PINJAM UANG

Mobil Relin mengiringi motor Ifal yang juga melaju pelan memasuki gang rumahnya. Lin tidak merasa tidak enak melihat suaminya pulang tidak ada apapun di rumah.

Sampai di rumah Ifal sedikit binggung melihat suara ribut-ribut di depan rumahnya, terlihat Ibunya memukuli pintu ingin merusaknya.

"Ada apa ini, Bu?" Ifal menatap kunci rumahnya yang hampir rusak.

"Akhirnya kamu pulang Fal, mau tahu kejahatan istrimu, dia menyeret Ibu keluar rumah," ujarnya melirik mobil yang ikut berhenti.

Relin keluar mobil, dia menggendong Nia yang sedang tidur, wajah Relin ditunjuk sambil teriakkan terdengar. Nia yang sedang tidur terbangun langsung menangis.

"Mbak masuk, diamkan Nia di dalam," perintah Ifal menarik lengan ibunya yang memaksa ingin menarik baju Relin.

Pintu rumah terbuka, Relin melangkah masuk ke dalam kamar membawa putrinya, tetangga juga diminta pergi.

Masalah keluarganya bukan tontonan, Ifal tidak ingin mempermalukan siapapun. Dia masih bersikap baik kepada Ibunya, mengajak masuk rumah.

"Ada apa Bu, kenapa memukul kunci rumah. Lagian Ibu tahu kita tidak di rumah."

"Ibu benci sekali dengan Relin, dia mengusir Ibu sampai diseret paksa keluar. Kamu harus menceriakan dia," pinta Ibu dengan wajah serius.

Kedua alis Ifal terangkat, kerutan keningnya nampak jelas. Dia tidak mengerti dengan ucapan ibunya, kenapa dia harus bercerai, sedangkan pernikahan terjadi atas kehendak ibunya.

"Memangnya apa yang Ibu lakukan sampai Relin bersikap begitu?"

"Salah tidak Ibu mengambil makanan yang dibawa oleh mertua kamu, bukannya wajar jika Ibu meminta makanan dari anaknya?"

"Salah Bu, itu makanan dari Ibu Relin, dia saja belum memasak atau menikmati bawaan orangtuanya, kenapa Ibu mau mengambil. Seharusnya Ibu tidak perlu datang ke sini mengambil apa yang ada, kami bisa datang ke rumah memberi apa yang bisa kami kasih," jelas Ifal yang tidak memojokkan Relin sama sekali.

Tamparan kuat mendarat di wajah Ifal, pukulan yang hampir sepuluh tahun ini tidak Ifal rasakan kembali terulang.

Ibu tidak terima dengan jawaban Ifal yang terus membela Relin, jika dia masih menginginkan surga maka dia harus menurut dan menceraikan Relin secepat mungkin.

"Istighfar Bu, Ifal tidak akan menceraikan Mbak Relin."

"Kamu mau Ibu sumpah menjadi anak durhaka?"

"Maafkan Ifal Bu, tapi ini rumah tangga Ifal, kenapa ikut campur. Sebenarnya apa yang tidak Ifal ketahui, kenapa baru sekarang aku tahu Ibu sering datang ke sini mengambil bahan makanan, baru tahu juga Bapak sering minta makan, satu lagi yang paling mengejutkan, kenapa Afdal bisa tidur di rumah ini saat malam hari, pas Ifal kerja malam?" Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ifal ketahui masalahnya dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Wanita yang sangat dicintainya sudah tiada, Ratna tidak pernah mengatakan apapun dan tidak ada keluhan sedikitpun.

Belum lama Ratna pergi, tapi banyak hal aneh yang baru Ifal ketahui. Makanan dari Ibu mertuanya selalu datang tiap minggu, tapi Ifal tidak pernah melihat makanan itu.

"Bu, Ifal sudah berusaha mejadi anak yang berbakti, tapi Ifal juga mau hidup. Jangan beri aku tekanan dengan cara begini, jika Ibu ingin tahu sejujurnya aku capek, ingin sehari saja istirahat tanpa memikirkan pekerjaan, tanpa takut kehabisan beras, tanpa takut kurang, tapi tidak ada tempat untuk berkeluh kesah." Air mata Ifal menetes, dia ingin mengatakan rasa irinya kepada adiknya yang selalu tercukupi, sedangkan Ifal harus mencari sendiri.

Ibu terdiam menarik napas panjang, bukan salahnya mengapa Ifal menikah, dia juga yang memutuskan kredit rumah, kredit motor. Seharusnya Ifal tidak menikah, dia bisa bekerja membantu bapaknya.

"Jadi kamu tidak mau menceraikan wanita itu, maka jangan anggap lagi kamu punya Ibu." Pintu dibanting kuat, Ifal hanya bisa menangis meratapi dirinya.

Relin melihat dari balik tirai, dia kasihan sekali melihat Ifal yang tidak mendapatkan dukungan dari siapapun.

"Maafkan aku, seharusnya aku biarkan saja Ibu mengambil makanan yang ada di rumah, mungkin hal ini tidak terjadi." Relin melangkah mendekat menatap Ifal mengusap mata.

"Tidak apa, nanti Ibu akan membaik. Hal seperti ini sudah biasa terjadi, jangan dipikirkan."

Melihat keributan Ibu dan anak membuat Relin tidak enak, dia kasihan melihat Ifal yang ditampar bahkan tidak dianggap anak.

Terdengar suara air dari kamar mandi, Relin mengambil bahan makanan dan kebutuhan dapur yang Ibunya bawakan untuk diberikan kepada mertuanya.

Tanpa izin kepada Ifal, Relin mengantarkan hampir semua makanan yang diberikan ibunya ke depan rumah mertuanya.

"Bu, Relin minta maaf atas sikap yang kurang ajar, tolong jangan perlakukan Ifal seperti orang asing," ucap Relin menurunkan egonya untuk mengalah.

"Pagi tadi kamu dengan angkuhnya mengusir sekarang datang ke sini mengantarkan makanan. Apa kamu takut diceraikan, pasti begitu. Kamu takut jadi janda tua yang tidak laku, atau jangan-jangan kamu memang menyukai Ifal sebelum Ratna meninggal." Banyak tuduhan yang dilontarkannya padanya, tapi Relin diam saja.

Bapak keluar rumah baru bangun dari tidur, Relin mencium bau tidak sedap. Ternyata Bapak Ifal seorang pengangguran, dia tidak bekerja asik tidur di rumah.

"Bawa masuk makanan itu, aku lapar," pintanya.

"Aku pamit pulang Bu,"ucap Relin sopan.

"Kamu tidak dengar aku minta bawa masuk, tuli," bentak Bapak yang ternyata memerintahkan Relin.

Terpaksa dia membawa masuk bahan makanan, meletakkan di dapur yang sebenarnya tidak ketahui kondisi rumah yang sangat kotor, bau, tidak terurus.

"Manusia atau bukan yang tinggal di sini," batin Relin kesal.

Saat ingin pamit pulang, Bapak meminta Relin duduk, ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Terpaksa Relin menurut untuk duduk, sofa di dalam rumah juga banyak bolongnya sampai Relin hampir terjungkal.

"Pinjami bapak uang," pintanya santai.

Tanpa banyak bicara Relin mengeluarkan uang seratus ribu dari dalam saku celananya, meletakkan diatas meja plastik yang sudah banyak bintik hitam tidak terawat atau memang sudah tua.

"Sepuluh juta, uang selembar cukup apa?"

"Sepuluh juta, buat apa Pak?"

"Buat usaha, Bapak ingin membuka usaha. Kamu memiliki banyak uang, tidak mungkin uang segitu tidak punya."

"Gaji Ifal tiga bulan saja tidak cukup sepuluh juta, Relin tidak punya uang segitu," tolaknya.

Tawa terdengar, pria tua yang berbau badan tertawa menggelegar seperti orang yang sedang mabuk. Relin merasa anggota keluarga Ifal tidak yang ada yang normal, kecuali Ifal.

"Berikan gelang kamu, terlihat mewah dan pastinya mahal."

"Ini, ambilah jika laku." Relin melepaskan gelangnya meletakkan di atas meja.

Tanpa ragu Relin merekam saat bapaknya mengambil gelang di atas meja, Relin pamit pulang, jika Ifal bertanya soal gelang dia akan mengatakan dipinjam bapaknya untuk membuka usaha.

"Gelang itu mas kawin dari Ifal, kalian jangan lupa ganti jika tidak aku akan menunjukkan rekaman ini kepada Ifal," ancamnya.

"Sialan, ambil gelang itu ternyata murahan."

Senyuman Relin terlihat dia mengambil gelangnya kembali bergegas pulang. Mana mungkin Ifal mampu membelikan gelang dengan harga ratusan juta, Relin sengaja berbohong dia jauh lebih cerdik daripada manusi licik.

***

follow Ig vhiaazaira

Jangan lupa untuk like komen

Terpopuler

Comments

raditha astriani

raditha astriani

menceraikan

2024-02-16

0

raditha astriani

raditha astriani

kerutan keningnya

2024-02-16

0

raditha astriani

raditha astriani

menceraikan

2024-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!