TETANGGA PENGANGGU

Biasanya pulang kerja malam, kali ini Relin pulang lebih cepat jam tiga sore sudah di rumah.

Saat masuk ke rumah Ifal terlihat kerepotan mengurus Nia yang ingin mandi sore, padahal jam empatnya Ifal harus pergi kerja.

"Biar aku saja, kamu lebih baik bersiap untuk kerja," ucap Relin langsung ganti baju mendekati Nia yang terlihat senang menatapnya.

Mata Ifal tidak berkedip, bagaimana bisa seorang perawan tua begitu telaten mengurus bayi, Relin tidak takut memandikan bayi.

"Kakak Nia wangi sekali, kakak Nia juga pinter ngak nangis saat dimandikan." Senyuman terlihat lebar membuat bayi kecil tersenyum teriak-teriak mengemaskan.

Senyuman Ifal juga terlihat, dia memang sedang hancur kehilangan Ratna, tapi kebahagian Nia harus terjamin.

Selesai mandi Nia langsung tidur, Relin tidak kesulitan menidurkan, putrinya akan bangun saat lapar.

"Kemana makanan yang aku letakkan di dalam lemari pendingin," gumam Relin yang mengerutkan kening karena makanan yang sedang dia diamkan untuk makan sore sudah hilang.

"Fal, apa kamu yang memasak ayam ungkep di dalam kulkas?" tanyanya.

"Bukan Mbak, tadi makan masakan Ibu yang dikirim lewat ojek, sisanya ada di dalam tudung saji," ujar Ifal yang sedang sibuk memakai bajunya.

Satu tangan Relin membuka tutup saji yang kosong hanya ada cucian piring bekas makan. Wajah lelah bekerja, mengurus anak hingga beres-beres rumah membuat Relin pusing.

"Mbak Relin mau makan?" tanya Ifal menghampiri ke belakang.

"Apa yang mau dimakan, ayam yang aku diamkan dikulkas juga habis, lauk bawaan Ibu juga tidak ada, sisanya cucian piring." Tatapan Relin tajam merasa tidak nyaman.

Ifal mengambil bekas makan, dia meminta maaf mungkin dia yang menghabiskan semuanya.

"kamu mau makan apa?" tanyanya mencoba untuk sabar.

"Tidak perlu Mbak, nanti aku beli saja diluar, ini ada uang lima puluh ribu untuk Mbak Relin beli makan."

"Letakkan saja semua cucian piring, lain kali sudah makan langsung dicuci jangan menunggu," tegur Relin mengambil alih cucian piring.

Kepala Ifal tertunduk, matanya juga terpejam, dia tahu siapa yang menghabiskan makanan namun tidak berani mengatakan kepada Relin yang bisa saja marah.

Suara kendaraan bermotor Ifal terdengar menjauh, Relin menarik nafas panjang. Keluarga Ifal sungguh menyebalkan dan tidak tahu diri.

"Awas kalian, aku bukan Ratna yang bisa dimanfaatkan," batinnya kesal.

Tidak ingin stres memikirkan masalah rumah, Relin mandi menyegarkan tubuhnya. Nia sudah bangun meminta susu.

Suara beberapa orang terdengar di depan rumah, Relin mengabaikan tidak ingin kumpul dengan ibu-ibu yang sangat menganggu.

"Neng, ayo keluar Neng kumpul sama kita," ucap seorang wanita yang sejujurnya tidak Relin kenal.

"Apa sih, sok kenal," gumamnya menggendong Nia melangkah ke luar.

Pintu rumah yang terkunci dibuka, Relin melihat ada liam ibu-ibu yang datang ke rumahnya, mungkin usia mereka tidak jauh dengan Relin hanya saja postur tubuh Relin masih bagus belum banyak lemak.

"Maaf ada apa ya?"

"Ternyata kamu Mbaknya Ratna, ternyata lebih cantik dari Ratna, kulit putih bersih karena selalu pakai mobil, beda dengan Ratna yag tidak punya mobil."

"Maaf Ibu-ibu ini ada apa?" Pintu ingin Relin tutup, tapi ditahan oleh seorang wanita berbadan besar meminta Relin duduk ke luar bersama mereka.

Tiap sore biasanya mereka kumpul bersama untuk mengeluhkan kehidupan berumah tangga yang begitu menyulitkan.

"Neng Relin, bagiamana rasanya menjadi ibu sambung, kamu sama Ifal tidur sekamar tidak?"

"Maksudnya." Wajah Relin nampak binggung dia sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dibicarakan.

Beberapa ibu-ibu berbisik jika Ratna memiliki attitude yang lebih baik dari Relin. Mentang-mentang punya pekerjaan tidak ingin bergaul.

"Mohon maaf Ibu-ibu, apa kalian membicarakan rumah tangga, maaf saya tidak gabung," ujar Relin ingin melangkah masuk.

"Jangan baperan Neng, ayo duduk. Sebentar lagi ada tukang sayur lewat, kita bisa berhutang sisa dagangan yang tidak laku." Tawa ibu-ibu terdengar.

Helaan napas Relin terdengar sungguh gila, tetangga di rumah Ratna sungguh tidak normal. Kenapa dia ingin tinggal di sekitar ibu-ibu yang hanya tahunya bergosip.

Suara berisik terdengar membicarakan wanita yang baru lewat jika dia simpanan om-om yang pergi sore pulang pagi.

"Tuhan, ada apa dengan ibu ini, mungkin saja dia memang bekerja yang pulangnya terlambat," batin Relin tidak berani berkomentar.

Tiba-tiba ada Ibu-ibu yang langsung masuk ke rumahnya mengambil minuman dingin milik Relin tanpa izin, diletakkan di depan bersama cangkir, tidak ada satupun yang izin langsung minum.

"Apa kalian ibu-ibu yang tidak ada pekerjaan?" tanya Relin mulai kesal.

"Namanya ibu rumah tangga pasti kerjanya hanya santai di rumah," balas ibu berhijab namun bajunya lengan pendek.

"Saya bukan Ratna yang akan tersenyum saat kalian masuk rumah tanpa izin, mengambil milikku tanpa pamitan. Itu namanya mencuri," tegur Relin tidak peduli dengan perasaan orang-orang.

"Astaghfirullah al azim Lin, siapa yang kamu bilang mencuri, sesuatu yang diambil tanpa sepengetahuan tuannya baru mencuri, ini saya ambil ada kamu." Mata wanita di samping Relin melotot besar.

"Apa orang yang masuk secara paksa ke rumah orang itu tamu, apa orang yang merampas harta orang lain itu sedekah. Asal ibu tahu, sesuatu yang mengambil milik orang lain itu mencuri, dan saya tidak ikhlas kalian meminumnya," bentak Relin sambil melotot.

Dia berdiri sambil menggendong Nia yang sedang menyusu, meminta Ibu-ibu segera pulang dari rumahnya, dia butuh istirahat dan tidak ingin mendengar curahan hati orang lain.

Tidak ada juga yang boleh masuk kerumahnya tanpa izin, dia tidak segan melaporkan sebagai tindakan tidak mengenakan.

Pintu rumah ditutup, para tetangga kaget melihat sikap Relin yang begitu kasar. Mereka tidak menyangka akan dituntut hanya karena mengambil air minum.

"Pantas dia menjadi gadis tua, soalnya banyak makan sumpah," ucap Ibu tinggi yang sengaja bicara besar.

"Iya ya, Ratna bilang kakaknya orang baik, kenyataannya mirip setan. Wajah saja yang cantik, tapi hatinya busuk."

"Mungin bukan hatinya saja, wajahnya juga jelek, tapi melakukan operasi atau dia pakai susuk." Ibu-ibu merinding melangkah pergi dari depan rumah Relin.

Tangan Relin tergepal, bagaimana bisa tetangga sudah tahu dirinya gadis tua padahal dia baru tinggal di rumah adiknya.

Dada terasa sesak hampir menangis, Relin rasanya ingin mengeluh bukan tidak sanggup menjalani status barunya, tapi khawatir dia tidak bisa mengendalikan diri.

"Ya allah, apa menjadi gadis tua sebuah aib, apa salah jika aku terlambat menikah, sekalinya berjodoh menikahi ipar sendiri." Satu tetes air mata jatuh ternyata berumah tangga itu banyak sekali ujiannya bukan hanya soal keuangan, keluarga, tapi tetangga.

Sekuat apa Ratna bisa hidup selama tiga tahun di rumahnya yang dipenuhi orang-orang bermulut tajam.

"Ratna yang kuat atau aku yang tidak sabaran, kuatkan aku ya allah. Tujuanku hanya membesarkan Nia, tapi aku juga tidak sebaik Ratna yang tetap tersenyum dengan banyaknya masalah." Air mata Relin ingin jatuh lagi, namun diusapnya agar tidak keluar.

Sudah malam, Relin tidak bisa tidur, dia menggambar desain yang menumpuk dari konsumen, dia tidak boleh memikirkan apa yang orang ucapkan tentang dirinya, tapi tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Jam berapa Ifal pulang, apa dia tidak pulang?" batinnya menatap jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh.

Ketukan pintu terdengar Relin melangkah ke depan membuka gorden melihat seseorang mengetuk secara berkali-kali.

"Mbak, buka Mbak," pintanya.

"Siapa kamu?" tanya Relin tanpa membuka pintu."

"Halo kakak ipar baru, perawan tua atau perawan rasa janda. Buka Mbak aku adiknya Mas Ifal, aku mau tidur di sini soalnya diusir ibu," jelasnya membuat Relin jijik.

Pintu terbuka, Relin menyiram menggunakan air, meminta segera pergi jika tidak dia akan melaporkan kepada ketua RT jika ada pemabuk yang datang ke rumahnya dimalam hari.

"Biasanya Mbak Ratna mengizinkan, kenapa Mbak Relin tidak?"

"Aku Relin bukan Ratna, jangan samakan kami," bentaknya muak.

Kepala Relin pusing melihat keluarga Ifal, sebenarnya seperti apa mereka. Saat pemakaman Ratna hanya ada kedua orangtua Ifal, sedangkan adiknya tidak ada yang muncul.

Tangisan Nia terdengar, Relin langsung masuk kamar menghubungi Ifal memintanya pulang karena ada orang mabuk di depan rumah.

Ifal yang mengetahuinya langsung pulang, dia sangat cemas saat tahu ada orang mabuk, selama ini tidak pernah kejadian.

Sekitar dua puluh menit Ifal sampai rumah, dia kaget melihat Afdal ada di depan rumahnya dalam keadaan basah kuyup.

"Astaghfirullah al azim Dal, apa yang kamu minum?"

"Mas Ifal, Mbak Relin jahat dia menyiram Afdal, tidak mengizinkan aku masuk." Tangisan terdengar membuat telinga Relin sakit.

Dada Afdal dipukul kuat, kenapa dia harus datang ke rumah saat mabuk, Relin sendirian hanya berdua bersama Nia, tidak pantas ada lelaki lain sekalipun iparnya sendiri.

"Sekarang kamu pulang," pinta Ifal kesal.

"Mbak Ratna selalu mengizinkan, Mbak Ratna baik memberikan makan dan minum sedangkan mbak Relin memberikan seember air," keluhnya.

Mata Ifal terbelalak besar, Ratna mengizinkan Afdal masuk padahal dia sedang mabuk, jantung Ifal berdegup kencang karena Ratna tidak pernah bercerita apapun soal keluarganya yang sering datang.

Pintu terbuka, Relin menatap sinis. Dia tidak ingin hal ini terjadi lagi. Afdal harus dibawa pergi dari rumah.

"Maaf Mabk," ucap Ifal merasa bersalah membantu Afdal berdiri untuk mengantarnya pulang.

"Apa keluarga kamu selalu seperti ini, bagaimana jika dia bersikap buruk di rumah ini?"

"Maafkan aku Mbak Relin, aku mengantar Afdal pulang dulu." Ifal mengendong adiknya berjalan kaki untuk pulang.

Di jalan air mata Ifal jatuh, hatinya sakit sekali melihat keluarganya yang ternyata bersikap tidak sopan kepada Ratna dahulu, tapi tidak sekalipun istrinya berkeliaran kesah.

Dia selalu tersenyum tiap kali Ifal pulang dan pergi kerja, hanya dirinya sendiri yang bahagia, Ratna belum tentu.

"Maafkan aku Ratna, sebagai suami aku tidak memberikan kebahagiaan untukmu," batin Ifal merasa sangat terluka.

Kedua orangtuanya juga bersikap buruk, adiknya juga sama suka mabuk dan mengusik rumahnya.

***

Follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

ternyata relin tau tentang Ratna yg diperlukan tidak baik sama mertuanya

2024-01-03

0

icece

icece

lanjut Thor seru, jarang up ia

2023-12-25

0

Tatin Wahyuni

Tatin Wahyuni

ayooo lnjuuuttt lagiiii....

2023-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!