Bab 14

"Mau pulang sus?"

Gista terhenyak. Wanita itu menghela nafas lega sembari memegang dadanya saat melihat Dika yang tiba-tiba ada di belakangnya.

"Iya dokter. Kan sudah jam hampir jam 3 sore" jawab Kinan santai sembari menunggu pintu lift terbuka.

Di sisi lain, Gista hanya menatap tajam ke arah Dika karena selalu saja muncul tiba-tiba.

"Silahkan..." Dika memberi kode menggunakan tangan kanannya agar Gista, Karen dan Kinan masuk terlebih dahulu.

Baru turun satu lantai, lift kembali berhenti. Beberapa perawat dari ruang rawat inap dewasa yang baru saja selesai shift pagi ikut masuk ke dalam lift membuat Gista dan Dika berdiri di barisan paling belakang.

Gista yang tangannya tergantung bebas tiba-tiba merasakan ada tangan yang menggenggamnya. Matanya melirik ke arah Dika yang bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi, padahal terlihat jelas dari sudut matanya kalau tangan yang menggenggamnya adalah tangan Dika.

Gista segera melepaskan genggaman tangan Dika begitu pintu lift sudah terbuka di lantai dasar. Satu per satu orang keluar dari lift, dan mereka berdua yang terakhir.

"Dokter mau kemana?" tanya Gista yang sebenarnya penasaran kemana kekasihnya itu akan pergi tetapi dia sadar diri ada Karen dan Kinan di sampingnya.

"Mencari tempat untuk makan malam mba. Nanti malam saya mau kencan" jawabnya dengan senyum bahagia. Sedangkan Gista, dia hanya bisa mengangguk tanda mengerti walaupun di lubuk hatinya ada rasa tersipu mendengar jawaban Dika.

"Wah, jadi beneran punya pacar baru dok?" celetuk Karen yang hanya dijawab dengan kekehan pelan oleh Dika.

"Saya permisi dulu ya. Mari semuanya" pamitnya seraya berjalan meninggalkan Gista, Karen dan Kinan.

"Aku juga duluan ya mba kalau gitu. Mau ke halte" pamit Gista yang langsung diiyakan oleh Karen dan Kinan.

Gista mempercepat langkahnya, niatnya berusaha menyusul sang kekasih tapi sayangnya Dika sudah tidak ada di jangkauan matanya bahkan sampai Gista sampai di halte.

"Cepet banget itu orang ngilangnya" gerutu Gista begitu sampai di halte.

"Sayang..."

Gista segera memukul Dika begitu dia selesai dari rasa terkejutnya.

"Mas kamu bisa gak jangan ngagetin terus?" omel Gista dengan ekspresi marah yang justru membuat Dika tertawa terbahak-bahak.

"Lagian kamu udah gede masih aja gampang banget kagetan" Ujarnya dengan nada bercanda dan tetap dengan tawanya yang justru membuat Gista menatapnya tajam.

"Nanti malam aku jemput jam 7 ya" ucap Dika begitu dia selesai dengan tawanya.

"Mau kemana sih?"

"Makan malam sayang. Kan tadi aku udah bilang" ujarnya santai sambil menyandarkan kepalanya di tiang kursi halte.

"Dimana?"

"Udah pokoknya nanti ikut aja. Dandan yang cantik pokoknya" ucapnya sambil mengusap-usap kepala Gista.

"Tuh bis kamu udah datang" tunjuk Dika dengan menggunakan kepalanya.

"Mas gak naik?"

Dika menggelengkan kepala,

"Aku tadi emang niatnya nunggu kamu disini. Udah buruan naik" ucapnya yang sudah berdiri dari duduknya.

"Pak, jangan ngebut ya. Titip belahan jiwa saya" ucapnya tengil kepada driver bus yang justru direspon dengan guyonan oleh driver bus.

Dika hanya berdiri di depan halte sembari melihat bis itu melaju membawa pujaan hatinya. Seperti teringat sesuatu, Dika segera mengeluarkan ponselnya dan memotret plat nomer bis yang dinaiki Gista.

Dengan senyum bahagia, lelaki itu berjalan kembali ke arah rumah sakit sembari berkutat dengan ponselnya. Jari-jarinya asyik menggeser layar ponselnya untuk memesan tempat yang akan dia gunakan makan malam bersama Gista nanti.

{ }

Malam harinya, Dika yang sudah menunggu Gista di depan rumahnya dibuat terpana dengan Gista yang menggerai rambut hitamnya. Gaun warna hitam dengan panjang selutut dilengkapi high heels warna hitam menambah kesan anggun wanita cantik yang tahun ini akan memasuki usia kepala 3 tersebut

"Kenapa? Aneh ya mas?" tanyanya Ragu saat melihat tatapan mata Dika.

"Cantik kok sayang. Cantik banget malahan" puji Dika dengan tatapan yang benar-benar tidak bisa lepas dari Gista.

"Yuk..." Dika mengulurkan tangan untuk membawa Gista ke dalam mobilnya.

Dika memacu mobilnya menuju ke area restoran dimana mereka akan makan malam. Lelaki dengan balutan kemeja hitam yang lengan bajunya digulung itu benar-benar tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Gista.

"Mas, lepasin tangannya. Fokus nyetir dulu aja" ucap Gista yang justru khawatir, takut kalau Dika tidak bisa fokus mengemudi.

Lelaki itu akhirnya hanya menurut, dengan segera dia melepaskan genggaman tangan kekasihnya walaupun matanya masih curi-curi pandang ke arah gadis manis yang ada di sampingnya.

"Sudah sampai..." Ujar Dika begitu menarik rem tangan di mobilnya.

"Yuk turun"

"Tunggu..." ucap Dika saat menahan tangan Gista yang hendak turun dari mobil. Dengan ekspresi bingung, Gista menunggu Dika menjelaskan alasan mencegahnya untuk turun.

"Aku punya sesuatu buat kamu.." ucapnya dengan senyum manis sembari mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.

"Buat kamu" ucapnya saat membuka sebuah kotak berwarna navy yang berisi sebuah kalung emas putih dengan gaya simpel tetapi elegan dengan berhiaskan satu liontin berbentuk huruf S dengan mahkota di atasnya yang bertahtakan sebuah berlian cantik.

"S?" tanya Gista bingung saat melihat liontin kalung yang sudah Dika lepaskan dari tempatnya.

"Superman?" godanya yang justru membuat Dika menatap kesal ke arah Gista. Melihat respon kesal Dika, Gista justru tertawa terbahak-bahak.

"Senandika dong sayang. Masa Superman?" protesnya yang merasa sedikit kesal karena Gista tidak memahami maksud sebenarnya.

"Ya tapi kan mas juga Supermannya aku" ujar Gista yang berhasil membuat ekspresi kesal di wajah Dika berubah menjadi senyuman manis dengan sedikit malu-malu saat mendengar pujian kekasihnya.

"Aku pakaikan ya?"

Gista mengangguk, wanita itu berbalik, membuat posisinya sekarang memunggungi Dika yang ada di kursi kemudi.

Dika yang memakaikan kalung tentu saja membuat hembusan nafasnya mengenai leher jenjang Gista yang entah kenapa tiba-tiba membuat tubuh wanita itu sedikit bergetar.

"Yang, kamu kenapa?" tanya Dika cemas saat menyadari Gista memejamkan mata dengan erat sembari tangannya memegang tangannya yang lain seperti ketakutan.

"Gak papa mas. Kamu bisa menjauh dulu sebentar gak?" ujarnya sambil tetap menutup mata yang membuat Dika langsung menjauhkan tubuhnya dari Gista.

Dengan pelan, wanita itu terlihat mulai mengatur nafasnya sebelum perlahan membuka matanya walaupun nafasnya masih terlihat seperti terengah-engah.

"Kenapa? Aku ganggu kamu ya?" tanya Dika panik. Lelaki itu takut apa yang dia lakukan membuka trauma lama milik Gista.

"Maaf ya mas" ucapnya dengan ekspresi bersalah yang tentu saja langsung ditolak oleh Dika.

"Gak usah minta maaf Yang, kamu gak salah. Kalau ada tingkahku yang bikin kamu gak nyaman, kamu bilang aja ya?"

Gista hanya mengangguk walaupun tatapan tidak nyaman masih jelas terlihat dari sorot matanya.

"Kita turun sekarang? Atau tunggu kamu tenang dulu?"

"Kita turun sekarang aja mas. Aku butuh udara."

Dika segera turun dari mobil, lelaki itu berlari kecil ke arah sisi lain mobil guna membukakan pintu untuk Gista.

"Nafas dulu aja Yang, kita masuk kalau kamu udah tenang" ujarnya dengan tatapan tidak tega.

Gista yang melihat ekspresi tidak tega dari Dika akhirnya mencoba untuk tersenyum agar kekasihnya itu tidak terlalu khawatir.

"Udah gak papa kok mas. Masuk yuk" ajak Gista yang akhirnya membuat Dika mempersilahkan agar Gista berjalan di depannya.

Terpopuler

Comments

Vhika Pendong Limbat

Vhika Pendong Limbat

ayooo lanjtttt🤣

2024-01-16

1

Yuli Yanti

Yuli Yanti

kak, jangan lama² y lanjutannya 😊

2024-01-14

1

Alina

Alina

mau satu yg kaya dika 😭

2024-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!