Bab 3

"Pulang duluan ya mba Kinan, mumpung belum hujan" pamit Gista yang buru-buru keluar dari ruang ganti karena langit sudah mendung gelap.

Begitu Gista keluar dari lift, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya yang membuatnya mendengus kesal sekaligus pasrah karena dia tidak membawa payung hari ini.

"Kalau sederas ini mau pulang jam berapa ini?" gerutunya saat melihat hujan turun dengan sangat deras yang bahkan membuat jarak pandang tidak bisa terlalu jauh.

"Butuh payung?"

Gista segera mengalihkan pandangannya ke arah suara laki-laki yang sudah berdiri di sisi kanannya.

"tidak usah dokter, terimakasih" jawabnya sopan kepada lelaki berkacamata dengan potongan rambut rapi yang menjadi salah satu idaman kaum hawa di rumah sakit ini.

"saya tidak masalah kalau anda menolak perasaan saya, tapi tidak harus semua bantuan saya juga anda tolak kan?" ucap dr.Thomas yang sepertinya mulai tidak nyaman dengan sikap dingin Gista setelah pernyataan cintanya mungkin sekitar 2 tahun yang lalu.

Gista tersenyum ramah, matanya menatap sendu ke arah lelaki di depannya itu,

"saya menghargai semua bantuan anda dokter, tetapi untuk bantuan secara pribadi, maaf saya tidak bisa menerimanya." jelas Gista dengan sopan yang membuat dr.Thomas kembali hanya bisa mengalah dan menerima semua keputusan Gista.

"Saya permisi dulu" ucapnya yang sudah bersiap berlari sambil menutup kepalanya menggunakan tasnya. Baru beberapa langkah dia menjauh dari depan lobby rumah sakit, tiba-tiba ada sebuah payung yang menutupi bagian atas kepalanya,

"Dokter saya kan sudah bilang..." ucapan Gista terhenti saat melihat sosok yang memberinya payung.

"Saya gak peduli kamu mau bilang apa, yang penting kamu gak kehujanan" ucap Dika dengan setengah berteriak karena hujan sore itu benar-benar sangat deras. Gista terpaku beberapa saat sebelum akhirnya mendekatkan tubuhnya ke arah Dika,

"Kalau cara kamu pegang payungnya gitu, akunya gak kehujanan, tapi kamunya mas yang kehujanan" jawab Gista dengan sedikit berteriak sambil menarik Dika untuk mendekat ke arahnya karena bagian punggung Dika sudah basah kuyup.

"Kamu mau kemana sih hujan-hujanan gini?"

"Mau ke halte, mau pulang" lagi Gista harus sedikit mengencangkan suaranya agar tidak kalah dari suara hujan yang semakin deras mengguyur mereka berdua yang sedang berjalan ke arah pintu keluar rumah sakit.

"Ayo..." Ujar Dika yang tiba-tiba menggandeng tangan Gista dan membawanya ke arah basement area parkir pegawai.

"Aku anterin aja" ujar Dika begitu mereka sudah sampai di basement. Lelaki itu terlihat sedang mengibas-ngibaskan rambutnya yang setengah basah karena terkena hujan.

"Tidak usah dokter, saya ke halte saja, permisi."

"Mas..." pekik Gista begitu Dika menahan tangannya dan sedikit menariknya untuk menuju ke mobilnya.

"Masuk aja, jangan kebanyakan protes" ucapnya saat memaksa Gista masuk ke dalam mobilnya yang akhirnya mau tidak mau dituruti oleh Gista.

"Kamu gak punya handuk?" tanya Gista yang kembali mengamati punggung Dika yang sudah sangat basah.

"Nggak ada. Udah yang penting sekarang anterin kamu pulang dulu" ujarnya sambil mulai memacu mobilnya keluar dari basement untuk menembus lebatnya hujan sore itu.

Tidak ada perbincangan apapun selama 30 menit perjalanan. Jarak tempuh rumah Gista sampai ke rumah sakit seharusnya hanya 10 menit kalau menggunakan mobil ataupun bis, tapi dikarenakan hujan dan jarak pandang yang terbatas membuat Dika tidak berani memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Terimakasih" ucap Gista sebelum dia bersiap turun dari mobil Dika.

"Tunggu.." Dika dengan cepat menahan tangan Gista,

"Bawa payungnya, biar gak basah pas turun dari mobil" ujarnya sambil memberikan payung yang tadi mereka gunakan kepada Gista.

"Kamu mau pulang?" akhirnya Gista mengeluarkan rasa ingin tahunya yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Dika,

"Mau balik ke rumah sakit, kan jam 5 harus poli rawat jalan sore"

Gista seketika mengarahkan pandangan ke arah jam tangan di tangan kirinya,

"Ganti baju dulu, masih setengah 4 ini" ucap Gista dengan tatapan ragu,

"Gak cukup waktunya Gis" elak Dika yang masih tetap pada pendiriannya untuk segera kembali ke rumah sakit.

"Kan cuma tinggal depan belok kanan? Lihat tuh baju kamu, basah gitu"

Dika hanya menghela nafasnya sambil melihat jam di tangannya,

"Aku ganti di rumah sakit aja Gis"

"Dari dulu kenapa keras kepala banget sih kalau di kasih tau? Udah mending sekarang kamu turun aja deh, ganti baju di dalam"

"Kan aku gak bawa ganti Gis?" Dika menatap Gista dengan tatapan bingung.

"Baju kamu ada yang masih aku simpan." ujarnya dengan nada pelan,

"Pokoknya turun dulu!" Perintah Gista dingin sambil bergegas dia turun dari mobil Dika dan bergegas masuk ke rumahnya.

Dika mengikuti Gista untuk masuk ke rumah dua lantai dengan konsep minimalis itu, rumah dengan nuansa putih yang selalu menjadi impian Gista sejak dulu.

"Kamar mandinya ada di ujung mas, aku ambilin handuk sama baju ganti dulu" ucap Gista dengan ekspresi kikuk sebelum dia bergegas naik ke lantai dua menuju ke arah kamarnya.

"mas..." panggil Gista dari luar kamar mandi sambil mengetuk pintu sebelum Dika membuka sedikit pintu kamar mandi untuk menerima pakaian ganti dari Gista.

"Udah?"

Dika yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya mengangguk.

"Minum dulu mas" Gista mempersilahkan Dika untuk duduk di depannya dimana sudah ada segelas teh hangat di depan Dika.

"Ini tadi gulanya..."

"1 sendok, gak kurang gak lebih" ucap Gista saat memotong kalimat Dika yang belum selesai di ucapkan lelaki di hadapannya itu.

"Terimakasih" Dika segera menyeruput teh tersebut tanpa mengatakan apapun lagi.

"Hoodienya kenapa masih kamu simpan?" Dika akhirnya memberanikan diri menanyakan tentang Hoodie yang dia berikan 3 tahun yang lalu sebelum perpisahan mereka.

"Ya karena kamu bilang suatu saat bakalan kamu ambil" jawab Gista santai yang lagi-lagi hanya bisa membuat Dika terdiam.

"Terimakasih tehnya, aku harus kembali ke rumah sakit"

"Iya. Hati-hati di jalan, dokter"

Gista hanya bisa menghela nafas sepertinya mobil Dika dari depan rumahnya.

"Kenapa kita harus ketemu lagi sih mas?" gumamnya lirih sambil menatap ke arah mobil yang tadi mengantarkannya pulang berjalan semakin jauh meninggalkan rumahnya.

-----------------------------------------&&------------------------------------

Dika turun dari mobilnya dengan Hoodie abu-abu yang masih menempel di tubuhnya.

"Darimana?" tanya seorang wanita dengan rambut sepunggung yang tiba-tiba muncul entah darimana tetapi sudah ada di sampingnya yang sedang menunggu lift basement.

"Kamu ngapain sih disini? Gak ke kantor?" ucap Dika dengan ekspresi sinis yang membuat wanita itu menatapnya dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat.

"Hoodie baru?"

"Bukan urusanmu!" jawab Dika dengan ketus saat wanita itu terus menanyakan tentang hoodie yang menempel pada tubuh bagian atasnya itu.

"Papi memintaku untuk menemuimu" ujarnya yang membuat Dika menghela nafas dengan ekspresi malas.

"Mau apalagi?" tanyanya sambil melangkah masuk ke dalam lift yang tentu saja diikuti oleh wanita tersebut.

"Papi memintamu untuk kencan buta malam ini"

Dika menghela nafas dengan ekspresi kesal yang dia tujukan pada wanita di sampingnya,

"Katakan pada papi aku tidak mau" jawabnya dengan nada dan ekspresi dingin yang membuat wanita cantik itu hanya menatapnya dengan ekspresi kesal.

"Sekarang pulanglah dan jangan menggangguku, mengerti?" ujar Dika sambil mengacak-acak rambut wanita itu sebelum berlalu keluar dari lift.

Terpopuler

Comments

Ryani

Ryani

aishhh blm bisa otak ku menebak jln critanta😂

2024-03-15

1

Dewi Sukriyah

Dewi Sukriyah

semakin penasaran bagaimana sebenarnya masa lalu dokter dan gista

2024-01-04

2

titis sari

titis sari

yang ini kapan dilanjut? Hihihi

2023-12-16

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!