Ad Meliora

Ad Meliora

BAB I

"Gis, udah denger belum ada dokter spesialis anak yang baru?"

Gista yang baru saja selesai mengganti pakaian dengan scrub untuk bersiap jaga pagi hanya menggeleng saat Alana yang baru masuk tiba-tiba membahas tentang sosok dokter baru.

"Katanya dia ganteng banget Gis"

Gista hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Alana karena dia tahu benar kalau temannya itu selalu hanya percaya kabar yang beredar dan begitu melihat langsung biasanya dia akan kecewa karena ekspektasinya sendiri.

"Al, mending buruan ganti baju deh, terus timbang terima. Kasihan tuh yang jaga malam udah ngantuk berat"

Ucapan Gista berhasil mematahkan imajinasi yang sedang dirangkai oleh Alana di dalam otaknya sebelum bergegas keluar dari ruangan ganti.

"Pagi mba Karen" sapa Gista ramah kepada ketua tim shift malam saat masuk ke dalam ruangan perawat.

"Pagi dek.." jawabnya lemas sambil meletakkan kepalanya di meja dengan berbantalkan tangannya sendiri.

"ngantuk banget kayanya mba? Gak tidur semalam?"

Karen hanya menggeleng. Wanita cantik itu mendorong mundur kursinya ke arah Gista yang bersiap masuk ke ruang obat.

"Dek, udah denger belum katanya..."

"Dokter baru?" Gista segera memotong kalimat Karen yang langsung dijawab dengan anggukan kepala antusias oleh Karen.

"Udah denger kok mba, dari Alana" jawab Gista singkat sebelum berlalu menuju ke ruang obat meninggalkan Karen yang masih ada di tempatnya.

"katanya dia ganteng Gis..."

Gista hanya menatap Karen yang sekarang mengikutinya masuk ke dalam ruang obat.

"terus kalau ganteng kenapa mba? Bukannya disini juga banyak dokter ganteng? Ada dr.Mathhew, ada dr.Thomas juga, banyak mba disini dokter ganteng" ucapnya sambil mulai menghitung jumlah sediaan obat tanpa memperdulikan Karen yang sekarang duduk di belakangnya.

"iya juga ya?" ucap Karen sambil memikirkan ucapan Gista.

"Tapi Gis, kalau dr.Thomas ganteng, kenapa kamu tolak?"

Gista seketika menghela nafasnya lalu melirik sekilas Karen sambil tersenyum tipis,

"Mau seganteng apapun, kalau emang gak cinta mau gimana mba?" jelas Gista yang kembali berkutat menghitung jumlah sediaan obat di tiap-tiap box obat pasien.

"Kenapa gak mau coba dulu sih Gis? Dia kayanya baik kok, orangnya juga kayanya gak neko-neko"

Gista kembali menghela nafasnya lalu mengalihkan pandangan ke arah Karen yang sedari tadi duduk di belakangnya,

"Mba Karen, ada banyak sekali alasan yang membuat aku gak bisa menerima dr.Thomas mba. Selain karena strata sosial, status kami berdua juga beda mba" jawab Gista dengan senyuman tipis seolah-olah mempertegas ketidakmungkinannya untuk bersatu dengan dr.Thomas, salah satu dokter spesialis bedah anak yang ada di Grandmark Hospital.

"Tapi kan Gis..."

"Udah mba. Yuk timbang terima aja yuk. Udah ngantuk banget tuh matanya mba Karen" bujuk Gista sambil mendorong tubuh Karen agar berjalan keluar dari ruang obat dan memulai timbang terima mereka pagi itu.

Setelah melakukan timbang terima, 4 perawat yang pagi itu berjaga bersama dengan Karen selalu ketua tim shift malam berkeliling dari satu pasien ke pasien yang lain sampai akhirnya 20 pasien sudah mereka kelilingi.

"Dek, aku cek TTV (tanda-tanda vital) sekalian bagi obat ya?" ujar Kinan, senior 3 tahun di atas Gista yang langsung diiyakan oleh Gista.

"aku ngapain mba?" tanya Dhira, salah satu anak baru yang baru saja bekerja selama 2 bulan terakhir.

"Kamu kan belum boleh pegang pasien sendiri, jadi mau ikut mba Kinan boleh, ikut aku juga gak papa." ujar Gista sambil tersenyum santai.

"Pokok jangan ikut bu bos aja, orangnya mau rapat bulanan soalnya" jelas Alana, teman satu angkatan Gista saat di bangku kuliah yang kebetulan juga mendapat penempatan satu ruangan di rumah sakit ini.

"Jangan dengerin Alana dek, dia suka ngawur" ucap Gista sambil terkekeh pelan meninggalkan ruang perawat menuju ke ruang obat.

Dhira akhirnya mengikuti Gista untuk membagikan obat kepada pasien kelolaan mereka, ya hari itu harusnya Bu Kalina yang membimbing Dhira, tapi karena beliau ada pertemuan rutin bulanan jadi ya Dhira menjadi tanggung jawab mereka bertiga.

Saat Gista dan Dhira sedang melakukan pengecekan tanda-tanda vital dan juga sedang membagikan obat kepada pasien, samar-samar terdengar suara sedikit riuh di luar kamar,

"dek, boleh minta tolong cek gak di luar ada apa? Kok kaya banyak orang" bisik Gista yang langsung diiyakan oleh Dhira. Gadis cantik itu segera keluar dari kamar perawatan untuk melihat keadaan di luar sebelum akhirnya beberapa saat kemudian kembali ke kamar rawat inap.

"ada rombongan dokter sama bu kepala mba" bisik Dhira yang hanya dijawab dengan senyum dan anggukan kecil oleh Gista.

Setelah selesai membagi obat, Gista dan Dhira segera mendorong keluar trolley obat dari kamar pasien terakhir mereka. Tubuhnya membeku sesaat ketika matanya melihat seseorang yang sangat dikenalnya tapi sudah tidak ingin dia temui semenjak 3 tahun yang lalu sedang berdiri di meja nurse station bersama dengan Bu Kalina dan juga ibu direktur rumah sakit, dr.Reta.

"mba, kenapa?"

Panggilan dari Dhira seketika membuyarkan lamunan Gista. Wanita cantik berusia 30 tahun itu hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Yuk.." ucap Gista singkat sebelum kembali mendorong trolley obat kembali ke dalam ruang perawat menuju ke kamar obat.

"Sudah kumpul semua? Jadi perkenalkan ini adalah dr.Sena, beliau dokter spesialis anak yang baru dan akan bekerjasama dengan ruang rawat inap anak tentunya" jelas dr.Reta saat memperkenalkan sosok lelaki dengan tinggi sekitar 170cm lebih, potongan rambut rapi dan senyum manis yang mampu memikat wanita manapun yang melihatnya.

"Saya Kinan dokter, ini Dhira, yang di sebelahnya lagi Alana, yang di belakang saya ini Gista" ujar Kinan memperkenalkan satu per satu tim yang berjaga pagi bersamanya hari itu.

"Saya dr.Sena, mohon bantuannya" ujarnya sambil mengedarkan pandangannya kepada 4 perawat di hadapannya dan berhenti di sosok Gista yang berdiri di belakang mba Kinan.

"Maaf, saya permisi ke pasien dulu" ujar Gista saat mendengar suara bel dari salah satu kamar pasien kelolaannya yang tanpa sadar membuat Sena hanya bisa menghela nafas pelan saat Gista melewatinya begitu saja tanpa meliriknya sedikitpun.

Kinan melirik ke arah Alana, mata mereka seolah-olah sedang membicarakan sikap Gista dan dr.Sena yang sepertinya ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Sepanjang shift pagi, Gista yang biasanya cukup ceria tiba-tiba lebih banyak diam setelah pertemuannya dengan dr.Sena pagi ini.

"dek, mau makan siang duluan?" tanya Kinan sambil menepuk pundak Gista yang duduk di sampingnya.

"aku makan siang sama siapa?"

"kalian berdua aja, nanti Dhira sama Alana biar sama saya" ujar Bu Kalina yang tiba-tiba sudah ada di belakang mereka berdua.

"kami izin makan siang duluan ya Bu" pamit Kinan sambil sedikit menarik tangan Gista yang tidak kunjung bangkit dari kursinya.

"selamat makan..." ujar Gista setelah selesai berdoa yang membuat Kinan tersenyum karena memang semenjak 3 tahun yang lalu itu adalah kebiasaan Gista sebelum dia makan.

"eh dek, ada dr.Thomas tuh..." Kinan menunjuk ke arah dr.Thomas dengan menggunakan matanya yang membuat Gista segera menggelengkan kepalanya pelan tanda dia tidak mau menengok ke arah yang di tuju oleh Kinan.

"Permisi, saya boleh bergabung? Tempat lain sudah penuh soalnya"

Gista menghela nafas pelan, pandangannya dia edarkan ke seluruh sisi cafetaria dan benar saja memang sudah penuh.

"silahkan dokter" jawab Gista dengan ekspresi datar yang tetap berhasil membuat dr.Thomas tersenyum.

"dokter hari ini tidak visite?" tanya Kinan tiba-tiba sambil melirik ke arah Gista yang sedang fokus dengan makanannya.

"habis ini sus, saya baru selesai operasi ini tadi"

Kinan hanya mengangguk sambil menahan senyum, tatapan matanya beberapa kali bertemu dengan tatapan mata Gista yang seolah-olah sudah siap untuk membunuhnya tetapi anehnya itu terlihat lucu di mata Kinan.

Selesai makan siang, Kinan dan Gista bergegas kembali ke ruangan agar teman mereka yang lainnya bisa segera makan siang.

"dek, kamu kenapa sih dingin banget sama dr.Thomas?" tanya Kinan begitu pintu lift yang mereka tumpangi tertutup rapat.

"ya nanti kalau aku welcome disangkanya ngasih harapan palsu, salah lagi." gerutu Gista dengan ekspresi kesal yang membuat Kinan terkekeh pelan.

Terpopuler

Comments

Veronia Ren

Veronia Ren

mohon maaf Thor. sebelum akhir petik. dikasih titik dulu. biar ngak kabur ikannya.

2024-03-07

2

Pena Hitam

Pena Hitam

kak mau tanya, kaka masuk 80 bab terbaik bukan?

2024-03-08

0

Cinta

Cinta

msh lom penasaran bca y Thor seru sh.
Gista ynk kesel AQ ynk senyum" nie deh 🤭😁

2024-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!