MENIKAHI IPAR

Perebutan hak asuh bayi menjadi perdebatan hangat antar dua keluarga, Ibu Ratna memaksa cucunya tetap bersamanya, sedangkan ibunya Ifal juga ingin mengambil bayi anaknya.

Tidak ada yang memahami perasaan Ifal yang baru saja kehilangan istri tercinta. Tidak ada yang punya hak atas bayinya selian dirinya sendiri.

"Sayang, Ayah memberi kamu nama Rania. Nama yang sudah ibu siapkan, kamu akan tetap bersama Ayah." Ifal memtuskan mengurus anaknya sendiri.

"Tidak bisa Ifal, kamu tidak mungkin mampu membesarkan seorang diri. Apalagi harus sibuk bekerja, jangan membuat cucuku sengsara," bentak Ibu Ratna dengan nada tinggi.

"Aku bisa membantu Ifal untuk mengurus Rania, lagian dia ayahnya punya hak penuh," balas Ibu Ifal tidak ingin kalah.

Pintu kamar terbuka dan dibanting kuat, mata Relin sembab, tatapannya marah mendengar keributan sampai ke kamar.

"Apa yang kalian ributkan, makam Ratna saja belum kering. Tidak bisakah menunggu sampai suasana tenang dari rasa duka ini?" air mata Relin mengalir di pipinya.

Ibu Ifal meminta maaf, dia tidak bermaksud menyinggung atas berpulangnya Ratna, jujur dia juga kehilangan menantu yang sangat baik.

Dibalik kehilangan Ratna ada masa depan Rania yang harus jelas, Ifal punya hak atas anaknya.

"Mungkin saat ini Ifal masih berduka, tidak ada yang tahu tahun depan, bulan depan, secara tiba-riba Ifal memutuskan menikah, bagaimana Rania? Mampukah istrinya menerima cucuku, di sini kami yang sangat kehilangan," tegas Ibu Ratna meminta pengertian.

Luka kehilangan Ratna belum sembuh, tidak bisa menjamin keluarga Ifal mampu menerima si kecil yang belum sempat melihat ibunya.

Relin berjongkok melihat bayi yang mirip adiknya, menyentuh pipi si kecil yang malang. Relin tahu betul betapa bahagia Ratna saat tahu hamil, sampai sujud syukur.

"Hanya ada satu solusi, semoga kalian bisa mempertimbangkan. Ini terdengar lancang, tapi hubungan kita selama ini baik semoga ini solusi terbaik." Ibu Ifal menyarankan keputusan untuk meminang Relin menjadi istri Ifal.

Awalnya keluarga Relin terkejut, mereka sangat mengenal Relin yang gila kerja, tidak mungkin dia bersedia menikah apalagi dengan mantan suami adiknya.

"Solusi itu tidak buruk, asla Relin dan Ifal bersedia, kami sebgagi orangtua setuju," ucap Bapak menatap Relin yang meneteskan air mata menggendong Rania.

"Relin, Ibu pikir ini jalan yang baik untuk kamu dan Ifal, Rania membutuhkan sosok ibu yang bisa mencintainya setara dengan ibu kandungnya." Ibu mengusap punggung Relin yang sangat menyayangi adiknya Ratna.

Sedari kecil keduanya tidak suka bertengkar karena terpaut usia cukup jauh, Relin sangat bahagia saat dia berusia delapan tahun baru punya adik.

"Bagaimana Ifal?" tanya Bapaknya.

"Aku serahkan semua kepada Kak Relin, kalian juga pasti tahu jika aku sangat mencintai Ratna," balas Ifal yang sedang menegaskan jika dia tidak mencintai Relin.

Kedua orangtua Relin saling pandang, menatap mata Relin yang masih berderai air mata, mengecup pipi Rania yang masih tidur.

"Aku tidak butuh cinta, pernikahan ini hanya untuk Rania." Relin melangkah pergi ke kamarnya membawa Rania.

Jawaban Relin sudah menjadi jawaban atas keputusan pernikahan ini, dia tidak menginginkan Ifal sebagai cinta, tapi dia bersedia menikah demi Rania.

Ibu Ifal memeluk putranya yang harus berbesar hati, saat ini kebahagiaan Rania jauh lebih penting. Perlahan waktu, hubungan Ifal dan Relin pasti akan berjalan baik.

Air mata Ifal menetes, dia melangkah pergi menyerahkan semuanya kepada keluarga. Ifal menangis sesenggukan di dalam kamar Ratna memeluk erat foto pernikahannya bersama sang kekasih beberapa tahun lalu.

"Ratna, kenapa kamu meninggalkan aku dan anak kita," gumamnya dengan tangisan yang tidak terbendung.

Foto pernikahan basah air mata, Ifal hanya mencintai Ratna sampai kapanpun Ratna akan menjadi wanita satu-satunya yang paling dicintainya.

"Kamu pemilik hatiku Ratna, tunggu aku di surga ya sayang, kita pasti akan dipertemukan kembali." Ifal memeluk erat sampai ketiduran.

***

Rasanya waktu berjalan begitu cepat, pernikahan Ifal dan Relin diadakan sederhana yang disaksikan oleh kedua orangtua dari kedua belah pihak juga masyarkat sekitar yang mendukung pernikahan.

"Fal, sebentar lagi ijab kabul dimulai," ucap Bapak memberikan peringatan.

"Iya Pak, aku tahu," balas Ifal yang berdiri dari duduknya berjalan ke tengah ramainya orang yang menjadi saksi pernikahan.

Pernikahan hanya diadakan secara kekeluargaan tanpa mengundang rekan kerja baik dari Relin maupun Ifal.

"Kasihan Ratna baru saja meninggal sudah ditinggal menikah," ucap seorang wanita iba, tapi menyindir.

"Lebih kasihan Ifal yang kehilangan istrinya, da harus menikahi perawan tua," timpal seorang wnaita yang menggunakan banyak perhiasan.

"Kenapa kalian tidak kasihan kepada Relin?" tanya bapak-bapak.

Kepala Ibu-ibu geleng-geleng, tidak ada yang prihatin kepada Relin, dia dianggap wanita yang beruntung karena mendapatkan suami muda, gagah. Relin juga rela jadi perawan tua demi bisa mengambil suami adiknya.

Tatapan orang kepada RElin sangat beda kepada Ratna, Relin gadis pendiam yang jarang berkomunikasi dengan masyarakat, dia hanya sibuk bekerja, sedangkan Ratna wanita yang sangat ramah.

"Bu, jaga mulut. Relin juga tidak mau kehilangan adiknya, dan mengambil suami saudarinya," ucap wanita yang dulunya satu sekolah dengan Relin, bedanya dia sudah menikah dan punya tiga anak, sedangkan Relin masih betah lajang.

Sekalinya menikah demi menggantikan adiknya yang sudah meninggal, dibalik nasib baik kesuksesan Relin, dia gagal di percintaan.

"Baiklah, kita bisa mulai ijab kabulnya," ucap penghulu yang menatap Ifal dan Bapaknya Relin saling berjabatan.

"Nak Ifal siap?" tanya bapaknya.

"Insyaallah Pak," balas Ifal yang sedang meminta maaf kepada Ratna di dalam hatinya.

Dia sangat mencintai Ratna, terpaksa dirinya menikahi Relin demi menjaga hubungan dua keluarga dan tidak memperebutkan Rania.

"Saya terima nikah dan kawinya Relin Adisty Halim dengan mas kawin ... Dibayar tunai," ucap Ifal hanya satu kali saja langsung disahkan oleh penghulu dan para saksi.

Semua orang mengucap Alhamdulillah, tidak sabar lagi menunggu Relin keluar dari kamarnya menemui suaminya.

"KIra-kira Relin cantik tidak ya, dia setiap hari menggunakan make up untuk menutupi keriput di wajahnya," bisik ibu-ibu arisan yang sangat kepo.

"Astaghfirullah al azim." Bapak-bapak yang mendengar pembicaraan di belasan mengucap istighfar.

Relin keluar dari kamarnya didampingi ibunya, berjalan ke tengah banyak orang yang menatapnya pangling, Kecantikan Relin terpancar dari baju kebaya yang dikenakannya, hiasan wajah yang begitu cantik.

'Wow, cantiknya, apa Relin operasi hidung?" tetangga heboh melihat Relin lebih cantik dari Ratna.

Ifal menatap Relin yang meneteskan air matanya, hatinya sakit sekali menikahi adik iparnya sendiri.

"Jangan menangis Kak, maafkan Ifal," bisiknya merasa bersalah.

Relin menyentuh tangan Ifal, mengecup telapak tangannya dengan sopan karena lelaki yang dulu dicintai adiknya menjadi suaminya.

Tangan Ifal berada di atas kepala Relin, mendoakan rumah tangganya bahagia. Teringat kebiasaan saat bersama Ratna setiap sholat menyentuh kepala istrinya.

"Ya Allah aku sangat mencintai istriku, tapi engkau lebih mencintainya," batin Ifal yang tidak kuasa menahan rasa sedihnya sampai air matanya jatuh.

***

Follow Ig vhiaazaira

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

next 🥰

2023-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!