MEMINJAM MOBIL

Pagi-pagi Ifal sudah pergi bekerja, dia lebih dulu berangkat tidak ingin ada ad yang tahu jika keduanya bekerja di perusahaan yang sama.

"Hati-hati Ayah," ucap Relin sambil menggendong Nia.

"Kalian juga nanti hati-hati perginya." Ifal mengecup pipi Putrinya, hanya berani menatap Relin yang tersenyum.

Saat motor Ifal lewat, Afdal langsung bergegas ke rumah kakaknya menerobos masuk tanpa permisi lagi.

Lengan Lin ditarik paksa saat ingin meletakkan Nia di ranjang, tubuh Relin di dorong ke atas ranjang.

"Apa yang kamu lakukan?" bentak Relin dengan nada tinggi.

Jantungnya berdegup kencang, sejujurnya Relin takut melihat Afdal yang tidak ada sopan santunnya.

"Di mana Ratna, dia tidak mungkin meninggal. Ratna hanya menghindari aku," ucap Afdal yang tidak percaya Ratna sudah tiada.

"Tanyakan kepada Ifal langsung, dia bisa menjawab pertanyaan kamu daripada mendesak aku," balas Relin yang mencoba mengendalikan dirinya agar tidak ketakutan.

Rahang Relin dicengkeram kuat, Afdal tidak ingin membahas Ifal. Dia meminta Relin memberitahu Ratna jika dirinya rindu.

"Sejauh mana Ratna akan berlari dariku, kenapa dia bertukar posisi dengan kamu?"

"Rindu, apa kata itu pantas diucapkan seorang adik ipar untuk istri Kakaknya. Kenapa kamu merindukan Ratna?" Dalam hati Relin hanya bisa mengucapkan istighfar.

"Kamu tidak perlu tahu, katakan saja di mana Ratna sekarang," pintanya.

"Aku akan memberitahu, silahkan datang sendiri." Lin memberitahu alamat yang harus Afdal kunjungi, tempat peristirahatan terakhir Ratna.

Kunci mobil Relin dirampas, Afdal tidak mengetahui jika alamat yang Lin sebutkan sebenarnya pemakaman umum.

"Ya allah, lindungilah kami dari orang-orang yang zalim, aku takut ya allah, tapi aku lebih takut jika mengetahui sesuatu yang terjadi di rumah ini. Aku sangat menyayangi Ratna derita apa yang sudah adikku alami di rumah ini." Air mata tidak mampu Relin tahan, dia khawatir kebenaran dan kepalsuan terungkap.

Suara mobil pergi terdengar, Lin tidak menahan saat mobilnya dibawa. Dia hanya bisa mendoakan agar apa yang terjadi hanya sebuah kebaikan.

"Nia, maafkan Bunda yang selalu ketakutan, Bunda lemah sekali ya sayang." Relin memeluk putrinya yang mengantuk.

Ketukan pintu terdengar, Lin melangkah keluar melihat salah satu tetangganya memberitahu jika Afdal menabrak tanamnya menggunakan mobil Relin.

"Rumah kita ini jalan kecil, jadi lebih berhati-hati," tegur wanita yang nampak sedikit sopan.

"Maaf, saya perbaiki bunganya. Nanti saat Ifal pulang akan memberitahunya menasihati Afdal." Lin membungkukkan badannya bergegas ke rumah depan melihat tanaman yang menggunakan pot jatuh.

Tanpa ragu Relin memasukkan tanah hitam ke dalam pot, merapikan bunga yang tumpah berserakan.

"Potnya retak, apa Lin harus ganti?"

"Siapa nama kamu, sekilas mirip Ratna namun beda."

"Relin, Ratna adik saya, dia sudah pulang ke yang maha kuasa saat melahirkan Nia. Adikku wanita penghuni surga." Mata Relin berkaca-kaca membicarakan adiknya.

Kepala wanita rumah depan mengangguk, meminta Relin kuat dan sabar menghadapi rumah tangganya.

Tidak ada satupun rumah tangga yang tidak ada salahnya, perjalanan pernikahan itu berat, Ratna penghuni surga setelah melahirkan anaknya, Relin juga wanita hebat yang mengikhlaskan dirinya menjadi seorang ibu dan istri dengan cibiran banyak orang.

"Warga sekitar pasti banyak yang tidak suka Relin, sebenarnya tidak apa." Senyuman kecil Relin terlihat.

"Mereka bukan tidak suka, hanya saja tiap orang punya pikiran yang berbeda. Ada yang nyaman dengan kumpul ramai-ramai, ada juga yang risih. Kita hanya perlu bersikap tegas saja." Tangan terulur memperkenalkan nama.

"Terima Kasih pengertian Kak Rahma, aku rasa kita seumuran." Lin meminta maaf tangannya kotor.

Senyuman Rahma terlihat dia beberapa kali memperhatikan Relin. Ratna selalu meringis kesakitan tiap kali Ifal menjauhi rumah, tapi Relin tersenyum lebar sekalipun Ifal sudah pergi.

Semua oang tahu jika Ifal lelaki yang baik, tapi tidak untuk keluarganya. Relin harus berhati-hati selalu siaga agar tidak terluka.

"Rahma sudah lama tinggal di sini?"

"Iya, aku menikah saat usia sembilan belas tahun, tapi jarang di rumah karena kerja terkadang ikut suami juga. Sebelum Ratna dan Ifal tinggal di sini aku sudah lama menetap dan kenal dengan kebiasaan warga sini, tapi jangan dipedulikan," jelas Rahma agar Relin tidak menutup diri.

Senyuman Relin terlihat, dia cukup tenang setelah memiliki teman bicara, sejujurnya Relin sangat tertutup dalam banyak hal.

"Relin, pagi-pagi sudah rumpi saja, urus dulu anak. Rahma kamu juga bukannya mengurus suami anak, tapi mengajak orang bergosip. Oh iya, saya lupa kamu mandul tidak mungkin punya anak," bentak Ibu memaksa Relin pulang setelah mengeluarkan caci yang menyakiti hati Rahma.

Senyuman Rahma terlihat, dia tidak tersinggung sedikitpun, hatinya sudah kebal dengan cibiran banyak orang. Sudah lama menikah belum dapat keturunan.

"Aku pulang dulu Ma, maaf ya." Lin mengikuti Ibu yang sudah masuk lebih dulu.

"Mana Nia?"

"Dia masih tidur, jangan teriak. Soal Nia jangan khawatir, aku tidak akan lupa kewajibanku." Lin mengintip Nia yang masih tidur nyenyak.

"Mana mobil kamu, Ibu mau meminjamnya ke rumah mertua soalnya ada banyak barang yang mau dibawa," pintanya.

Kening Relin berkerut, setahunya dari Ratna mertua ibu sudah meninggal saat Ifal dan Ratna baru satu bulan menikah, sekarang mertua yang mana lagi yang meninggal. Terlalu banyak mertua semua hanya alasan saja.

"Maaf Bu, mobilnya dibawa oleh Afdal, coba hubungi dia saja."

"Anak satu itu, buat apa dia bawa mobil padahal tidak lancar mengemudi?"

"Apa? tidak lancar, Ibu bisa mengemudi?"

"Ya tidak, " balasnya.

Relin kehabisan kata-kata, apa yang ada dipikirkan Ibu mertuanya, tidak bisa membawa mobil, tapi ingin meminjam mobil. Afdal juga sama, dia tidak bisa mengemudi dengan baik, tapi bawa mobil pantas saja pot bunga Rahma yang jauh dari jalan juga ditabrak.

"Matilah aku, bentar lagi ada panggilan dari polisi." Lin meremas rambutnya merasa stres memikirkan tingkah keluarga Ifal.

"Kenapa polisi menghubungi kamu, apa kamu melaporkan Afdal ke posisi membawa mobilmu, dasar menantu jahat." Ibu mencubit telinga Relin.

"Astaghfirullah al azim, bukan begitu Bu, Afdal bawa mobil padahal dia tidak lancar mengemudi, pasti mobil ditahan polisi." Lin mencoba menjelaskan dan cukup pusing memikirkannya.

Dugaan Relin benar, baru saja dia bicara, panggilan sudah masuk. Polisi menghubungi Relin jika seorang pria menabrak toko buah hingga hancur, penjual luka dan dilarikan ke rumah sakit, mobil Relin ditahan d kantor polisi.

"Maaf Pak, bagaimana kondisi pengemudi?" tanya Relin berharap Afdal hilang saja sampai ke pemakaman umum.

"Dia baik-baik saja, kabarnya melarikan diri meninggalkan mobil yang sekarang ditarik polisi."

"Innalilahi, baiklah Pak, saya akan datang ke lokasi," ucap Relin.

Relin dipukuli oleh Ibu, semua salahnya memberikan Afdal izin membawa mobil, anaknya meninggal karena Relin.

"Innalilahi, kenapa anakku yang innalilahi!"

"Musibah yang innalilahi bukan Afdal, dia masih hidup makanya bisa melarikan diri, jika tidak mati dia dipukuli masa. Ibu punya uang untuk mengurus ini ke kantor polisi?" Lin melotot binggung harus mulai dari mana.

Ibu pamit pulang meminta Relin mengurus masalah Afdal jangan sampai dia di penjara, mobil milik Relin maka dia yang pantas di penjara.

***

follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Mus Zuliaka

Mus Zuliaka

entahlah,, ksian Ratna ☹️☹️☹️

2024-03-05

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

mertuanya pengen dicabein aja tuh

2024-01-15

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

penasaran dengan rumah tangga Ratna

2024-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!