TAMBAH PEKERJAAN

Sepulangnya dari pergi, Ifal lebih banyak melamun dia tidak mendengar beberapa orang mulai menyindirnya.

"Sepatu baru, jam baru, sehari jalan dengan perawan tua langsung dapat fasilitas, sekitarnya sebulan mobil mewah terparkir," sindir seseorang.

"Syirik saja, memang rezekinya Ifal," sahut salah satu temannya.

"Fal, kalian tadi pergi ke mana?" tanya teman kerjanya.

"Hotel," balas Ifal yang terlalu jujur.

Semua orang tersentak kaget, Ifal baru tersadar jika jawabannya akan membuat banyak pertanyaan.

"Aku hanya mengantar Relin ke sana," lanjutnya mencoba mengalihkan agar tidak ada salah paham.

"Relin, apa kalian sudah saling panggil nama?"

Kepala Ifal menggeleng, dia yang mengikuti atasannya yang ada urusan di hotel. Tidak mungkin ada sesuatu di antara mereka.

"Aku mendengar berita dari kantor, Bu Relin punya anak. Apa dia adopsi atau apa?"

"Sudah sudah, lebih baik kita bekerja daripada menggosipkan atasan." Asep meminta Ifal segera keluar ada banyak mobil berdatangan.

Perusahaan kedatangan tamu penting lagi, tidak heran Relin menjadi desainer nomor dua yang paling disegani, dia memiliki ciri khas sendiri atas baju dan gaun yang di produksi butik juga pabriknya.

Senyuman Relin terlihat menjabat tangan beberapa orang, seorang wanita memeluk Relin menepuk punggungnya.

"Apa kabar Lin?"

"Baik, bagaimana kabarmu?"

"Kenapa wanita sehebat kamu memilih kembali padahal di luar Negeri bisa menjamin kehidupan yang mapan." Wanita seusia Relin duduk di sofa menatap butik Relin begitu mewah.

Senyuman Lin terlihat, dia merasa senang sekali mendapatkan kunjungan dari teman seperjuangannya diluar negeri.

"Berapa lama di sini?"

"Dua bulanan, aku ingin meminta bantuan, bisa jahitkan baju untuk keluarga besar ku. Kita ada pertemuan dua keluarga," ucapnya berharap Relin memiliki banyak waktu.

Kepala Relin mengangguk meminta stafnya mengambil buku desain gaun. Relin menjelaskan ada banyak desain yang belum dirinya keluarkan.

Temannya bisa memilih salah satu dari desain terbaik Relin, jika tidak suka ada banyak desain dari desainer pilihan Relin.

"Aku tidak paham, kamu saja yang menentukan," pintanya.

"Baiklah, bisa staf ku mengukur tubuh agar aku bisa melihat model apa yang cocok." Tiga orang mendekati Relin mendengarkan perintah.

Dari luar Ifal bisa melihat wajah Relin yang begitu serius, dia begitu cerdas. Wanita yang luar biasa, dirinya terlalu beruntung memiliki istri mandiri.

Senyuman Relin terlihat tulus saat menatap Ifal, senyuman Ifal juga terlihat memberikan semangat.

Sampai sore Relin sibuk, dia mengadakan meeting cukup lama. Nia yang berada di ruangan begitu tenang, dia tidak rewel sama sekali.

"Kakak Nia bosan, minta digendong."

"Tidak Bu, saya yang rasanya tidak bekerja. Nia bangun minta susu, ganti popok, terus main sendiri, dia tidak rewel." Ibu pengasuh memberikan kepada Relin.

"Anaknya Bunda pinter, doakan Bunda ya sayang, semoga rezeki kita lancar dan Bunda punya banyak waktu bersama Nia." Relin mengizinkan pengasuh pulang, besok pagi datang lagi saat Relin sudah di kantor.

Kedua tangan Nia bertepuk saat bertemu banyak staf, semua orang gemes melihatnya. Relin juga lebih sering senyum semenjak membawa Nia.

"Itu anak angkatnya Bu Relin, cantik mirip dengannya." Penjaga menatap Relin yang keluar menuju mobil.

Dua tangan Nia terulur menatap Ifal, dia minta digendong. Ifal membungkukkan badannya saat Relin masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati di jalan Rania, Relin," batin Ifal yang cepat berkemas, dia juga ingin segera pulang.

Sebelum pulang ke rumah, Relin menyempatkan diri mampir ke supermarket untuk membeli susu dan Pampers juga peralatan mandi Rania.

"Nia belum boleh mam cemilan, nanti setelah satu tahun baru Bunda izinkan." Relin mengambil beberapa kotak untuk stok di rumah.

Langkah Relin terhenti, dia melotot melihat pria yang nampak tidak asing. Dia yakin sekali itu ayah mertuanya yang sedang berjalan bersama wanita hamil.

"Mereka membeli susu bayi, tidak mungkin." Relin mencoba mengabaikan langsung menghindar agar Ayah mertuanya pergi lebih dulu.

Jantung Relin berdegup kencang, dia yang rencana hanya mampir sebentar, jadinya lama di dalam supermarket demi menghindari mertuanya.

Panggilan dari Ifal masuk, dia sudah sampai di rumah namun Relin belum pulang, perasaannya jadi cemas.

"Di mana?"

"Masih beli susu," balas Relin bergegas membayar.

"Kenapa tidak bilang saja, kamu capek kerja, belum lagi menggendong Nia. Aku jemput, mau?"

"Ini jalan pulang, aku tutup teleponnya, assalamualaikum." Barang belanjaan dimasukkan, Relin bergegas pulang, Ifal tidak membawa kunci rumah, dia pasti menunggu di luar.

Dari kejauhan mobil terlihat, senyuman Relin terlihat bergegas memberikan kunci rumah, dia meminta maaf karena lama.

"Aku khawatir, takut kalian berdua kabur," canda Ifal yang takut ditinggal.

"Kabur ke mana?"

"Kali aja, Nia harus bilang ke Bunda tidak boleh pergi tanpa izin Ayah, biar Ayah tidak khawatir." Kecupan Ifal mendarat di wajah putrinya yang langsung tertawa.

Kedua tangan Nia bertepuk tangan, dia ingin lompat dari gendong. Relin meminta maaf berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

"Ayah nakal ya Kak, soalnya Ayah disapa pulang tadi cuek. Nia lagi kesal sama Ayah." Relin yang cemberut.

"Ehem ehem, mesra banget. Anak dijadikan bahan candaan biar ayah ibunya lengket, semudah itu melupakan mantan istri, dasar lelaki," sindir tetangga yang bersebelahan dengan rumah Ifal.

"Terus mau bagaimana, apa harus menangis? Lagian kita sudah menikah, bukannya wajar. Ratna salah pergaulan berteman dengan tetangga yang mulutnya tidak punya sopan santun," balas Ifal sama pedasnya.

"Sudah manis sampah dibuang Lo mas Ifal, kasihan banget Ratna meninggal langsung dilupakan." Pintu rumah ditutup.

Tatapan Ifal berubah sinis, Relin menggenggam tangan meminta Ifal masuk. Mereka tidak perlu meladeni tetangga yang tidak senang melihat orang lain bahagia.

"Apa kita salah?"

"Sudahlah, orang seperti itu tidak perlu diladeni tidak akan ada habisnya. Buang-buang tenaga," ucap Relin.

"Sampai lupa, aku beli bakso buat kamu, mau?"

Kepala Relin mengangguk, dia tidak sabar lagi ingin makan. Nia sudah diletakkan di boks bayi, Relin mengambil dua mangkok dan dua sendok.

"Hanya beli satu, kamu saja yang makan."

"Kenapa, apa bagi dua?"

"Tidak, makan saja. Makan yang banyak biar gendut." Ifal mengambilkan air minum.

Tanpa bisa menahan Relin memasukan bakso kecil ke dalam mulutnya, senyumannya terlihat merasa nikmatnya makanan.

"Aku lihat di kantor sibuk sekali, ada banyak kerjaan?"

"Iya, kita hanya punya waktu dua minggu untuk menyiapkan baju sepuluh orang, pelanggan juga orang terpandang jadi harus terlihat mewah dan elegan, mereka sangat mementingkan gaun yang memperlihatkan tubuh kurus," jelas Relin pertama kalinya membahas pekerjaan setelah pulang kerja.

"Lin, mau orang terpandang atau tidak pastinya mau yang terlihat kurus."

"Siapa bilang, ada yang menginginkan baju yang tidak memperlihatkan bentuk tubuh, ada juga yang lebih mengutamakan harga murah, tapi kebanyakan minta nya bagus, banyak nawarnya." Tawa Relin dan Ifal terdengar, Nia ikutan tertawa padahal tidak mengerti.

Satu sendok diarahkan ke mulut Ifal, tanpa menolak menerima suapan bakso. Keduanya tersenyum puas bisa merasakan makanan murah, tapi enak.

"Haruskan Relin jadi tukang bakso?"

"No Bunda, katakan kepada Bunda, dia harus banyak istirahat." Ifal menggeleng tidak mengizinkan.

***

Follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

suruh ayah aja yg jualan bakso 🤭

2024-01-29

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

pedes juga si ifal🤣🤣🤣👍

2024-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!