DIBANDINGKAN

Sampai pagi Relin tidak tidur, dia juga menyadari jika Ifal tidak tidur hanya duduk di ruang tamu yang memiliki sofa jelek bahkan busanya juga sudah keluar.

"Mau sarapan apa pagi ini?" tanya Relin yang menghampiri.

"Tidak perlu Mbak, Ifal minta maaf soal Afdal yang tidak sopan."

"Bukan salah kamu kenapa minta maaf atas namanya, jangan dijadikan beban pikiran." Relin berjalan ke dapur menyiapkan sarapan sebelum Nia bangun.

Bau wangi makanan tercium, Ifal menoleh ke arah dapur yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu, wanginya sama seperti masakan Ratna.

"Aku merindukan kamu Na, aku butuh kamu saat ini." Kedua tangan Ifal saling meremas.

Tangisan Nia terdengar, Ifal bergegas ke kamar Relin mengambil putrinya yang sudah bangun.

"Jangan langsung digendong, biarkan dia tiduran. Nanti terbiasa minta digendong terus."

"Berapa lama dibiarkan?"

Tidak ada jawaban dari Relin yang kembali ke dapur, Ifal tersenyum menatap Putrinya yang menatap dengan mata indah.

Wajah Nia sangat cantik seperti Ibunya yang memiliki mata indah dan senyuman manis. Pipi Nia dielus lembut.

"Apa sayang, kata Bunda tidak boleh gendong."

Tangisan terdengar, Ifal langsung berdiri. Dia binggung ingin mengendong takut Relin marah.

"Mbak, aku harus apa?"

"Kenapa Sayang, sudah risih ya." Baju Nia diganti begitu dengan popoknya.

"Mbak itu apa?" jantung Ifal berdegup kencang melihat beda aneh yang terlepas.

Lirikan mata Relin sinis, Ifal panik hanya karena tali pusar lepas. Ayahnya Nia terlalu berlebihan.

"Belum boleh mandi soalnya masih subuh, Nia minum susu dulu ya sayang." Senyuman Relin terlihat mengecup pipi.

"Aku sholat dulu, atau Mbak mau sholat dulu?"

"Sholat lah," balas Relin menggendong Nia yang sudah diam setelah bajunya diganti.

Ifal garuk-garuk kepala, Relin melarangnya menggendong Nia, tapi dia boleh padahal Ifal juga kepengen gendong.

Selesai Sholat Ifal ke dapur melihat masakan Relin belum selesai langsung diselesaikan. Terlihat Relin sedang menyusui Nia yang hampir tidur lagi.

"Mbak, ikannya mau digoreng tidak?"

"Jika kamu bisa, goreng lah."

Relin menoleh sekilas, tidak heran Ratna begitu mencintai suaminya karena Ifal tidak pilih pekerjaan selalu meringankan pekerjaan istrinya.

"Na, kenapa kamu meninggalkan keluarga bahagiamu ini, sebenarnya aku juga binggung kenapa lingkungan rumahmu begitu menyebalkan," gumam Relin seakan bicara dengan adiknya.

Nia sudah tidur lagi, Relin meninggalkannya ke dapur menatap Ifal yang meletakkan nasi goreng yang sudah Relin masak, berserta ikan goreng satu dan telur dadar.

"Kenapa hanya goreng satu?"

"Oh maaf Mbak, kebiasaan bersama Ratna kita maska satu bagi dua."

"Tujuannya, biar hemat?"

"Iya, tapi yang utama kebersamaan." Ifal mendekati kompor kembali untuk menggoreng lagi.

Tangan Ifal dipegang lembut, dia kaget langsung mundur. Relin menatap tangannya yang langsung disembunyikan ke belakang.

"Ini sudah cukup, aku tidak suka makanan yang digoreng banyak minyak," ucap Relin merasa tidak nyaman tiba-tian memegang tangan Ifal.

Melihat Relin pergi perasaan bersalah Ifal terlihat, dia belum terbiasa bersentuhan dengan wanita lain selain Ratna.

"Ya allah ampuni aku, Mbak Relin halal untukku, tapi aku menyinggung perasaanya." Ifal memukul keningnya sendiri.

Matahari terbit, Ifal masih menunggu Relin untuk sarapan, tapi dia tidak keluar juga dari kamar yang pintunya tertutup rapat.

"Kenapa Mbak Relin belum keluar, makanan semakin dingin. Apa dia tersinggung dnegan sikapku?" Ifal mengusap wajahnya merasa tidak enak.

Sambil menunggu, Ifal membersihkan rumah. Menyapu lantai luar dan dalam, mencuci piring kotor juga mencuci bajunya sendiri agar tidak merepotkan Relin.

"Sudah jam delapan pagi, kenapa Relin belum keluar. Dia tidak pergi kerja," batinnya khawatir.

"Astaghfirullah al azim, kenapa kamu yang memegang sapu seharusnya istrimu." Ibu mengambil sapu yang Ifal pegang.

Kamar diketuk kencang, Ibu langsung masuk ternyata Relin tidak ada di dalam kamar. Dia berada di kamar satunya.

"Relin, kamu di mana?"

"Tidak perlu teriak-teriak, Nia masih tidur."

"Kamu tahu ini jam berapa, baru bangun tidur jam segini?" ibu menghela napas melihat menantu barunya yang pemalas.

Ifal mencoba menenangkan ibunya, apa yang dilihatnya tidak benar. Ibu mengecek meja makan sudah siap makanan, rumah sudah bersih, baju sudah dicuci.

"Kamu anggap anak saya pembantu, dia mengurus semua urusan rumah?" Makanan yang sudah disiapkan berhamburan di lantai.

"Ibu, jangan bicara seperti itu," tegur Ifal.

"Kamu jangan membelanya, Ibu tidak habis pikir."

"Maafkan aku," ucap Relin tidak ingin meladeni.

Dia tidak sengaja tertidur semalaman tidak tidur, makanya bangun siang. Seharusnya bisa dimaklumi jika ifal mengurus rumah.

"Pekerjaan rumah memang menjadi urusan Ifal, aku tidak berkewajiban melakukanya."

"Kurang ajar, anak saya bukan pembantu kamu?"

"Jadi aku yang harus mengurus semuanya, berarti aku pembantu?" tanya Relin sambil tersenyum.

Wajah Relin ditunjuk kasar, Ifal menarik tangan Ibunya untuk berhenti. Tidak sepatutnya ibu ikut campur urusan rumah tangganya.

"Kamu beda sekali dengan Ratna, dia wanita penurut, sopan, dan bisa membahagiakan suaminya. Beda sekali dengan kamu, tidak heran jadi gadis tua," bentak Ibu marah.

"Ibu cukup, sebaiknya Ibu pulang," pinta Ifal.

Tangan Ibu ditarik keluar, Ifal meminta maaf harus mengusir ibunya. Teriakkan Ibu terdengar di depan rumah membuat tetangga bermunculan.

"Menantu belagu, jangan kamu jadikan anakku pembantu, pergi kamu dari rumahnya."

"Ibu berhenti, kemarin ibu memohon kepada Relin untuk menikah denganku, tapi kenapa diperlakukan begitu kasar? Mbak Relin bangun pagi, dia harus mengurus Nia, belum lagi dia harus kerja."

"Jangan membelanya, ibu juga menyesal punya menantu model begitu." Ibu bergegas pulang tidak menyukai Relin.

Kedua tangan Ifal mengusap wajahnya, tetangga mula berbisik dan membicarakan Relin yang memiliki sikap buruk.

Pintu tertutup, Ifal menatap Relin yang membersihkan makanan yang tumpah di lantai.

"Maafkan Ibu, Mbak."

"Tidak apa, aku memang bukan Ratna hanya pengganti. Tidak ada niat aku menyenangkan siapapun selain membesarkan Nia, jadi terserah apapun pikiran orang." Relin tersenyum menguatkan dirinya sendiri hinaan tidak membuatnya patah hati.

Ifal mengambil nasi goreng yang tersisa dimeja, dia mencicipi rasanya yang ternyata sangat enak. Relin menatap Ifal yang memasukan ke piring.

"Kenapa diambil lagi, sudah kotor."

"Tidak apa, ini jatuhnya dimeja, aku akan memakannya."

Hati Relin sakit membuang nasi yang digoreng, tanpa mampu ditahan air matanya jatuh, cepat diusap jangan sampai Ifal melihatnya.

"Jangan nangis Lin, tidak apa kamu kuat," batinnya menyemangati diri sendiri.

Tanpa sengaja Relin melihat Ifal mengusap air mata, Langkah kaki sengaja kuat agar Ifal mendengar.

AIr mata diusap, Ifal pamit ke luar untuk membelikan Relin nasi agar bia sarapan. Ifal akan memakan nasi goreng yang jauh di meja.

"Aku minta maaf sudah menjawab ibumu, tapi ...."

"Tidak apa, ibu yang salah. Mbak tidak salah." Ifal langsung pergi meninggalkan rumah.

***

Follow Ig vhiaazaira

Jangan lupa like komen

Terpopuler

Comments

Bajul Sayuto

Bajul Sayuto

cerita SAMPAH

2024-02-23

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

semangat relin kamu bisa jangan dengerin kata mertuamu itu

2024-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!