Bab 2

"mau langsung pulang dek?" tanya mba Kinan begitu Gista keluar dari kamar mandi ruang ganti.

"iyalah mba, mau kemana lagi?" ujarnya sambil tertawa kecil karena memang Gista sangat jarang pergi keluar rumah kecuali untuk urusan pekerjaan, setidaknya mulai sekitar 3 tahun yang lalu.

"mau ngopi nggak?"

Gista melemparkan pandangannya dengan ekspresi heran ke arah mba Kinan yang berdiri di sisi kiri belakangnya,

"Nggak dicari sama Ken mba?" tanyanya heran yang dijawab dengan gelengan kepala.

"Ken lagi di rumah kakek neneknya, jadi aku bisa pulang terlambat hari ini. Yuk ngopi yuk? Ajak si Dhira sama Alana, aku mau nelfon Karen sekalian"

"Ya udah ayo." jawabnya santai sambil kembali duduk di kursi panjang yang ada di tengah-tengah loker ruang ganti perawat.

Siang itu akhirnya mereka berempat memutuskan untuk menikmati waktu sepulang kerja bersama walaupun tanpa Bu bos karena beliau sedang ada urusan, sedangkan Karen yang sedang libur memutuskan untuk menyusul ke coffeshop langganan mereka.

Saat keluar dari lobby rumah sakit, Gista yang sedang fokus pada ponselnya tiba-tiba menabrak Alana yang tiba-tiba berhenti mendadak di depannya.

"kenapa sih Al?" protes Gista kepada Alana. Bukannya memberi jawaban, wanita berusia 29 tahun itu justru menunjuk ke arah parkiran depan rumah sakit yang membuat Gista, Kinan hingga Dhira mengikuti arah tangannya.

"itu dr.Sena kan?" ucapnya lirih saat melihat dr.Sena sedang membukakan pintu mobil untuk seorang wanita cantik dengan rambut sebahu yang baru saja masuk ke dalam mobil dan meninggalkan dr.Sena.

"Pacarnya mungkin" celetuk Kinan tanpa memperdulikan Alana yang terlihat patah hati karena melihat dr.Sena bersama dengan wanita lain.

"udah gak usah nelangsa gitu" goda Gista sambil terkekeh pelan meninggalkan Alana yang masih mematung di tempatnya.

Setelah sampai di coffeshop, Alana hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela yang mulai gelap diiringi dengan tetesan gerimis hujan yang mulai turun membuat suasana sendu semakin jelas terasa.

"kenapa itu anak?" tanya Karen yang baru saja bergabung dengan mereka berempat.

"galau mba" jawab Dhira dengan suara lirih.

"putus cinta?" tanya Karen sambil mengedarkan pandangan ke arah Kinan, Gista dan terakhir Dhira yang duduk di hadapannya.

"dia habis lihat dr.Sena sama cewek lain"

Karen hanya menghela nafas dengan ekspresi malas karena ini sudah bukan pertama kalinya melihat Alana seperti ini. Dulu dia juga pernah patah hati dengan dr.Thomas sebelum dia tahu kalau dr.Thomas ternyata menaruh hati kepada Gista.

"Al, Alana..." panggil Karen yang akhirnya membuat gadis cantik itu mengalihkan perhatiannya dari tetesan air yang membasahi dinding kaca.

"Mau aku kenalin sama cowok gak? Dia temennya mas Satya, dia punya usaha penerbitan buku gitu sih. Usianya 30 tahun, dia single dan yang pasti dia kayanya sesuai kriteria kamu" jelas Karen sambil menyodorkan ponselnya ke arah Alana untuk menunjukkan foto sosok laki-laki yang dimaksud oleh Karen.

"Serius makhluk setampan ini jomblo mba?"

Respon Alana seketika membuat 4 orang lainnya yang ada di meja tersebut tertawa secara bersamaan.

"Ya masa gak jomblo aku kasih ke kamu? Gimana? Mau gak?"

"Mau mba" jawabnya dengan bersemangat yang langsung diiyakan dengan senyuman dan anggukan oleh Karen.

"nanti aku kasih nomer kamu ke dia" ujar Karen sambil menarik kembali ponselnya yang tadi dia sodorkan ke arah Alana.

Melihat hujan yang semakin deras dan jam sudah menunjukkan pukul 6 sore akhirnya membuat mereka berlima memilih untuk menyudahi obrolan sore mereka hari itu.

"Kamu pulang sama siapa dek?" tanya Karen ke arah Gista karena dia tahu Gista sangat jarang membawa kendaraan sendiri.

"Naik bis aja mba, masih jam segini juga"

"aku antar aja dek" bujuk Karen yang langsung ditolak oleh Gista.

"makasih mba, tapi gak usah. Lagian haltenya kan deket cuma di depan situ" jelas Gista yang tidak lama berpamitan dengan keempat orang llainnya

Gista membuka payungnya sebelum akhirnya berjalan menuju ke halte yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari coffeshop tempat mereka berkumpul tadi.

Beberapa orang dengan pakaian kerja terlihat mengantre di halte bus menunggu rute bus. Wajah-wajah lelah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan tergambar jelas di wajah orang-orang yang sedang duduk dan mengantre bus di halte. Tidak sampai 10 menit bis yang melewati arah rumah Gista sudah sampai, wanita itu segera naik yang ternyata di dalam sudah cukup penuh sampai mengharuskan dia untuk berdiri.

Gista hanya bisa menghela nafas lalu segera berpegangan pada pegangan bus ketika dia merasa bus mulai meninggalkan halte tempatnya menunggu tadi.

Belum sampai bus melaju, tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang dari dalam kerumunan bus yang ternyata adalah dr.Sena, dokter yang baru saja bergabung hari ini di rumah sakit tempatnya bekerja.

"maaf permisi..." ujar lelaki itu sambil menarik Gista agar duduk di kursinya sedangkan lelaki itu memilih berdiri di samping tempat duduk Gista.

"terimakasih dokter" jawab Gista dengan ekspresi kikuk yang hanya dijawab anggukan oleh Sena. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka sampai akhirnya bis berhenti di tempat pemberhentian dimana seharusnya Gista turun.

"permisi dokter, saya duluan" pamitnya tanpa melirik sedikitpun ke arah Sena yang masih berdiri di tempatnya saat wanita itu melewatinya begitu saja.

Baru saja Gista turun, dia dikejutkan dengan laki-laki berstatus dokter itu yang juga ikut turun dari bis yang membawa mereka tadi.

"kenapa ikut turun?" tanya Gista sedikit terkejut yang membuat Sena hanya menatapnya dengan ekspresi bingung.

"Kenapa lagi? Tentu saja saya mau pulang ke rumah" jelas Sena yang tidak paham kenapa Gista harus menanyakan hal itu padanya.

"Bukannya rumah mas Dika gak disini?"

"Mas?" Sena mengulang kalimat yang di ucapkan Gista seolah-olah sedang menyadarkan wanita di hadapannya itu.

"Maaf, maksud saya dr.Sena." ucapnya dengan sedikit kelabakan saat menyadari dia salah memanggil lelaki di hadapannya itu.

"Kalau kamu masih nyaman dengan panggilan mas, panggil seperti itu juga gak papa Gis"

Gista hanya menghela nafas, tatapannya benar-benar tatapan bingung dan frustasi yang bercampur menjadi satu saat menatap lelaki yanh sedang berdiri di hadapannya itu.

"Saya tidak tahu apa alasan anda masuk di Grandmark Hospital padahal anda adalah pewaris tunggal untuk medical Hospital, tapi saya harap apapun alasan anda, tolong buat seolah-olah kita tidak saling mengenal, saya tidak mau ada yang tau tentang masa lalu kita. Permisi"

Sena lagi-lagi seperti tercekik lehernya saat mendengar kalimat yang di ucapkan Gista, dia tidak pernah bisa membalas semua ucapan yang di ucapkan oleh Gista karena dia tahu semua kesusahan yang di alami Gista salah satunya adalah karena dia.

---------------------------------------&&--------------------------------------

"Morning Gis..." sapa Kinan yang menjadi ketua tim tetapnya selama sebulan ini.

"Morning juga mba..." jawab Gista santai sambil berlalu menuju ke ruang ganti perawat sedangkan Kinan sudah berkutat di depan trolley obat untuk melakukan pengecekan jumlah obat untuk masing -masing pasien.

Tidak berselang lama, Gista sudah masuk ke ruang nurse station dimana Kinan masih berkutat dengan trolley obat.

"Pasien berapa mba?" tanya Gista sambil menepuk pundak mba Linda, ketua tim shift malam.

"22 Gis, ada pasien baru 2 semalam"

"Dengan apa?" tanyanya sambil mulai menarik trolley obat kamar kelolaannya.

"Yang kamar 8 suspect DHF, febris hari 3. Yang kamar 6 punya Kinan KDS (Kejang Demam Sederhana)."

"Trombositnya berapa mba?"

"95.000"

Gista hanya mengangguk lemah saat mendengar nilai trombosit yang ada di bawah standar tersebut.

"Timbang terima sekarang?" tanya bu Kalina yang baru saja memasuki ruangan perawat yang seolah-olah menjadi instruksi agar Kinan dan Gista segera meninggalkan trolley obat mereka.

"Ow iya, hari ini yang jaga dr.Sena ya" ucap Bu Kalina begitu mereka selesai timbang terima yang tanpa sadar membuat Gista menghela nafas pelan walaupun sedikit berat.

Tidak berselang lama dr.Sena sudah tiba di ruangan saat para perawat baru saja selesai membagikan obat dan juga mengukur tanda-tanda vital.

"dr.Sena mau visite sekarang?" tanya Kinan begitu dr.Sena masuk ke dalam ruangan.

"Boleh. Saya susah pelajari pasiennya di ruangan saya tadi, tapi nanti kalau ada yang lupa saya tolong diingatkan ya." ujarnya ramah yang langsung diiyakan oleh Kinan.

"Ow iya satu lagi, panggil dr.Dika saja, jangan dr.Sena"

"Kenapa?" tanya Alana tiba-tiba saat mendengar permintaan dr.Sena.

"Dulu pernah ada yang bilang kalau dia lebih senang saya dipanggil Dika daripada Sena, dan anehnya orang tua saya setuju" ujarnya dengan senyum simpul bersamaan dengan matanya yang melirik sekilas ke arah Gista, wanita cantik yang sedari tadi masih berkutat dengan laporannya di komputer.

"Pacarnya ya dok?" goda Kinan yang hanya direspon dengan senyuman oleh Dika.

Terpopuler

Comments

Lia

Lia

baru baca 2 bab udah tertarik,,, kaya nya cerita ini bakalan Seruu😍😍😍

2024-02-10

1

Neymar Seto

Neymar Seto

lanjut kak

2023-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!