?"

"Ibu, kenapa ke sini?" tanya Ifal.

Relin menatap Ifal, Ibunya ingin tinggal di rumah yang sangat kecil, hanya punya dua kamar hal yang mustahil.

Belum sempat Ifal mengiyakan, Relin langsung menolak. Dia tidak bisa banyak orang di rumah.

"Besok ada Bi Atik yang datang untuk menjaga Rania, jadi tidak butuh tambahan orang." Relin tersenyum menolak secara langsung.

"Itu catatan apa Fal, coba ibu lihat."

"Lin rasa tidak perlu tahu Bu, ini urusan rumah tangga." Senyuman Relin terlihat meminta Ifal menolak melalui matanya.

Ifal menyembunyikan kertas yang berisikan daftar kebutuhan bulan yang membuat ibu ibunya ingin tahu.

Relin pergi bersama mobilnya, tatapan sinis ibu nampak melirik Ifal yang melangkah masuk kembali.

"Rumah kecil begini, apa butuh pembantu, dulu juga Ratna mengurusnya sendiri," tegur Ibu yang tidak ingin gaji Ifal habis untuk biasa asisten rumah tangga.

"Relin sibuk kerja Bu, dia tidak punya waktu mengurus rumah. Nanti biar Ifal yang berkemas." Belum jamnya bangun, Nia sudah rewel karena merasa risih dengan tubuhnya yang gatal bau ompol.

Ibu hanya menatap Ifal yang mencoba melemaskan kain penutup, tidak ada sedikitpun niat ibunya membantu.

"Bu, bisa bantu Ifal memandikan Rania tidak, soalnya masih takut melihat tali pusarnya belum lepas."

"Ibu ini sudah tua Fal, tangan ibu nanti gemetaran dan membahayakan Nia, lebih baik kamu usap saja tubuhnya jangan dimandikan, lagian di masih bayi belum bisa main dan berkeringat." Ibu pamit pulang karena dia harus ke pasar untuk belanja kebutuhan rumah.

Sikap ibu berubah total saat di depan Relin dan depan Ifal, saat bersama Ratna dulu ibunya baik dan tidak ragu membantu Ratna.

"Apa karena aku tidak punya uang sampai semua orang menjauhiku," batin Ifal tetap berusaha untuk memandikan putrinya.

Dia bisa mengurus anak, harus bisa. Nia tanggung jawabnya sebagai orang tua. Tidak boleh merepotkan orang lain.

"Maafkan Ayah Nia belum bisa mengurus dengan baik, ini pertama kalinya bagi ayah. Nia jangan khawatir karena Ayah akan terus belajar." Pelan-pelan Ifal memandikan putrinya sampai selesai.

Benar kata Relin jika Nia bayi yang sangat baik. Dia tidak rewel saat mandi, tidak menangis saat dibajui.

"Assalamualaikum Fal, kamu lagi apa?"

"Mengenakan Nia baju Pak, dia baru selesai mandi."

"Mana Relin, bukannya Relin yang mengurusnya tidak becus sekali, beda dengan Ratna yang bisa melakukan banyak hal." Kepala Bapak geleng-geleng langsung ke belakang mencari makan.

"Ternyata sarapan sudah disiapkan, rasanya cukup enak."

"Kenapa Bapak ke sini, tumben sekali."

"Kamu punya rokok tidak?"

"Ifa tidak merokok, tidak baik juga karena ada bayi di sini." Mata Ifal melihat makanan yang disiapkan oleh Relin diambil semua.

Bapak menegur Ifal untuk tidak terlalu lebay, Nia tidak mungkin celaka hanya karena terkena asap.

Sesekali lelaki itu harus tegas kepada istri agar menurut, Ifal jangan mau diminta mengurus anak sedangkan istrinya pergi keluyuran.

"Relin bekerja Pak, jangan bicara buruk tentangnya."

"Memangnya kamu tahu pekerjaan Relin, coba ingat-ingat gosip kampungnya soal Relin. Dia dijuluki gadis tua karena apa?"

"Pak cukup, Ifal tidak ingin tahu." Wajah Ifal tiba-tiba kesal, dia tidak menyangka bapaknya bersikap seratus delapan puluh derajat.

Sebelum menikah dia selalu bersikap baik kepada Relin, dan sekarang menjelekkan. Sebenarnya seperti apa watak orangtuanya terhadap Ratna.

Baru saja Ifal ingin ke kamar, bapak menghentikannya meminta uang rokok. Ifal menarik napas panjang karena dia beberapa hari ini tidak bekerja karena mengurus pemakaman.

"Pak, uang simpanan Ifal habis karena biaya lahiran, sekarang Ifal lagi tidak punya uang," ucapnya.

"Bagaimana bisa, istrimu kaya. Dia punya mobil, rumahnya bagus, memang dasar pelit. Beda sekalian dengan Ratna yang selalu memberikan uang rokok," ketus Bapak bergegas pergi.

Kening Ifal berkerut, Ratna tidak pernah cerita kepadanya jika bapaknya sering minta uang rokok.

Tiap kali Ifal tanya Ratna selalu mengatakan uang bulanan cukup, dan tidak pernah mengeluh kurang.

"Ratna, apa keluargaku memperlakukan kamu dengan baik," batin Ifal yang merasa bersalah.

Dia bekerja pagi pulang malam, kadang pergi sore pulang pagi. Keluarganya nampak begitu bahagia, belum satu bulan kepergian Ratna watak kedua orangtuanya sungguh keterlaluan.

"Apa bapak tidak kasihan kepadaku, kenapa mereka memaksa menikahi Relin." Jantung Ifal berdegup kencang, ternyata dirinya tidak mengerti Ratna sama sekali.

Sara salam dari luar terdengar, Ifal masih menggendong putrinya membuka pintu melihat ojek mengantarkan makanan.

"Dari siapa Pak?"

"Ibunya Ratna, dia bilang Relin jarang masak makanya diantar makanan untuk kamu." Ojek yang biasanya mengantar Ratna pulang ke rumah orangtuanya ikut berduka dengan kepergian Ratna.

"Terima kasih Pak, jika ketemu Ibu katakan terima kasih juga. Relin sudah masak dari pagi." Senyuman Ifal terlihat membawa makanan dari mertuanya.

Ada banyak makanan dan kebutuhan Rania, perlakukan mertua dan orangtuanya sungguh beda, air mata Ifal sampai jatuh tidak bermaksud membandingkan, tapi sungguh terasa bedanya.

***

Follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Mus Zuliaka

Mus Zuliaka

ooo aq tau, psti orgtua ifal sring mnta uang sm Ratna, mkanya Ratna sring pnjam uang sm Relin. nah skrng mnta uang sm Relin psti bkal gk dikasi. 😅

2024-03-05

0

Jamil Azhari

Jamil Azhari

Ada misteri dibalik semua ini

2024-01-31

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

baikan mertuamu dari pada orang tuamu kan fall

2024-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!