TUDUHAN SELINGKUH

Pagi-pagi Relin sedang menyapu rumah, melihat kunci motor Ifal yang sudah satu minggu hilang, dan terpaksa motor didorong tidak bisa digunakan.

"Lihatlah tingkah Ayah kamu Nia, dia meletakkan di dalam pot bunga." Relin geleng-geleng kepala melihat tingkah adik iparnya.

"Pagi Lin, hari ini cerah sekali," sapa Rahma.

"Iya, makanya bersih-bersih rumah, kamu libur kerja?"

Kepala Rahma mengangguk, sejak kerja sama dengan perusahaan Relin restoran dari senin sampai Jumat sibuk, Rahma membantu di sana agar cepat selesai, tidak mengecewakan Relin juga.

Karyawan di perusahaan juga terlihat santai, sebagian sering membawa makan siang pulang. Para mahasiswi yang sedang magang lebih hebat sejak Relin memberikan makan siang secara gratis.

Tiap hari Relin mengeluarkan uang makan untuk seratus karyawannya, dia tidak merasa rugi namun rezekinya terus mengalir.

"Morning Nia, lagi berjemur. Lucunya anak Bunda Relin," sapa Rahma mendekati Nia yang sedang duduk di teras rumah.

Tawa Nia terdengar, dia selalu menunjukkan senyuman tidak peduli apapun yang terjadi. Wajahnya cantik mirip dengan Ratna.

"Lin, mobil kamu sudah selesai diperbaiki, mau aku ambilkan?" Ifal tiba-tiba muncul mengagetkan Relin dan Rahma.

"Astaghfirullah Al azim, kaget." Rahma memegang dadanya yang merasakan jantungnya berdegup.

"Kenapa terkejut, kalian membicarakan apa?" Ifal langsung masuk mengambil kunci mobil.

Kepala Relin geleng-geleng melihat Ifal pergi menggunakan motor bersama temannya, Relin belum sempat mengatakan jika kunci motor sudah ketemu.

Dari kejauhan Rahma sudah melihat mertuanya Relin, tanpa mengatakan apapun dia tahu apa yang akan terjadi jika mertua Relin menampakan batang hidungnya.

"Pamit dulu Lin," ucap Rahma yang tidak ingin ikut campur.

"Hei Rahma, perempuan mandul yang suka menghasut banyak orang, apa maksudnya kamu memberikan makanan ke suami saya, ingin jadi pelakor atau ingin punya anak dari suami saya, perempuan sialan!" kepala Rahma didorong kuat.

Beberapa tetangga keluar, rasanya tidak tenang jika pagi hari tanpa mendengar keributan.

"Astaghfirullah Al azim, bicara apa Tante. Demi Allah saya tidak mengerti." Rambut Rahma hampir dijambak, beruntungnya Relin langsung menahan tangan mertuanya yang tidak bisa dijaga.

Tatapan mata Ibu ke arah Relin, siap melayangkan tamparan. Rahma menahan tangan membuat ibu tidak bisa bergerak.

Teriakkan ibu terdengar sangat besar, Relin menutup kedua telinganya bergegas membawa Nia masuk ke dalam rumah. Tangisan Nia terdengar merasa kaget mendengar teriakkan Neneknya.

"Tolong, kalian perhatikan pelakor mandul ini yang sudah menggoda suami orang, dia hanya wanita murahan."

"Tante jaga mulut!" bentak Rahma.

"Lagian kamu juga tidak tahu bersyukur Rahma, sudah punya suami masih saja menggoda suami orang, makanya jangan menikahi lelaki tua, jadinya melirik yang lain," tegur ibu yang bersebelahan dengan rumah Rahma.

"Maaf Mbak, tapi ucapan itu seperti tuduhan, kalian punya bukti?" air mata Rahma menetes.

"Apa maksud kamu memberikan makan kepada suami saya, sengaja memberikan guna-guna agar suami saya selingkuh." Rambut Rahma dijambak kuat, dia tidak mengalah menjambak balik.

Rahma mencoba menjelaskan, dia sudah banyak bersyukur memiliki suaminya. Bukan keinginan Rahma memberikan makanan, tapi memang bapaknya Ifal yang menegurnya saya pulang bekerja menanyakan masih sisa makanan atau tidak.

"Mas Carlos juga ada di mobil, kita berhenti berdua. Memang aku yang keluar mobil, tapi buka maksud menggoda." Tangisan Rahma terdengar merasakan kepala sakit.

"Berhenti!" suami Rahma langsung lari menepis tangan melindungi istrinya.

"Mas sakit, Tante Ani mengatakan aku selingkuh dengan suaminya hanya karena makanan kemarin." Pelukan Rahma erat merasa sangat terluka.

Relin keluar lagi, wajah Relin kaget melihat rambut Rahma acak-acakan. Kali ini Relin tidak bisa berkata-kata lagi.

"Ibu sungguh keterlaluan, apa salah istri saya. Makanya punya suami diurus, jangan sampai kelaparan minta-minta. Kami berniat baik berbagi rezeki, tapi dipandang jahat. Jangan hanya menjaga suami, tapi awasi juga anak kamu." Carlos mengingatkan kejadian beberapa waktu lalu saat Ifal memukuli Afdal sampai lari seperti orang gila.

Kakak mana yang tidak terluka saat tahu adiknya memasuki istri yang sedang sendirian di rumah.

"Jaga mulut kamu, jangan mencoba-coba memfitnah Afdal," bentaknya tidak terima.

"Ini bukan rahasia lagi, warga sekitar sini tahu hanya kalian yang tutup telinga," tegas Carlos tidak memikirkan apapun lagi, kesabarannya sudah habis.

Rahma mencoba menghentikan suaminya, mengajak pulang, tapi dia terpancing emosi menghadapi wanita tidak punya etika.

"Jangan menjelekkan anak saya, Afdal itu sarjana, dia anak hukum. Kamu hanya chef restoran murahan belagu, kamu pikir bisa mengalahkan gelar anak saya?"

"Gelar, sarjana, hukum, memang susah bicara dengan binatang soalnya tidak mengerti bahasa manusia!" tangan Carlos ditarik paksa oleh istrinya untuk pulang.

"Jangan salahkan lelaki yang masuk, soalnya pemilik rumah yang membuka pintu dan gatal, tidak cukup kakaknya minta adiknya ...."

"Ibu!" teriakkan Ifal terdengar matanya melotot, Relin terkulai lemas, begitu teganya ibu merendahkan Ratna dan dirinya.

Pergelangan tangan ibu diremas kuat, Ifal tidak memaksa untuk masuk. Apa yang sedang dibicarakan di depan umum, masih pagi sudah ribut.

"Tuntun mereka Fal, satunya penggoda suami orang, satunya lagi tukang fitnah."

"Ibu cukup, Ifal malu. Aku di sini tidak punya harga dirinya lagi, asal ibu tahu aku dan Afdal memang bertengkar. Bukan istriku yang membuka pintu, tapi dia yang memiliki kunci. Niat apapun, tetap tidak pantas," jelas Ifal dengan nada yang sangat halus.

"Tanyakan kepada istrimu, mengapa dia memberikan kunci kepada Afdal?"

"Coba tanyakan juga kepada putra ibu, kenapa dia memilikinya. Aku sangat mempercayai Ratna, dia wanita baik dan terhormat. Jika ada yang salah itu pasti Afdal, pasti kita orang yang salah yang sudah memanfaatkan wanita sebaik Ratna. Dia tidak pernah menjelekkan kalian sedikit, dia selalu tersenyum apapun yang terjadi. Sampai dia tiada dia masih menjaga kehormatanku, ibu, bapak, Afdal, kita semua." Ifal didorong kuat, ibu langsung pulang setelah membuat kekacauan di depan rumah sampai tetangga dapat bahan gosip.

Senyuman kecil Ifal terlihat, dia meminta maaf kepada Rahma dan suaminya. Sungguh Ifal tidak menyesali perlakuan Ibunya.

"Aku yang minta maaf Fal, tidak sepatunya aku bicara begitu," ujar Carlos menyesal.

"Tidak apa Kak, memang Ibu yang salah. Terima kasih atas perhatian kalian terhadap keluargaku. Jika Ifal tidak di rumah, titip Relin, tolong usir siapapun yang lancang masuk, dia wanita sendirian beberapa kali juga ketakutan. Jujur Ifal tahu ini memalukan, tapi aku juga tidak tahu harus melakukan apa?" Ifal membungkukkan badannya meminta maaf dengan penuh penyesalan.

Beberapa tetangga merasa kasihan melihat Ifal dan Relin, keduanya terpaksa menikah karena kepergian Ratna, tapi tersiksa juga atas perbuatan orang terdekat.

Rambut Rahma diusap, Relin menanyakan jika ada luka atas perbuatan ibu mertuanya yang menyerang tanpa sebab.

"Kamu mau ke rumah sakit?"

"Aku baik-baik saja Lin, maaf atas apa yang terjadi." Air mata Rahma menetes.

"Kita yang minta maaf," balas Relin yang tiba-tiba ikut menangis.

Carlos dan Ifal tercengang melihat keduanya menangis, tetangga yang lain ikut menangis tanpa sebab.

"Lin, ayo masuk. Kenapa jadinya adu menangis?" Ifal merangkul Relin untuk pulang.

Carlos juga membawa istrinya pulang, bisa banjir jika semua orang menangis.

***

Follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

next lanjut

2024-01-22

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

ifal itu anak kandung atau tiri sih kok ibunya gitu banget

2024-01-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!