BOS

Saat makan siang, Ifal membuka wadah makanannya yang hanya berisikan nasi dan sambal terong. Beberapa temannya menikmati makanan lauk ayam.

Tidak ingin menganggu obrolan yang lain, Ifal duduk di pojokkan menjauh menikmati makan siangnya.

"Ikan balado batan istriku enak, kamu harus cobain." Asep tersenyum kecil ke arah Ifal yang menatapnya.

"Kenapa kamu tidak memakannya?"

"Kita bagi dua, jangan menyendiri hanya karena lauk kita beda." Senyuman Asep lembut menarik kuris agar Ifal juga duduk di kursi.

"Terima kasih Sep, kamu sudah banyak bantu aku." Perasaan Ifal tidak enak selalu merepotkan.

Beberapa mobil mewah lewat, Ifal dipanggil untuk membuka pintu padahal jam makan siangnya.

"Fal, awasi mobil orang-orang yang memasuki butik, sepertinya ada pertemuan bos dengan pengusaha kaya." Seorang pria besar menegur Ifal.

"Kenapa tidak kamu, Ifal sedang makan." Asep meletakkan piringannya.

"Sudah Sep, aku keluar dulu." Cepat dia lari keluar memarkirkan mobil orang-orang kaya yang sedang fitting baju.

Di dalam ramI ada kunjungan dari pengusaha kaya yang ingin menikah dalam waktu dekat, Relin menuruni lift menuju butiknya melihat tamu sudah menunggu.

"Siang Nona Lin, ternyata kamu sangat cantik seperti yang dibicarakan," sapa wanita berambut pirang.

"Halo, silahkan duduk." Lin meminta bawahannya menjelaskan desain baju yang dia usulkan.

Pengantin menyetujui, menyerahkan semuanya kepada Relin, dia percaya gaun yang dirancang oleh ahlinya pasti nampak sempurna.

"Nona Lin, Ini pernikahan putra semata wayang kami, jadi jangan ada kesalahan," tegur Ibu dari pengantin lelaki.

"Sedang kami usahakan Nyonya, selama komunikasi baik maka tim kami akan bertanggung jawab sampai acara selesai."

"Tim, kenapa tidak kamu yang mengurus langsung?"

"Maaf Bu, Ibu Relin hanya merancang baju dan menjahitnya juga memberikan saran terbaik, beliau tidak bisa turun langsung ke lapangan apalagi di hari H," jelas sekretaris Relin.

"Kenapa begitu, bukannya kamu singel parent, lalu apa yang membuat sibuk?" Pengantin wanita duduk dengan angkuhnya.

"Pengantin yang harus saya urus bukan hanya satu, jika ada yang dispesialkan tidak adil."

"Aku bayar waktu kamu sebanyak mungkin, kami tidak kekurangan uang. Ingat, kamu hanya perancang busana bukan anak pejabat," tegas calon pengganti.

Tawa kecil Relin terdengar, dia tidak suka mendapatkan klien yang angkuh. Relin sangat menjujung kenyamanan baik dari karyawannya juga kliennya.

"Waktu kami tidak bisa dibeli, jika mau tim akan bekerja, jika tidak mungkin lain waktu kita bisa bekerja sama, bukan sekarang." Senyuman dingin Relin terlihat, dia tidak ragu kehilangan satu pelanggan daripada direndahkan.

Tatapan mata tajam, senyuman sinis Relin terlihat, dia tidak peduli sehebat apa orang, selama merendahkannya dia tidak akan bersikap baik.

Terpaksa keluarga pengantin menerima penawaran Relin, mereka sulit menemukan perancang busana yang ada di atas Relin.

Pengantin wanita mencoba gaun yang sudah Relin siapkan, dia juga menjelaskan apa saja yang akan diubah dan menambah beberapa paitan di gaun.

"Aku terlihat gemuk tidak?" tanyanya.

"Saya pastikan gaun yang diinginkan selesai dengan menampilkan tubuh yang ideal."

"Kamu begitu yakin, apa tidak pernah gagal?"

"Gagal atau ada kesalahan itu normal, tapi kami menerima komplain dan langsung memperbaiki makanya aku mempekerjakan para desainer hebat untuk memuaskan calon pengantin dengan bajetnya sesuai."

Tiga desainer yang mendampingi Relin tersenyum manis. Begitulah bos dingin mereka yang banyak diam, tapi kerjanya nyata.

Sebelum selesai Relin bergegas naik ke lantai atas mengecek Nia yang ternyata sudah bangun, tapi dia diam saja memainkan bonekanya.

"Anaknya Bunda sudah bangun, baiknya tidak Rewel." Lin mengecup pipi Nia yang tertawa.

"Dia si kecil yang manis, dari tadi bangun nya langsung ganti popok dan diam saja." Staf Relin tersenyum melihat Relin yang nampak keibuan.

"Terima kasih, kamu paham cara mengganti Popok padahal belum menikah."

"Keponakan saya ada tiga Bu, mereka selalu dititipkan di rumah jadi sering jadi pengasuh mereka. Bu Relin jangan ragu menitipkan Nia." Staf melangkah keluar untuk lanjut kerja.

Senyuman Relin terlihat menggendong Nia yang sangat baik. Dia harus bekerja lebih keras agar masa depan Nia terjamin.

Ketukan pintu terdengar, Sekretaris Relin memberitahu jika Klien menyetujui dan sudah melakukan pembayaran.

Kepala Relin mengangguk, sekarang dirinya, desainer, dan staf memikul satu tanggung jawab lagi.

Di depan Ifal masih mengawasi mobil mewah, perlahan melaju pergi meninggalkan gedung besar, selembar uang dua puluh ribu dilempar ke arahnya.

"Ambil itu," ujar pria tua berbadan gemuk.

"Terima kasih Pak." Ifal mengambil uang yang langsung dimasukan ke kantong celananya kembali lagi ke pos untuk lanjut makan.

Tawa beberapa oang terdengar, Ifal mengambil kotak makan siangnya lanjut makan setelah tejeda lebih dari satu jam.

"Kebayang tidak berapa banyak kekayaan bos kita, dia perempuan dan singel."

"Dia disebut perawan tua, mungkin juga sudah tidak perawan lagi. Wanita jika punya banyak uang tidak butuh lelaki." Tawa terdengar membicarakan atasannya.

Pundak Ifal ditepuk, dia menoleh sambil tersenyum kecil melihat beberapa orang yang sedang mengobrol.

"Fal, kamu pernah melihat Bu Bos tidak, kamu baru di sini pasti belum pernah melihatnya. Itu mobil ibu Bos kita."

"Iya Pak, saya belum pernah melihatnya."

"Nona Lin cantik sekali, tapi dia tidak menikah."

"Mungkin belum bertemu jodohnya Pak," balas Ifal pelan.

Makanan habis, Ifal bergegas keluar pos untuk bekerja. Dia tidak terlalu suka membicarakan orang.

Perhatian Ifal terarah ke mobil, dia cukup kaget karena mobil sama persis dengan milik Relin.

"Mas Asep, siapa pemilik mobil itu?"

"Oh itu, milik Bu Bos Lin, dia jarang sekali terlihat karena masuk lewat jalur khusus makanya kita tidak melihat langsung." Ifal mengangguk pelan, perasaanya jadi tidak enak.

"Apa itu mobil Mbak Relin, tapi tidak mungkin. Selama enam bulan di sini aku belum pernah melihatnya,," batin Ifal yang menepis pikirannya sendiri.

Asep mendekati Ifal yang sedang berdiri tegak di depan pintu masuk untuk membukanya pintu saat ada pengunjung.

"Kenapa kamu keluar dari Pt lama, bukannya kamu kerja di sana sudah dua tahunan?" tanya Asep penasaran.

"Habis kontrak Mas, perusahan tidak lanjut mengontrak Ifal. Alhamdulillah bisa langsung dapat kerja lain, soal kerja Ifal tidak pilih paling penting anak istri bisa tercukupi," ucapnya yang tiba-tiba terdiam mengingat Ratna.

Apa benar kebutuhan istrinya tercukupi, Ifal tidak pernah tahu apa yang dialami istrinya. Rasanya hanya Ifal yang bahagia, sedangkan Ratna menujukkan kebahagian palsu.

Dari lantai atas Relin bisa melihat Ifal berjalan mondar-mandir membantu pelanggan yang datang silih berganti, terkadang dilempar uang dengan rendahnya.

"Kenapa kamu tersenyum saat orang lain merendahkan, laki-laki harus menujukkan sisi kuat bukan hanya senyum." Lin memeluk Nia yang sedang minum susu.

Terlihat Ifal menarik napas panjang, dia seperti tukang parkir selalu dilempar uang oleh pengemudi mobil, tapi Ifal mensyukurinya.

***

follow Ig vhiaazaira

Like komen ya

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

lama gak update kak author

2024-01-08

0

Suky Anjalina

Suky Anjalina

kasihan banget si ifal

2024-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!